Nama lengkapnya Kadek Sudantara, tapi akrab dipanggil Dek Doll. Ia lelaki desa, pernah bekerja di kapal pesiar, dan kini tinggal di kampung dan beraktivitas di kampung halamannya, di Banjar Ngis, Desa Tembok, Tejakula, Buleleng.
Apa aktivitasnya? “Bersih-bersih,” katanya, ketika saya sempat ngobrol sambil ngopi bersamanya, Minggu, 6 Maret 2022.
Hal baik dan sangat konsisten yang dilakukan mantan pekerja kapal pesiar ini memang bersih-bersih bersama teman-temannya, warga sefrekuensi di kampung halamannya.
Semenjak tahun 2014, bapak muda ini secara mandiri dan kemauan sendiri bergerak untuk membersihkan tempat-tempat umum di wilayahnya. Sebut saja di Pura Khayangan Tiga di Desa Adat Ngis, juga pada sudut lain dan tempat umum Banjar Ngis.
Bersih-bersih terutama dilakukan saat musim piodalan atau upacara adat, musum hujan, atau pada hari-hari bisa ketika ada yang melihat sampah di selokan atau di tempat-tempat lain.
Bersih-bersih memang kegiatan sederhana, tanpa perlu prestasi, tanpa perlu administrasi. Namun Dek Dol selalu menjadikan kegiatan biasa itu menjadi terasa luar biasa.
Semenjak tahun baru 2019, Dek Doll bersama teman-teman membuat komunitas Sebatu. Singkatan dari Semeton Bani Tuyuh. Dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai kumpulan orang-orang yang berani capek.
Menurut Dek Doll, selaku ketua Komunitas Sebatu, semua warga yang peduli lingkungan memang harus berani capek. Jika sesuatu dikerjakan dengan benar-benar ikhlas pada tindakan maka sesuatu itu akan terwujud dengan lancar. “Capek sudah pasti, saling menyemangati dan saling mendukung untuk hal yang kita sepakati dan lakukan, semua akan menjadi sejiwa. Jika sudah sejiwa, maka capek tak akan terasa,” katanya.
Apa pun yang dilakukan komunitas ini, dengan siapa pun berkolaborasi, selalu menjadikan kebersihan lingkungan sebagai konsentrasi kegiatan.
Sembari menikmati kopi dengan arak, pegiat lingkungan ini berseloroh “Berani Capek itu Hebat”. Bekerja tulus ikhlas yang sebenarnya tak mengharapkan balas jasa bahkan imbalan adalah ibadah.
Sampah dan lingkungan akan terus menjadi masalah kalau kita mempermasalahkannya, dan menjadi peluang pengabdian bagi siapa pun jika memang kita ingin mengabdi. Ikhlas kan saja, karena tidur pun capek, ya kan? [T]
BACA JUGA:
- “Eka Dempul”, Metode Penanaman Bibit Terumbu Karang Ciptaan Pak Eka dari Desa Les
- Mengguh Nikmat di Desa Les, Mengguh Hingga Mencapai Mata Katak
- Gede Suryantara dari Desa Les | Menganyam Bambu, Menganyam Hidup, di Pondok Kecil Tepi Hutan
- Tapel Gandong dari Desa Les, Hiburan Rakyat dari Zaman Jepang Hingga Zaman Milenial