Bonus perjalanan saya selama mengikuti pelatihan keamaman digital di Grand Harvest Banyuwangi adalah bertemu dengan sosok Kepala Desa Taman Sari, Kecamatan Licin, Banyuwangi, Jawa Timur. Namanya Rizal Sahputra.
Saya bertemu Kades Rizal atas jasa pengantaran dari Pak Jam’an, penjaga keamanan kebun sekaligus ketua linmas di desa Itu, yang sudah saya ceritakan dalam tulisan sebelumnya.
Taman Sari adalah desa di bagian barat Kota Banyuwangi. Berjarak 24 kilometer dari pusat kota..Jika sempat ke desa itu, kita akan menyaksikan keindahan bentang alam Pegunungan Ranti dan Ijen.
Ini kali kedua Rizal Sahputra terpilih menjadi kepal desa. Ia memulai karir sebagai kepala desa muda di saat usia 28 tahun. Dengan modal sebagai sarjana pertanian dari Universitas Brawijaya, Malang, ia punya banyak ide untuk mengembangkan desa kelahirannya.
Hotel Grand Harvest, tempat saya menginap, berada di desa ini. Sejak menjajakkan kaki di hotel tempat saya menginap itu, suasana desa ini memang terasa berbeda dengan desa-desa lain. Suasananya masih alami, namun pengelolaannya terasa ditangani dengan baik, terstruktur dan disiplin.
Selain hotel Grand Harvest, di desa itu terdapat banyak homestay. Itu menandakan bahwa desa itu sudah terbiasa dikunjungi para pelancong. Yang menarik, semua home dikelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).
Dalam obrolan santai dipenuhi camilan, kepala desa 36 tahun ini bercerita dengan ramah. Awalnya tahun 2013, pertama kali ia terpilih menjadi kepala desa, ia langsung melihat dan mencoba menangkap peluang yang dimiliki desanya. Meskipun memiliki banyak potensi, desa itu tidak otomatis menjadi desa yang maju, perlu terobosan-terobosan yang inovatif dan segar.
Dan dengan upaya dan kerja keras, akhirnya Desa Taman Sari berhasil mengukuhkan diri menjadi desa wisata yang popular. Sebutan desa itu kini popular dengan nama Dewitari, yakini Desa Wisata Taman Sari. Atas upaya itu, Dewitari berhasil meraih Juara 1 kategori digital dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021.
Dewitari memang bukan desa wisata kebanyakan yang pada gerbangnya hanya berisi papan nama sebagai desa wisata namun kerika masuk tidak banyak yang bisa dinikmati sebagai desa wisata.
“Di Desa Taman Sari semua akomodasi dikelola Bumdes. Hal ini untuk memastikan, kita maju bersama-sama dan memastikan kolaborasi berjalan sehat,” kata Rizal.
Desa lewat Bumdes membuat standarisasi, promosi dan platform digital untuk memperkenalkan Desa Taman Sari menjadi desa wisata. Dari yang awalnya 57 homestay yang didaftarkan oleh warga, kemudian melalui evaluasi untuk peningkatan standarisasi, kini Bumdes mengelola 27 homestay saja.
Jika mau tahu apa pun tentang perkembangan Desa Taman Sari, ia selaku kepala desa bisa mengakses lewat platform digital, kemudian melakukan evaluasi. Misalnya, berapa kunjungan harian ke masing-masing destinasi di Taman Sari, ia bisa melihat untuk kemudian mengevaluasinya.
Terdapat banyak destinasi wisata di Taman Sari, antara lain Sendang Seruni, Taman Gandrung Terakota, dan Kawah Ijen.
“Kegiatan wisata yang bisa dilakukan di Taman Sari semuanya juga sudah ada dalam platform digital,” kata izal.
Rizal Sahputra juga mengatakan Pemkab Banyuwangi juga punya perhatian dengan pengembangan desa wisata berbasis platform digital itu melalui program “Smart Kampung”. Dan program itu memberi motivasi untuk pengembangan Desa Taman Sari secara konsisten mengikuti kemajuan teknologi informasi.
BACA JUGA:
Desa Wisata Taman Sari, seperti desa-desa lain, berawal dari pengembangan potensi-potensi yang dimiliki secara alami di desa itu. Desa Taman Sari adalah desa pertanian, maka potensi pertanian itulah yang dikembangkan secara serius dan konsisten, semisal potensi sawah dan padi, serta kopi, cengkeh dan hortikultura dengan perkebunan yang dikelola secara kreatif.
Pertanian secara penuh konsentrasi dikembangkan sang kades untuk kemudian mampu memberikan nilai pada sektor pertanian itu sendiri. Yang kemudian memberi bonus pada sector pariwisata.
Kalau berbicara pariwisata memang pariwisata adalah bonus. Dan itu sangat disadari oleh warga Desa Taman Sari. “Aturan-aturan kemudian dibuat untuk mengikat kesepakatan tentang pengembangan desa wisata berbasia pertanian dan budaya,” kata Rizal.
Karena kesuksesannya mengembangkan desa wisata, banyak kepala desa dan perangkat desa-desa di Bali melakukan studi banding ke Desa Taman Sari. “Teman-teman Bali yang berkunjung ke sini,” kata Rizal.
Modal alam sudah dimiliki, maka, kata Sang Kepala Desa, masalah terbesar yang kemudian diatasi adalah pada sumberdaya manusia. “Untuk itulah kita harus saling menjaga ego dan bekerja bersama tim,” katanya.
Mungkin tidak banyak yang sosok kepala desa yang berada di balik sukses Desa Taman Sari menjadi desa wisata. Tentu saja, karena semua prestasi yang dicapai Desa Taman Sari tidak pernah diunggah oleh kepala desa muda ini secara pribadi. Itu dilakukan semata-mata untuk meghormati semua pihak yang terlibat dalam kemajuan.
“Saya tidak usah terlihat hebat, mari kita hebat bersama-sama,” kata Rizal. [T]