9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kelinci Penakut dan Tikus Pembersih Gigi

Wayan PurnebyWayan Purne
October 16, 2021
inDongeng
Perjanjian Pohon Kopi dengan Semut Hitam

Ilustrasi tatkala.co | Putik Padi

Hiduplah Kelinci di tengah hutan yang sangat luas. Semenjak lahir, Kelinci itu hanya tinggal di dalam rumah. Ia memiliki rumah yang berada di dalam lubang tanah yang dalam. Ia tidak pernah berani keluar jauh dari rumahnya. Ia merasa diintai oleh para pemangsa. Apalagi, badan Kelinci itu terlihat gemuk dan empuk dimakan oleh para pemangsa.

“Kalau keluar jalan-jalan, siapa yang akan memangsaku? Aku tidak tahu siapa yang suka makan daging?” pikir Kelinci sedih.

Kelinci semakin bosan hanya berada di rumah. Ia merasa harus memiliki keberanian yang besar agar bisa keluar lebih jauh dari rumah. Jika tidak berani keluar jauh dari rumah, ia tidak akan tahu dunia luar yang begitu indah.

“Aku harus tahu siapa yang suka makan daging seperti daging tubuhku. Aku pasti bisa bergerak cepat menghidari mereka,” gumam Kelinci.

Kelinci senang dengan pikiranya yang cemerlang. Ia membayangkan sudah dengan bebas menjelajah di tengah hutan luas tanpa harus takut dimangsa.

“Ahh, aku lupa. Bagaimana caranya aku tahu ciri-ciri dan rupa mereka yang memakan daging?” pikir Kelinci Kembali sedih.

Kelinci hanya bisa duduk bersedih di depan rumahnya memikirkan kemalangan hidupnya yang tidak berani kemana-mana.

“Kenapa kamu begong begitu, Kelinci?” sapa Tikus mengejutka Kelinci.

Tikus merupakan tetangga kelinci satu-satunya, tetapi Tikus jarang ada di rumah. Tikus sibuk bekerja sebagai pembersih gigi. Akibat bekerja sebagai pembersih gigi, Tikus banyak mengenal binatang.

“OOh, Tikus. Aku bingung, cara mencari tahu ciri para binatang memakan daging. Agar aku cepat bisa menghidar ketika bertemu mereka. Aku ingin jalan-jalan, tetapi takut di mangsa,” keluh Kelinci.

“Oh bigitu. Aku bekerja dulu ya. Aku banyak pesanan,” jawab Tikus.

Tikus menggendong perlengkapan kerja mau berangkat kerja.

“Tunggu, Tikus! Aku baru sadar. Kamu bekerja sebagai pembersih gigi  para binatang, bisa tidak  cari tahu mereka yang makan daging? Nanti ceritakan padaku agar aku tahu. Kumohon kepadamu Tikus! Aku ingin jalan-jalan tanpa rasa takut,” pinta Kelinci memohon.

Tikus terdiam melihat Kelinci memohon yang penuh harap kepada dirinya.

“Baiklah, Kelinci. Aku akan mengingat dan mencatat mereka yang memakan daging. Aku akan memberitahumu siapa saja yang memakan daging,” jawab Tikus menyanggupi.

Tikus berangkat kerja meninggalkan Kelinci yang masih di depan rumahnya. Ia menggendong tas yang penuh dengan perlengkapan alat kerja. Dari kejauhan, Kelinci melambai-lambaikan tangan penuh harap kepada Tikus.

“Dipikir-pikir, Kelinci memang badanya terlihat gemuk dan dagingnya terlihat empuk. Andai aku suka makan seperti daging Kelinci, aku juga ingin makan Kelinci,” pikir Tikus tersenyum sendiri yang sudah tidak terlihat lambaian Kelinci.

***

Sampailah Tikus di depan  rumah Srigala.

“Tok tok tok, apa Srigala mau membersihkan gigi? Pembersih gigi datang,” ucap Tikus mengetok pintu rumah Srigala.

“Ayo masuk, Tikus! Kebetulan kamu datang. Ini gigiku seperti sudah kotor karena lama tidak dibersihkan,” ucap Srigala menyambut kedatangan Tikus.

“Siap, Srigala. Aku akan membersihkan gigimu sampai mengkilat,” jawab Tikus senang.

Srigala duduk menyandar di kursi. Tikus membuka tas perlengkapan pembersih gigi. Tikus mengeluarkan satu persatu senjata pembersihnya.

“Perlengkapanku sudah siap. Srigala sudah bisa lakukan pembersihan sekarang?” kata Tikus.

“Sudah Tikus. Gigiku sudah bisa kamu bersihkan sekarang,” jawab Srigala tetap duduk di kursinya.

Srigala membuka mulut dan memperlihatkan giginya. Tikus mulai menyikat gigi Srigala.

“Srigala, Ini gigi apa? Kok begitu tajam? Aku membersihkan gigi Kerbau tidak melihat gigi seperti ini,” ucap Tikus mulai mencari tahu.

“Ini taring kebanggaanku. Dengan taringku ini, aku bisa menggigit dan merobek mangsaku tanpa ampun. Kalau aku mau, tubuhmu sekali gigit pasti langsung remuk,” jawab Srigala mebanggakan diri.

“Wow, luar biasa kuat gigimu, Srigala. Pantas di sela-sela taringmu ada sisa daging,” puji Tikus.

“Mau coba ketajaman taringku di tubuhmu?” kata Srigala.

“Ah, tidak. Jika kamu memakanku, tidak ada lagi yang membersihkan gigimu,” ucap Tikus.

“Haa, haa, Aku hanya bercanda. Aku tidak suka makan tubuhmu yang kecil ini. Aku lebih suka makan anak Sapi atau Kelinci yang gemuk,” kata Srigala.

Tikus melanjutkan pekerjaannya membersihkan gigi Srigala. Tikus terlihat kaget dengan perkataan Srigala yang suka makan Kelinci yang gemuk.

“Pantas Kelinci selama ini tidak pernah keluar jauh dari rumahnya,” pikir Tikus

Tikus mengelap-ngelap gigi taring Srigala.

“Sudah selesai Srigala. Sekarang gigimu bersih mengkilap,” ucap Tikus menyelesaikan pekerjaannya.

Srigala bercermin,”Bagus kerjamu, Tikus. Gigiku terlihat bersih mengkilap seperti katamu.”

“Terimakasih kalau Srigala puas dengan hasil pekerjaanku,” ucap Tikus.

Tikus merapikan semua peralatan dan memasukkan ke dalam tas. Ia bersiap pergi.

“Tikus, kamu punya alat pengasah kuku? Tolong asah kukuku menjadi lebih tajam agar mangsaku tidak mudah lepas dari genggamananku,” pinta Srigala.

“Tidak Srigala. Aku tidak menyiapkan alat mengasah kuku. Aku hanya berpikir sebagai pembersih gigi,” jawab Tikus.

“Ya sudah kalau begitu. Ini sekantong kacang tanah sebagai upah kerjamu. Aku tahu kamu sangat suka kacang tanah,” ucap Srigala.

“Terimakasih Srigala,” ucap Tikus mengambil sekantong kacang tanah itu.

 “Oh ya, sebelum kamu pergi. Minggu depan, kamu bawa alat asah kuku! Aku agap sebagai pekerjaan tambahan,” pinta Srigala.

“Ya Srigala. Aku akan bawa alat pengasah kuku,” jawab Tikus.

Tikus meninggalkan rumah Srigala membawa sekantong kacang tanah.

Tikus melanjutkan ke pelanggan berikutnya. Di hari itu, banyak pelanggan membersihkan gigi menggunakan jasa Tikus. Tak terasa, Tikus sudah berada di depan rumah Singa bersiap menawarkan jasanya membersihkan gigi.

“Tok tok tok, pembersih gigi dating.” Tikus mengetok pintu rumah Singa. Tetapi tidak ada yang membukakan pintu.

“Selamat datang, Tikus. Kebetulan kamu datang. Aku ingin membersihkan gigi,” ucap Singa mengagetkan Tikus.

Singa muncul dari belakang Tikus membawa daging buruan.

“Ah Singa, ternyata kamu baru datang berburu,” ucap Tikus menoleh melihat Singa.

“Ayo masuk! Bersihkan  gigiku sepertinya ada banyak pecahan tulang yang nyangkut di gigiku,” perintah Singa.

Tikus masuk mengikuti Singa. Singa meletakkan daging buruannya dan duduk santai di kursi.

“Tikus, cepat bersihkan gigiku ini! Gigiku terasa tidak nyaman karena ada yang nyangkut di selah-selah gigi,” pinta Singa.

“Ya, Singa. Aku sedang mempersiapkan peralatan,” jawab Tikus.

“Cepat Tikus!” ucap Singa  tidak sabar menunggu.

Tikus secepatnya mengambil sikat dan tusuk gigi. Ia mulai menyikat gigi Singa. Ia menusuk-nusuk pecahan tulang dan daging di selah-selah gigi Singa.

“Singa, ini gigi taringmu sangat tajam? Kok hampir sama denga gigi taring Srigala?” tanya Tikus tetap membersihkan gigi Singa.

“Tikus, aku pemangsa dan pemburu ulung di hutan ini. Yang hidup sebagai pemangsa dan pemburu di hutan ini pasti memiliki gigi taring yang tajam. Seharusnya kamu tahu itu, Tikus,” terang Singa.

Tikus mengangguk-angguk tanda mengerti maksud Singa. Tikus melanjutkan membersihkan gigi Singa.

“Benar juga perkataan Singa. Aku semestinya sudah mengerti ciri-ciri mereka yang memakan daging. Aku nanti sudah bisa menjelaskan kepada Kelinci,” pikir Tikus.

Tikus melakukan pembersihan tahap akhir pada gigi Singa. Gigi-gigi Singa sudah terlihat bersih mengkilat.

“Singa, aku sudah selesai,” ucap Tikus menyelesaikan pekerjaannya.

“Sungguh-sungguh bersih gigiku ini. Kamu sungguh luar biasa, Tikus,” puji Singa yang terlihat sangat bahagia di depan cermin.

“Terimakasih Singa,” ucap Tikus bahagia.

“Ini sekantong jagung sebagai hasil kerjamu yang bagus,” Singa memberikan sekantong jagung itu.

“Maaf, Singa. Boleh aku menitipkan dulu sekantong jagung ini di sini. Aku sudah terlalu banyak membawa barang,” ucap Tikus.

“Baiklah, Tikus. Kamu bisa mengambilnya dua minggu lagi dan sekalian bersihkan gigiku lagi,” jawab Singa menyetujui permintaan Tikus.

“Siap Singa, aku akan memberikan layanan terbaik,” ucap Tikus senang.

Tikus meninggalkan rumah Singa penuh rasa kebahagiaan dan kebanggaan. Karena hari sudah sore, Tikus tidak lagi melanjutkan pekerjaannya. Ia memilih pulang.

“Malam ini akan aku ceritakan semua yang telah kudapatkan hari ini. Hari ini memeng sangat luar biasa,” gumam Tikus.

Tikus telah sampai di rumah. Ia meletakkan semua barang-barang bawaannya. Ia segera membersihkan diri karena sudah bekerja seharian.

***

Tikus rapi dan terlihat segar. Ia tidak tampak Lelah karena sudah bekerja seharian.

“Sepertinya aku sudah siap pergi menemui Kelinci di rumahnya,” pikir Tikus memutar-mutar dirinya di depan cermin.

Tikus menemui Kelinci. Dilihatlah Kelinci duduk di depan rumah sedang memandangi bintang-bintang. Tikus mendekati Kelinci.

“Apa yang kamu lakukan, Kelinci? Apa kumu dari pagi masih duduk di sini?” sapa Tikus mengagetkan Kelinci.

“Akhirnya kamu datang, Tikus. Aku sudah tidak sabar denganmu,” Sambut bahagia Kelinci.

“Pasti kamu akan puas dengan ceritaku. Kamu pasti akan aman ketika keluar jauh dari rumahmu,” ucap Tikus

“Apa itu? Cepat ceritakan padaku,” ucap Kelinci penuh semangat.

“Ya, Kelinci. Aku ceritanya di dalam rumahmu. Di luar dingin,” jawab Tikus.

Kelinci mengajak Tikus masuk ke dalam rumah. Tikus menceritakan semua tentang Srigala, Singa dan binatang-binatang yang suka makan daging maupun tidak suka makan daging. Tikus menceritakan bahwa mereka yang suka makan daging pasti memiliki taring yang sangat tajam.

“Jika ingin memangsamu, mereka akan memperlihatkan taring dan menerkammu tanpa ampun,” ucap Tikus.

“Oooh, sangat menakutkan ya!” kata Kelinci.

“Apa lagi badanmu gemuk banyak berisi daging. Srigala pasti suka merobek dagingmu dengan taringnya,” ucap Tikus menakut-nakuti.

“Ahh, memang menakutkan. Tapi aku sudah tahu ciri-ciri mereka. Kalau ketemu mereka, aku bisa dengan cepat menghindari mereka,” jawab Kelinci mencoba membuang rasa takutnya.

Tikus mengang-ngangguk mendukung keinginan Kelinci yang ingi jalan-jalan jauh dari rumah. Tikus bercerita hingga larut malam. Kelinci semakin berkeinginan keluar jalan-jalan menjelajah hutan.

***

Keesokan pagi, Kelinci penuh semangat menyambut hari yang cerah. Ia bersiap jala-jalan menjelajahi hutan.

“Hari ini aku akan menikmati pemandangan-pemandangan yang sangat indah. Hari ini aku sudah memiliki keberanian pergi kemanapun yang kuinginkan,” gumam Kelinci bersemangat.

Kelinci telah jauh keluar dari rumahnya. Ia menelusuri jalan di antara semak-semak dan pohon-pohon besar. Ia menikmati keindahan perbukitan yang hijau.

“Wow, sangat mengagumkan pemandangan di hutan ini,” gumam Kelinci.

Kelinci melanjutkan perjalanan. Ia ingin melihat lebih banyak hal-hal yang ada di hutan itu.

“Itu apa terlihat dari kejauhan? Terlihat bertanduk. Badan besar. Jangan-jangan itu Singa yang di ceritakan Tikus?” pikir Kelinci.

Kelinci cepat-cepat bersembunyi di balik pohon besar. Binatang bertanduk itu semakin mendekat kearah tempat Kelinci bersembunyi. Kelinci memperhatikan binatang bertanduk itu tidak berkedip.

“Binatang bertanduk itu tidak terlihat memimiliki taring yang tajam. Dia pasti tidak memangsa daging sepertiku,” pikir Kelinci.

Kelinci keluar dari persembunyian. Ia ingin berkenalan dengan binatang bertanduk itu.

“Halo!” sapa Kelinci.

Binatang bertantuk itu kaget dan menghentikan langkahnya.

“Siapa kamu? Mendadak muncul di depanku,” tanya binatang bertantuk itu.

“Aku Kelinci. Tandukmu begitu bagus. Tapi kamu terlihat tak punya taring tajam,” ucap Kelinci.

“Jelas aku tak punya taring. Aku ini seekor Rusa. Aku dilahirkan tak makan daging. Siapa pun yang tak punya taring pasti makannya daun-daunan, rumput ataupun buah-buahan. Kamu kan sama juga. Seharusnya kamu tahu,” terang binatang bertantuk yang ternyata Rusa.

“Oh, ya juga. Seharusnya sudah mengerti aku tak punya taring semenjak diceritakan oleh Tikus,” pikir Kelinci.

“Hai, kamu kok bengong! Aku ingin melanjutkan perjalananku,” ucap Rusa.

“Oh, maaf-maaf. Silahkan lanjutkan perjalananmu,” jawab Kelinci.

Rusa melanjutkan perjalanan. Kelinci kembali melajutkan pertualangan dan berharap tidak bertemu dengan binatang-binatang pemangsa seperti yang diceritakan oleh Tikus.

“Ah, aku masih aman. Ternyata hutan ini begitu luas dan menyenangkan. Aku masih aman dari pemangsa,” pikir Kelinci.

***

“Auuuuuung…”  Suara menyeramkan bergema di tengah hutan.

 Kelinci kaget mendengar suara raungan itu.

“Jangan-jangan itu suara si pemangsa,” pikir Kelinci yang mulai menahan rasa takutnya.

Kelinci memberanikan diri mendekati suara raungan itu.

“Mungkin itu Srigala, Macan atau Singa,” pikir Kelinci.

Kelinci melangkah pelan-pelan dan mencari tempat bersembunyi agar bisa melihatnya dengan aman. Ia bersembunyi diantara pohon-pohon besar.

“Ahh, itu pasti Srigala. Taringnya panjang dan terlihat tajam. Bulunya berwarna abu-abu. Ia sedang membersihkan gigi-giginya. Mungkin ia telah selesai memakan mangsanya,” gumam Kelinci mengitip di balik pohon.

Kelinci tidak bisa lagi melawan rasa takutnya.

“Aku harus menjauh dari tempat ini. Aku tidak mau menjadi mangsa berikutnya,” Kelinci perlahan-lahan melangkah mundur agar tidak menimbulkan suara yang mencurigakan.

Ketika Kelinci sudah merasakan berada di posisi aman, ia lari mengambil langkah seribu menjauh dari Serigala itu.

“Bruuuk. Seeeeet puuk.” Kelinci menabrak perangkap. Ia terkurung dalam perangkap. Ia berusaha keluar dari perangkap itu, tetapi ia tetap tidak bisa keluar.

“Apa ini? Mengapa aku tak bisa keluar dari tempat ini?” Kelinci meronta-ronta berusaha keluar.

Dari kejauhan, sesosok tinggi tegap dengan dua kakinya melangkah mendekati perangkap yang telah mengurung Kelinci.

“Siapa dia ini? Dia hanya memiliki dua kaki. Tak memiliki taring. Apa dia pemangsa? Ah, tak mungkin pemangsa,” pikir Kelinci menenangkan diri di dalam perangkap.

“Ooh, ternyata hanya Kelinci. Aku kira dapat Serigala atau Harimau. Tak apalah, dapat Kelinci. Putriku pasti senang dan bahagia kuhadiahi Kelinci lucu ini,” ucap sesosok tinggi tegap itu.

“Apa yang akan terjadi denganku? Tikus tak pernah menceritak sesosok tinggi tegap ini,” pikir Kelinci mulai semakin ketakutan mendengar perkataan sesosok tinggi tegap itu.

Kelinci itu pun dibawa pergi oleh sesosok tinggi tegap itu.

Siapakah sesosok tinggi tegap itu? Bagaimana nasib Kelinci itu sekarang? Mungkinkah kini Kelinci sedang bermain dengan putri dari sesosok tinggi tegap itu? [T]

______

IKUTI DONGENG LAIN

Kelinci Rupawan | Dongeng Pendidikan

_____

Tags: dongengdongeng pendidikan
Previous Post

“Abug Glebug”, Jaja Bali dari Pedawa | Biasa Dibuat Saat Tumpek Wariga

Next Post

Novel “Sublimasi Rasa”: Jarak Yang Bergejolak

Wayan Purne

Wayan Purne

Lulusan Undiksha Singaraja. Suka membaca. Kini tinggal di sebuah desa di kawasan Buleleng timur menjadi pendidik di sebuah sekolah yang tak konvensional.

Next Post
Novel “Sublimasi Rasa”: Jarak Yang Bergejolak

Novel "Sublimasi Rasa": Jarak Yang Bergejolak

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co