Sebanyak 26 perempuan dari Kelompok Wanita Tani Jatayu di Desa Bengkel, Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali, berlatih membuat tempe, tahu, dan susu kedelai, 19 September 2021. Kenapa mereka belajar membuat tempe, tahu dan susu kedelai? Jawabannya sederhana: karena bahan-bahannya dari kedelai.
Ceritanya begini. Beberapa bulan sebelumnya, melalui demplot di Subak Bengkel, beberapa petani menanam empat macam varietas bibit kedelai. Kedelai ditanam di atas lahan seluas 8 ha. Tentu, saat panen, melimpahlah kedelai di Desa Bengkel.
Dengan adanya stok kedelai yang banyak itulah muncul ide untuk mengolah kedelai itu menjadi bahan pangan yang diperlukan masyarakat Desa Bengkel dan sekitarnya. Maka, para wanita tani pun diberi pelatihan ketrampilan untuk membuat produk olahan kedelai.
Pelatihan dilaksanakan atas kerjasama Pemerintah Desa Bengkel dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana. Wanita tani itu tampak melakukan pelatihan dengan senang.
Tempe dan tahu adalah kebutuhan pangan yang hampir setiap hari dibutuhkan oleh warga desa. Namun, sedikit sekali a warga yang bisa membuat tempe, tahu atau susu kedelai. Sebagian besar warga memilih untuk membeli di warung.
Dengan adanya pembekalan pelatihan pembuatan tempe ini, akan ada inisiatif dari Kelompok Wanita Tani itu untuk memproduksi tempe, tahu dan susu kedelai untuk memenuhi kebutuhan warga. Dengan adanya produksi tempe, tahu atau susu kedelai tersebut diharapkan akan tercipta perputaran ekonomi dari hulu ke hilir.
Jika permintaan tahu, tempe atau susu kedelai dapat dipenuhi, tentu semakin banyak stok panen kedelai yang dihasilkan oleh petani subak bengkel yang dapat diserap sehingga kedepan kedelai bisa menjadi komoditi unggulan di subak dan tempe, tahu atau susu kedelai dapat menjadi produk unggulan desa.
Ini pemikiran sederhana, tapi menjadi sangat berguna jika dilakukan dengan sungguh-sungguh. [T]
___
Baca juga tulisan Perbekel yang lain:
Merawat Danau Desa, Menjaga Air, Syukur-syukur Juga Pariwisata
Hutan, Desa, dan Perhutanan Sosial | Bagaimana Sebaiknya Desa “Menggarap” Hutan?