31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Covid: Antara Kedukaan dan Merelakan

Krisna AjibyKrisna Aji
August 3, 2021
inOpini
Covid: Antara Kedukaan dan Merelakan

Ilustrasi tatkala.co | Nana Partha

Pandemi yang mulai terjadi di awal tahun 2020 diharapkan akan cepat selesai. Walaupun demikian, pandemi masih berjalan hingga tahun 2021 dengan kemunculan berbagai varian baru; terlihat beberapa kali lonjakan angka kesakitan dan kematian; kabar meninggal yang awalnya bersumber dari orang yang tidak dikenal makin mendekat ke orang – orang yang dikenal, dan bahkan, keluarga sendiri.

Cuaca tidak selamanya cerah. Sesekali angin kencang datang. Bahkan, badai pun kadang datang. Angin kencang dan badai juga merupakan entitas yang tidak kekal dan akan pergi. Suatu saat, cuaca akan cerah kembali. Tetapi, bagaimana jika orang-orang yang berharap badai pergi juga ikut berlalu bersama badai? Bagaimana jika orang-orang tidak sempat melihat cuaca yang akhirnya cerah kembali? Misalkan saja, pada akhirnya, pandemi menyebabkan orang-orang terdekat meninggal dan membuat luka mental yang mendalam terhadap orang-orang yang ditinggalkan. Atau, bisa jadi, kitalah yang akhirnya berlalu dan hilang bersama pandemi.

Kedukaan akibat orang-orang terdekat yang pergi bersama pandemi nyatanya memang meninggalkan luka yang mendalam. Secara normal, rasa kehilangan tersebut akan sembuh kurang dari enam bulan: berganti dengan keiklasan. Tetapi, pada beberapa orang, luka tidak hilang dan berubah bentuk menjadi gangguan kejiwaan yang lama, bahkan permanen. Kedukaan akan semakin kuat saat hubungan dengan orang yang meninggal semakin dekat. Sadar atau tidak, kelekatan dengan suatu hal akan membuat luka yang mendalam saat objek kelekatan tersebut pergi. Semakin melekat akan membuat seseorang semakin berduka.

Proses dari kehilangan adalah hal yang wajar terjadi dan terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan hal tersebut. Dua di antaranya akan dijabarkan pada tulisan berikut ini: teori Catherine Sander dan Kubler – Ross.

Sander menyatakan bahwa proses kehilangan terdiri dari beberapa tahap: “shock”, di mana seseorang merasa tidak percaya, bingung, gelisah, dan secara psikologis mengambil jarak terhadap kenyataan yang ada; lalu mulai menyadari kondisi kehilangan, di mana konflik emosional yang berbentuk rasa marah, bersalah, ataupun menyalahkan segala hal di luar dirinya terjadi; kemudian menarik diri dari lingkungan, merasa lelah, dan adanya kesedihan yang besar–fase ini mirip dengan depresi; beranjak ke masa penyembuhan, di mana seseorang mulai mengambil kendali terhadap respons dirinya dalam menanggapi kenyataan; dan terakhir, terlahir kembali menjadi “manusia baru” yang sudah dapat membangun kesadaran diri dalam menerima realita sebagaimana adanya.

Mirip dengan pernyataan dari Sander, Kubler – Ross menyebutkan bahwa proses penerimaan akan sebuah kehilangan bermula dari penyangkalan terhadap realita; dilanjutkan dengan rasa marah yang muncul akibat kenyataan yang tidak sesuai harapan;  beranjak ke berbagai percobaan untuk menawar realita yang menggelinding apa adanya; kemudian terjadi depresi akibat menyadari bahwa tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah realita; dan terakhir, menerima dengan iklas atas segala realita yang nyatanya tidak bisa diubah. Secara normal, semua proses tersebut akan berjalan sampai ke tahap akhir: penerimaan. Walaupun demikian, tidak jarang pertumbuhan menuju penerimaan tersebut maju – mundur–bahkan stagnan–sehingga hasil akhir yang sempurna terasa jauh panggang dari api.

Lalu, apakah yang dapat dilakukan agar proses penerimaan akan sebuah kehilangan dapat berakhir dengan baik dan sempurna?

Tidak ada jawaban absolut untuk pertanyaan tersebut. Hal tersebut karena manusia memiliki keunikannya yang sangat khas sehingga tidak ada satu pun metodologi yang dapat dipakai secara absolut pada semua manusia. Walaupun demikian, terdapat beberapa cara yang mungkin bisa dicoba: memandang dari sisi orang yang meninggalkan dan memaklumi bahwa tidak ada yang kekal.

Meninggal adalah hal yang pasti; yang tidak pasti adalah waktu untuk meninggal. Jika bukan kerabat terdekat yang lebih dahulu meninggal, bisa saja, kitalah yang meninggal terlebih dahulu. Semua hanya masalah waktu dan orang terdekat yang ditinggalkan — siapapun itu — pasti akan merasa sedih. Kemudian, bagaimana jika kita berada pada posisi orang yang meninggal. Saat itu terjadi, tentu saja posisi kesedihan akibat ditinggalkan akan digantikan oleh kerabat dekat yang masih hidup. Kemudian, jika kita benar-benar menyayangi kerabat terdekat tersebut, apakah kita rela jika orang terdekat tersebut yang pada akhirnya menggantikan diri kita untuk bersedih? Sebenarnya, posisi bersedih karena ditinggalkan — dari sisi ini — sejatinya merupakan posisi berkorban. Dari sisi ini pula, tanggungan beban kesedihan yang menimpa bukanlah tanpa alasan. Orang yang ditinggalkan — dan akhirnya merasa sedih — sebenarnya memang mampu untuk menanggung beban kesedihan tersebut.

Cara lain yang dapat digunakan adalah mulai beranjak dari kesadaran bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini. Sama seperti badai,  segala hal yang pernah dilahirkan pada akhirnya akan mati. Semua hanya masalah waktu. Waktu juga tidak akan menunggu manusia untuk siap menerima kondisi yang menghampirinya. Realita pada dasarnya muncul apa adanya dan intervensi manusia hanya sebatas memperkecil ataupun memperbesar kemungkinan dan bukan mengubah hasil akhir secara total.

Berhubungan dengan sifat alami dari realita, terdapat tiga jenis hak manusia atas pengendalian terhadap sebuah kondisi: tidak dapat dikendalikan sama sekali; dikendalikan sebagian dengan cara memodulasi realita di saat ini; ataupun dikendalikan sepenuhnya oleh manusia. Contoh dari hal yang tidak dapat dikendalikan sama sekali adalah kematian. Sedangkan hal yang sebagian dapat dikendalikan adalah kesehatan. Saat upaya untuk mengendalikan sebagian hal yang dapat dikendalikan — seperti kesehatan — sudah mencapai titik jenuh, maka kondisi di mana kendali sama sekali tidak dapat dilakukan — seperti kematian — akan terjadi. Terlepas dari realita tersebut, manusia tetap memiliki kendali penuh yang terakhir: mengendalikan respons diri terhadap realita yang hadir apa adanya. Mengetahui bahwa sumber kedukaan berawal dari kelekatan terhadap sesuatu yang tidak kekal adalah kunci awal dari pengendalian respons tersebut.  Faktanya, tidak ada satu hal pun yang kekal di dunia ini. Mengetahui bahwa kelekatan terhadap segala hal–yang pada dasarnya tidak ada satu pun hal di dunia ini yang kekal — merupakan sumber masalah dapat menjadi langkah selanjutnya dalam mengubah respons terhadap realita.

Mengetahui saja sebenarnya tidak cukup. Sejak kecil, sejatinya manusia sudah diperkenalkan dengan ketidakkekalan oleh orang tua. Lahir, besar, tua, kemudian mati adalah contoh hal sederhana yang diajarkan sejak kecil. Walaupun demikian, kebanyakan manusia hanya akan memaklumi saat ketidakkekalan terjadi pada orang lain dan tidak rela saat perubahan menghampiri dirinya sendiri. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang berujung pada keiklasan untuk menjadikan ketidakkekalan sebagai bagian dari diri sendiri. Saat keiklasan muncul, respons yang baik terhadap realita akan hadir dan membawa manusia ke proses akhir dari kehilangan: penerimaan yang paripurna. [T]

BACA JUGA:

Percaya Tidak Percaya Covid
  • Percaya Tidak Percaya Covid
Tags: covid 19kesehatanpandemi
Previous Post

Desa Les | Persentuhan Warga Asing dan Lokal Munculkan Kreativitas Kelola Sampah

Next Post

Bersiap “Patah Hati” Ketika Sedang Asyik-asyiknya Menikah

Krisna Aji

Krisna Aji

Psikiater dan penulis lepas

Next Post
Bersiap “Patah Hati” Ketika Sedang Asyik-asyiknya Menikah

Bersiap “Patah Hati” Ketika Sedang Asyik-asyiknya Menikah

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co