Desa Les, salah satu dari sembilan desa yang berada di Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali. Desa dengan populasi 2.500 Kepala Keluarga ini memiliki topografi yang indah sekaligus penuh tantangan — dekat dengan bukit dan laut. Orang Bali menyebut dengan istilah “nyegara gunung”.
Karena indah sekaligus penuh tantangan, tentu juga berbagai kendala, maka siapa pun yang menjadi pemimpin atau kepala desa atau perbekel di Desa Les pastilah memiliki banyak pekerjaan rumah (PR). Termasuk Gede Adi Wistara, perbekel muda yang kini memimpin Desa Les.
“Saya memang tengah mengerjakan pekerjaan rumah besar,” katanya saat diajak ngobrol, suatu hari pada masa PPKM, Juli ini.
Lulusan Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini memang terus berusaha mengerjakan tugas agak rumit. Misalnya untuk pengembangan pariwisata sekaligus pengembangan program kesejahteraan masyarakat. Meski memiliki air terjun yang menarik, Desa Les tampaknya masih memiliki permasalahan air bersih. Masalah itu muncul selalu, apalagi saat musim puncak panas, Juni-Juli.
Di desa itu sebanyak 2000 KK berlangganan PAM (perusahaan air minum) milik desa. Tapi masalah air masih meliputi sejumlah area, antara lain di Dusun Penyumbahan, Panjingan, Tegal Linggah.
Ia sudah melakukan beberapa terobosan untuk mengatasi masalah tersebut baik jangka pendek maupun panjang. Misalnya bekerjasama dengan PDAM Kecamatan Tejakula untuk mensuplai air di kantong-kantang area yang masih mengalami hambatan air. “Selain itu kami juga membeli lahan sumur bor yang sempat sekian tahun mangkrak dengan bantuan dana CSR dari beberapa donatur,” katanya.
Selain itu juga ada proyek SPAM (Saluran Pipa Air Minum) yang proyeknya sampai tahun 2022 dari PDAM Kabupaten Buleleng Unit Air Sanih. Meski begitu, masalah air tampaknya masih menjadi PR yang agak panjang.
PR berikut yang sedang dikerjakan adalah sarana olahraga untuk pemuda. Sudah menjadi cerita lumrah fasilitas olahraga yang minim di desa akan meningkatkan kecenderungan masyarakat untuk abai akan kesehatan, dan melakukan hal-hal yang cenderung negatif. Untuk mewujudkan mimpi dan ingin itu, 12 are lahan sudah dikerjakan dan berproses untuk dijadikan mini sport hall untuk lapangan bola volley, Basket, dan Futsal. Bantuan untuk itu diperoleh dari dana CSR juga.
“Ini penting karena selama berpuluh-puluh tahun tidak ada yang mengenal olahraga terutama basket, karena memang fasilitas lapangan tidak ada,” katanya.
Memang belum apa-apa, tapi Perbekel Wistara bertekad akan terus berjuang, berproses dan belajar. “Meski pandemi semoga semangat untuk membangun desa dan kepentingan bersama dalam berbagai hal, dari infrastruktur maupun bangunan fisik lain akan terus kita upayakan,” terangnya.
PR berikutnya, Perbekel Wistara akan melakukan penataan daya tarik wisata berbasis rural and socio culture tourism. Desa Les cocok untuk itu. Selain itu juga dilakukan pengelolaan hutan desa. [T]