Di daerah Kedampang, Kecamatan Kuta Utara terdapat tempat yang menyerupai Sanur Creative Hub dimana tersedia ruang untuk pameran karya seni, diskusi dan pemutara film.
Pada tanggal 26 April sampai 2 Mei 2021, Pasraman Air: Aji Toya mengadakan pameran seni dengan tema Air. Pasraman Air : Aji Toya merupakan sebuah ruang belajar bersama menanggapi permasalahan air di Bali.
Bali sudah dilanda permasalahan air sejak pariwisata massal yang dimulai pada tahun 1970-an. Nusa dua dan Kuta Selatan yang relatif tandus dibangun hotel mewah dan lapangan golf yang mengambil dari dari Badung Utara. Di saat musim kering, semua hotel dan resort mewah tetap mendapat volume air yang sama sedangkan rakyat kecil harus mengalami kesulitas. Masalah air di Bali amatlah kompleks.
Menurut pengamat lingkungan Bali I Made Sudarma(1), luas hutan kurang dari 35 % pulau Bali. Ini berarti daya lahan untuk meresap dan menampung air relatif rendah. Akan meningkatkan kelangkaan air saat musim kering dan banjir saat musim basah.
Ditambah lagi, semakin beralih fungsinya sawah dan lahan hijau menjadi beton dan aspal akibat tata kelola ruang yang mengutamakan pembanguan gedung untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang semakin kencang serta menjamurnya spekulasi tanah dimana harga satu are tanah mencapai miliaran rupiah di Denpasar dan Badung Selatan.
Pada acara pameran seni tersebut ditampilkan lukisan mempesona karya Eka Suta berjudul Dari Air. Dilukis di atas kanvas berbentuk persegi dengan ukuran 50 cm dengan tinta akrilik.
Warna latar lukisan berwarna warni yang dapat dianggap sebagai pelangi. Di depan warna warni , pada bagian atas tersebar gumpalan gumpalan awan yang menjulang ke langit. Menuju ke bagian bawah, terpampang topeng kayu, hamburger, manusia, air, dan bunga bunga.
Apa isi pesan dari lukisan Eka Suta ini? Kita akan mulai dari warna latar. Pelangi yang menjadi inspirasi warna latar lukisan terbentuk dari pembiasan cahaya matahari pada air. Cahaya matahari yang berwarna putih menyentuh butiran butiran air yang jauth ke tanah. Cahaya tersebut memantulkan warna merah, jingga, kuning, hijau, kuning, nila ,dan ungu. Pantulan tujuh warna inilah yang tertangkap oleh sel retina pada mata manusia saat lensa mata mengamatinya sehingga otak merekam hasil pengamatan sebagai pelangi.
Gumpalan awan terbentuk saat air dan kelembapan pada danau, sungai, hutan, padang rumput dan lautan yang luasnya paling kecil ribuan hektar menguap ke Langit. Udara panas dari matahari membuatnya menjadi ringan sehingga mendorong uap ini ke atas dan berkumpul membentuk awan.
Saat awan terus naik ke atas, akan bersentuhan dengan udara dingin, lalu uap ini kembali menjadi butiran butiran air yang jatuh ke sebagai hujan karena gaya gravitasi bumi. Ini dinamakan siklus hidrologi dan amat vital bagi kelangsungan mahluk hidup di bumi.
Pada Hutan Hujan Tropis yang amat luas seperti Sumatera, Borneo dan Papua, penguapan dari miliaran daun daun lebar kanopi pohon menggerakkan pembentukan awan secara mandiri dan langsung membasahi daratan. Ini berarti hutan hujan tropis mengelola sendiri ekosistemnya. Sebagian besar hujan yang jatuh berasal dari proses ini.
Di bawah atap langit berawan, terdapat topeng barong yang terbuat dari kayu dan hamburger yang mana keduanya berasal dari air. Mengapa demikian? Kayu yang menjadi bahan baku pembuatan topeng berasal dari tanaman yang harus dapat cukup air bersih dan tanah berhumus dimana mikro organisme memproses zat zat yang ada menjadi nutrisi.
Air pada tanaman berkayu diperlukan untuk fotosintesis dan melarutkan nutrient yang diserap melalui akar. Tanpa dua hal itu , pohon akan mati sehingga kayu berkualitas ideal tidak terhasilkan. Kerajinan Bali dapat terganggu karenanya.
Makananan yang terdiri dari roti, sayur sayuran, dan daging berasal dari mahluk hidup. Seperti halnya pohon, gandum, selada, bawang, tomat dan merica butuh air dan tanah untuk tumbuh dan berkembang sebelum dipanen.
Mengenai daging yang digunakan, seluruh hewan darat dan air tawar butuh air untuk menjaga kadar cairan dalam tubuh karena lebih dari 50% tubuh hewan tersusun atas air, sebagai pelarut zat makanan dan kadang jadi habitat kedua. Sapi yang diambil dagingnya membutuhkan tanaman hijau dimana hidup sehat dengan air cukup dan humus serta untuk minum.
Manusia disamping menggunakan air untuk hal yang sama dengan semua mahluk hidup, ia menggunakannya untuk industri pengolahan barang barang yang dikenakan tiap hari secara tak langsung dan langsung . yang tidak langsung berupa air untuk pembangkit listri tenaga uap dan surya yang menghasilkan listrik yang menjadi nyawa dan tulang punggung peradaban modern untuk hampir segala aktivitas. Yang digunakan secara langsung mencakup untuk rekreasi, olah raga, membersihkan diri, transportasi perahu , pembuatan minyak astiri dengan penyulingan dan lain sebagainya.
Bunga bunga cantik yang kita lihat di taman atau hidup liar di alam bergantung pada air dan humus untuk tumbuh mulai dari benih sampai dewasa. Tanah yang berhumus, air jernih dan suhu yang ideal akan mempertahankan usia bunga sebelum layu menjadi nutrisi tanah yang selanjutnya menghidupi lagi benih benih berikutnya.
Kesimpulannya, semua aspek yang manusia butuhkan untuk hidup di bumi berasal dari air secara langsung maupun tak langsung.
Sumber:
- Bali Post. Wujudkan Kawasan Hijau 30 Persen, Bali Perlu Lakukan Hal Ini. 27 Oktober 2020. Diakses tanggal 2 Juli 2020 https://www.balipost.com/news/2020/10/27/154526/Wujudkan-Kawasan-Hijau-30-Persen,…html . Diakses tanggal 2 Juli 2021