11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pustaka Ekspresi, Janji Hati Made Sugianto pada Sastra Bali Modern

I Putu SupartikabyI Putu Supartika
July 13, 2021
inKhas
Pustaka Ekspresi, Janji Hati Made Sugianto pada Sastra Bali Modern

Made Sugianto

Seandainya tahun itu dari 2008 langsung melompat ke tahun 2010 tanpa melewati tahun 2009, tentu tak akan lahir penerbit Pustaka Ekspresi yang konsen menerbitkan karya sastra Bali modern (SBM). Penerbit ini lahir dari tangan usil penulis, wartawan, tokoh pemuda Kukuh, yang kini menjabat perbekel Desa Kukuh, Marga, Tabanan yakni I Made Sugianto. Kelahiran penerbit ini diawali dengan perjumpaannya dengan seorang penulis leak Tabanan, IGP Bawa Samar Gantang tahun 2008 lalu.

Ketika itu, ia bertemu Samar Gantang di RS Tabanan dan dari obrolan mereka, Samar Gantang mengaku belum memiliki buku SBM, padahal karyanya sudah sangat banyak dan tersebar di media. Beberapa hari kemudian, dengan pongahnya Sugianto mendatangi kediaman Samar Gantang dan meminta kliping koran dan beberapa karya cerpen tulis tangan yang belum diketik. Untunglah Samar Gantang berbaik hati dan memberikannya pada Sugianto. Di rumah, Sugianto mengetik ulang naskah tersebut untuk dimuat di Majalah Pustaka Ekspresi yang diasuhnya saat itu. Selesai mengetik, muncullah keinginan menjadikannya sebuah buku.

Atas saran dari penulis Gde Aryantha Soethama, Sugianto mencetak naskah itu dengan printer standar dan juga kertas standar di rumahnya. Karena prosesnya cukup lama, ia pun sampai harus begadang. Sementara untuk sampulnya ia cetak di tukang cetak yang sekaligus tempat penjilidan dan lahirlah buku berjudul Jangkrik Maenci karya IGP Bawa Samar Gantang dengan nama penerbit Pustaka Ekspresi tahun 2009.

Ada hal unik yang mengiringi lahirnya buku pertama ini, dimana biaya untuk cetak sampul buku Rp 3 ribu, biaya jilid Rp 5 ribu perbuku, dan ia menjualnya dengan harga Rp 10 ribu perbuku. Pikirnya, buku bahasa Bali ketika itu sulit terjual sehingga harganya harus terjangkau. Karena dari pengalamannya saat berkunjung ke toko buku, harga buku berbahasa Bali berkisar antara Rp 8 ribu hingga Rp 12 ribu, maka ia memilih harga di tengah-tengah saja dengan harapan ada yang membeli karena harganya terjangkau. Walaupun tak bisa balik modal dan malahan rugi, namun Sugianto menganggap itu panggilan hati dan setia melanjutkan penerbitannya sebagai janji hati.

Dengan mencantumkan alamat penerbit dan nomor telepon, Sugianto iseng memasarkan hasil cetakannya ke Toko Buku Berata di Jalan Kartini, dekat RSUD Wangaya, Denpasar. Umpan yang dipasang pun berhasil, karena beberapa waktu kemudian ada seseorang yang meneleponnya dan ingin menerbitkan buku di Pustaka Ekspresi. Maka terbitlah buku kedua tentang pariwisata dan buku itu sangat laku karena memang dicetak terbatas.

Selepas itu, Sugianto mulai mengembara mencari naskah yang bisa diterbitkan utamanya naskah SBM. Bertemulah ia dengan pendekar-pendekar sastra dari Bali timur. Pertama ia bertemu penyair almarhum I Wayan Arthawa dan dari pertemuan ini ia mengenal banyak sastrawan Bali Timur. Wayan Arthawa saat itu menerbitkan buku puisi Sandiwara Bulan Sabit sebanyak 500 eksemplar dan sangat laku.

Sugianto kemudian diajak bertemu sastrawan IDK Raka Kusuma dan di sana kebetulan ada IBW Widiasa Keniten dan almarhum I Nyoman Tusthi Eddy. Mulailah ia bersiasat untuk memperkenalkan penerbitan yang dirintisnya. Usahanya tak sia-sia dan sejak saat itu Pustaka Ekspresi pun mulai dilirik berkat bantuan ‘promosi’ dari pendekar sastra di Bali timur. Salah satunya oleh IDK Raka Kusuma yang mengarahkan penulis-penulis SBM untuk merapat ke Pustaka Ekspresi.

Untuk meningkatkan kualitas buku yang diterbitkannya, Sugianto mencari percetakan yang bisa diajak kerjasama dan bisa mencetak dalam jumlah terbatas. Di Google ia menemukan satu percetakan dan ia menghubunginya. Awalnya percetakan itu tak mau diajak kerjasama. Ia pun melakukan negosiasi dengan memaparkan keadaan yang sebenarnya dan berhasil mengetuk hati percetakan itu, sehingga negosiasi diakhir dengan kata: sepakat.

Penerbitan yang awalnya difokuskan untuk menerbitkan karya berbahasa Bali, belakangan juga membantu penerbitan karya sastra berbahasa Indonesia. Beberapa penulis sastra Indonesia kenamaan Bali menerbitkan karyanya di sana, sebut saja Wayan Jengki Sunarta hingga Ngurah Parsua. Dalam perkembangannya, penerbit ini tak hanya mengambil segmen sastra, juga mengambil banyak segmen mulai dari pariwisata, pertanian, kuliner, bahkan spiritual.

Penamaan Pustaka Ekspresi ternyata tak lepas dari pengaruh penulis favorit dari Made Sugianto sendiri yakni Wayan Suardika. Ia sering membaca karya Suardika di Anita Cemerlang dan mulai mengagumi sosoknya termasuk mengikuti jejaknya. Ketika Suardika membuat Wacana Bali, Sugianto ikut membuat Wacana Bali Tabanan yang bertahan selama satu tahun. Suardika membuat Majalah Suardi, Sugianto ikut membuat Majalah Ekspresi. Dan ketika lahir Pustaka Suardi, Sugianto mengikutinya dengan membuat Pustaka Ekspresi yang tetap eksis hingga saat ini.

Di masa-masa awal menerbitkan buku, Pustaka Ekspresi belum memiliki logo dan hanya menggunakan tulisan saja sebagai nama penerbit pada setiap buku yang diterbitkan. Kemudian ia meminta bantuan kepada kenalannya di Facebook, Jero Alit Bangah yang lihai dalam menggambar. Mereka pun bertemu di bale tajuk, di rumah Sugianto dan Jero Alit Bangah diminta membuatkannya logo dengan gambar pis bolong. Ketika menggambar pis bolong, seperti sebuah kode alam, tiba-tiba ada cicak yang jatuh. Peka dengan kode itu, Sugianto pun meminta agar pis bolong itu diisi dengan gambar cicak. Bagi Sugianto, pis bolong bermakna tawar menawar yang fleksibel sementara cicak melambangkan kaweruhan.

Selama penerbit ini bertumbuh, Sugianto memiliki komitmen untuk membantu penulis SBM dalam menerbitkan buku. Setiap tahunnya, setidaknya ia membantu menerbitkan dua buku SBM dengan kantongnya sendiri. Ia menyisihkan sedikit hasil penjualan bukunya yang tak seberapa dan kebanyakan digratiskan, untuk membantu kelahiran buku SBM itu.

Dalam perkembangan selanjutnya, ia pun memutuskan untuk membuat sayembara Gerip Maurip agar bisa membantu penulis SBM dalam lingkup yang lebih luas. Lewat sayembara yang dimulai tahun 2017 ini, dipilih dua karya terbaik berupa kumpulan cerpen atau novel dan kumpulan puisi atau prosa liris yang akan diterbitkan.

Sebelum bernama Gerip Maurip, ia ingin menamai sayembara ini Gerip Sastra. Namun saat berkunjung ke rumah penulis Nyoman Manda, diperlihatkan kepadanya buku puisi Bali setebal seribu lebih halaman yang berjudul Gerip Maurip Ngridip Makedip. Dari sanalah, ia mendapat inspirasi dan Gerip Sastra berubah menjadi Gerip Maurip dengan harapan sayembara ini tetap berkelanjutan.

Ada yang spesial dalam perjalanan penerbit ini ketika IBW Widiasa Keniten menerbitkan buku Sandal Jepit. Saat itu, untuk mencetak buku masih dilakukan dengan menggunakan printer manual di rumahnya. Oleh IBW Widiasa Keniten, buku itu digunakan sebagai bahan lomba dan akhirnya bisa dibawa ke beberapa negara mulai dari Belanda hingga Jerman.

Sebagai sebuah janji hati, Sugianto berupaya agar penerbit ini tetap bisa membantu penerbitan buku SBM. Kadang ia pernah memaksa seseorang untuk ikut menulis dalam bahasa Bali dan menjadikannya buku dan ia berjanji membantu penerbitan buku itu. Pemaksaan itu pun berbuah manis, karena yang dipaksa ketagihan menulis dalam bahasa Bali.

Kini, dalam setahun Pusata Ekspresi bisa menerbitkan 5 hingga 10 judul buku SBM. Dan hampir setiap tahun, buku terbitan penerbit berlogo pis bolong cekcek ini menyabet penghargaan bergengsi untuk sastra daerah khususnya SBM yakni Hadiah Sastera Rancage. Atas kegigihannya pula, Pustaka Ekspresi mengantarkan Sugianto meraih Hadiah Sastera Rancage dalam bidang jasa tahun 2012 yang kemudian disusul untuk karya tahun 2013 lewat novelnya yang berjudul Sentana.[T]

BACA JUGA:

Carma Citrawati, Ide Menulis Itu Datang dari Drama Korea
  • Carma Citrawati, Ide Menulis Itu Datang dari Drama Korea
Sosok Alit Juliartha di Mata Darma Putra, dari Salah Menyebut Nama hingga Kukuh pada Idealisme
  • Sosok Alit Juliartha di Mata Darma Putra, dari Salah Menyebut Nama hingga Kukuh pada Idealisme
Putra Ariawan | Menelan Permen Karet, Berobat Lewat Sastra Bali Modern
  • Putra Ariawan | Menelan Permen Karet, Berobat Lewat Sastra Bali Modern
Wayan Sumahardika | PR Untuk Sastra Bali Modern yang Berada di Persimpangan
  • Wayan Sumahardika | PR Untuk Sastra Bali Modern yang Berada di Persimpangan
Komang Adnyana | Membunuh “Writer Block” dengan Mem-Bali-kan Sastra Dunia
  • Komang Adnyana | Membunuh “Writer Block” dengan Mem-Bali-kan Sastra Dunia
Tags: Made SugiantoPustaka Ekspresisastrasastra bali modern
Previous Post

Mereka Wana Jnana | Dari Gelaran Bali Kandarupa

Next Post

Pak Brenyit Sang Penunggu Sampah | “Berkantor” di Depan Kuburan Desa Panji

I Putu Supartika

I Putu Supartika

Pengamat cewek teman dan peternak sapi ulung yang tidak bisa menyabit rumput. Belakangan nyambi menulis cerpen

Next Post
Pak Brenyit Sang Penunggu Sampah | “Berkantor” di Depan Kuburan Desa Panji

Pak Brenyit Sang Penunggu Sampah | “Berkantor” di Depan Kuburan Desa Panji

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co