Di tempat yang berlokasi di Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali, ada sebuah penginapan yang berhadapan dengan sawah. Halaman penginapan asri dengan banyak tanaman hias. Suasana aliran air terdengar, menambah kesejukan. Penginapan itu bernama Omah Apik.
Ada gedung yang terbuat dari kayu. Gedung itulah yang dijadikan tempat kegiatan pelatihan jurnalisme oleh Komisi Pemberantasan Korupsi bersama Akademi Jurnalistik Lawan Korupsi pada Hari Kamis tanggal 22 April 2021 dan Hari Jumat tanggal 23 April 2021.
Gedung itu seluruhnya terbuat dari kayu dengan atap menyerupai bangunan traditional Jawa. Saat memasuki ruangan, meja meja sudah tertata dengan berlapiskan taplak. Kursi sudah diatur posisinya supaya peserta dapat duduk dengan nyaman. Bangunan tersebut bernama Kubu dimana menjadi ruang serba guna sejak didirikan tujuh tahun yang lalu.
Pengelola Omah Apik, Itha Widiyanto, menyebutkan bahwa kompleks ini awalnya disebut Umah Kumpul karena sering dijadikan tempat berkumpul oleh keluarga dan teman teman. Kemudian bersama rekannya disebut itu disebut Omah Apik. Omah Apik dibuka public sejak sembilan tahun yang lalu. Dan telah menyelenggarakan berbagai kegiatan selama lima tahun terakhir.
Komisi Pemberantasan Korupsi memilih tempat ini karena bervisi yang sama yaitu berkelanjutan. Selain itu, tempat ini memiliki pengalaman menyelenggarakan berbagai acara pendidikan, seni budaya seperti festival tepi sawah dan berbagai acara komunitas. Bahkan pernah mengadakan penulisan cerita anak dengan penulis terkenal dari Bali bernama Made Taro. Meski merupakan penginapan, anak anak di Pejeng diizinkan untuk menjadikan tempat itu untuk belajar. Omah Apik mempraktekkan beberapa bagian ekonomi sirkular yang merupakan aspek berkelanjutan yaitu mengolah limbah organic jadi eco enzyme dan kompos.
Omah apik memberikan kesan kepada para tamu bahwa mereka menginap di rumah teman. Ini dibuktikan dengan mudahnya mereka bertemu dan berbincang langsung dengan pemiliknya tidak seperti penginapan lainnya yang mana hal ini jarang terjadi. Pemandangan sawah yang permai menambah keindahan tempat ini. Selain itu, terdapat jalur berjalan trekking yang menelusuri pematang sawah untuk menikmati pemandangan tersebut. Tempat ini juga menyediakan fasilitas untuk pengunjung suka berenang yang menghadap sawah sambil menikmati langit yang biru dan awan putih saat cuaca cerah.
Di masa pandemi, ibu Etha mengembangkan cara agar tempat ini tetap hidup yaitu mengubah taman jadi kebun produktif yang membantu memenuhi kebutuhan pangan karyawan sehari hari. Hasil yang berlebih dijual. Dari penjualan ini diperoleh pendapatan. Beliau merencanakan tiga strategi lain yaitu jadikan tempat ini sebagai pusat belajar untuk berbagai kelompok termasuk murid murid summer school, program pendidikan, dan wisatawan alternative yang suka menikmati sawah dan suasana pedesaan.
Di sana ada lima zona yaitu zona pertama untuk makanan karyawan dan pengelola omah apik, zona kedua yang menyediakan tanaman herbal dan salad untuk makanan tamu, dan zona ketiga yang dipergunakan sebagai lahan produksi. Zona ini menghasilkan buah nanas untuk dibuatkan selai. Etha Widiyanto merencanakan pendirian zona empat yaitu hutan masyarakat dimana komunitas Pejeng dapat mengambil hasil kebun secara berkelanjutan dan zona konservasi untuk pelestarian keragaman hayati.
Dengan zona ini. Omah Apik menjadikan tempatnya bukan sekedar penginapan tapi juga tempat yang mempromosikan keberlanjutan (sustainable hub) dan kedaulatan pangan komunitas. Ini adalah contoh dari penginapan yang berkontribusi nyata secara ekologi dan sosial.
Arum Christina dan Tri Artining Putri selaku Humas KPK sudah merencanakan menjadikan tempat ini sebagai lokasi kegiatan pelatihan jurnalistik sejak Januari 2021.
Etha Widiyanto sebagai pengelola selalu mendidik karyawan untuk berintegritas untuk mencegah korupsi. Berbagai masalah dibahas setiap rapat bulanan. Karyawan diberi pendidikan untuk teliti dan jeli. Mereka diajari bahwa tempat ini bagian dari mereka dan jika merugikannya mereka akan menderita. Ini membuat dua belas karyawan tersebut betah selama lebih dari tujuh tahun dan tidak sekedar jadi pekerja tapi bagian dari Omah Apik. Bisnis seperti ini patut dijadikan contoh bagi penginapan penginapan yang ada di Bali. [T]