3 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Makanan sebagai persembahan

Makanan sebagai persembahan

Makanan Bukan Sekadar Sajian | Bisa Jadi Karya Seni, Simbol Kekerabatan dan Persembahan

I Putu Suiraoka by I Putu Suiraoka
February 21, 2021
in Esai

Bagi masyarakat Bali khususnya, makanan bukanlah sekedar sajian di meja makan untuk pemenuhan gizi dan kebutuhan biologis. Tapi makanan adalah sesuatu yang kompleks dan bisa dinikmati dari segala rasa. Kita bisa melihat beragam aspek dari makanan ketika melihat lebih ke dalam dari apa yang dibuat dan dilakukan oleh orang Bali terhadap bahan makanan atau makanannya.

Beberapa hal tentang makanan yang kita bisa lihat di Bali:

  • Makanan sebagai hasil karya seni yang dibuat dan disajikan dalam rangkaian-rangkaian yang indah dan umumnya dipakai untuk persembahan dalam upacara-upacara tertentu,
  • Makanan adalah salah satu bentuk persembahan. Bentuk rasa syukur dan ucapan terimakasih atas karunia dan limpahan hasil bumi yang diwujudkan dari bahan makanan maupun makanan.
  • Makanan adalah gambaran tentang kekerabatan. Pada hari-hara tertentu atau ketika ada hajatan, biasanya yang punya hajatan mempersembahkan makanan kepada keluarga, tetangga maupun kerabat mereka. Istilah yang digunakan untuk kegiatan ini adalah “Ngejot” yang artinya memberikan bingkisan dalam bentuk makanan kepada orang lain. 
  • Makanan adalah tradisi yang selalu diturunkan bagi generasi berikutnya. Dalam upacara tertentu ada penggunaan makanan yang diatur dalam suatu tatanan tertentu. Untuk memahami tatanan tersebut agar tetap terjaga keberlanjutannya antar generasi, tentunya harus diturunkan antar generasi. Pola pembelajaran ini lebih dalam bentuk etno paedagogik. Jadi masyarakat tidak mengajarkan secara khusus danformal melainkan dengan mengajarkan dengan mengajarkan dalam kegiatan tradisi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat itu.
  • Makanan menggambarkan hak dan kewajiban. Pada tingkatan tertentu bentuk-bentuk makanan yang disajikan menggambarkan hak dan kewajiban seseorang di dalam masyarakat. Seperti misalnya pada kelompok/anggota masyarakat yang melaksanakan tugas tertentu/melaksanakan kewajiban tertentu, bagi mereka akan diberikan imbalan dalam bentuk makanan yang berbeda dengan anggota masyarakat lainnya.

Satu hal menarik tentang makanan di Bali adalah dominannya menggunakan makanan sebagai persembahan dalam suatu upacara. Mungkin kalau diamati sebagian besar persembahan yang dihaturkan dalam upacara-upacara di Bali menggunakan makanan dan minuman sebagai unsur utamanya.

Sebagai salah satu rujukan kenapa mereka sangat mentaati persembahan dalam bentuk makanan dan minuman ini adalah sebagaimana tercantum dalam sloka 13 Bhagawadgita yaitu:


Yajna-sistasinah santo 

Mucyante sarva-kilbisaih

Bhunjate te tv agham papa

Ye pacanty atma-karanat


Yang artinya:

“para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indria-indria pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja”.

Meskipun tidak semua mungkin membaca sloka ini tapi keyakinan ini sudah diturunkan dari generasi ke generasi dalam bahasa yang lebih sederhana. Namun, apakah implementasi dari keyakinan ini akan mampu bertahan seiring perkembangan jaman? Menurut hemat penulis, sepanjang orang Bali masih hidup dalam budaya dan tradisinya, hal ini tentunya akan tetap ada dan “bertahan” dalam kehidupan orang Bali. Meskipun tidak kita pungkiri bahwa pengaruh kemajuan teknologi informasi mengakibatkan perubahan dalam pola konsumsi masyarakat Bali, dan hal ini pulalah yang menyebabkan perubahan dalam penggunaan jenis bahan dalam persembahan mereka. [T]

Tags: balikuliner
I Putu Suiraoka

I Putu Suiraoka

Dr. I Putu Suiraoka, M.Kes., dosen, tinggal di Bangli

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi diolah dari gambar Google
Cerpen

Bagaimana Surat Pertama Ditulis | Cerpen Rudyard Kipling

by Juli Sastrawan
March 3, 2021
Foto: koleksi penulis
Opini

Roket Balon Alien: Terbangkan Imajinasi Anak, Lepaskan Zona Nyaman Guru

Alien sudah pulang mengendarai roket balon. Membawa Wiji Thukul menjelajah galaksi. Tanpa lembaran puisi ”Kenangan Anak-Anak Seragam.” Sebab, Wiji Thukul ...

February 2, 2018
Sumber ilustrasi: Halaman Facebook Punk Kwala Ngibur
Opini

Stop Ajeg-kan Bahasa Bali!

JIKA hobi facebook-an, singgahlah sesekali ke halaman Punk Kwala Ngibur. Bisa kita nikmati komik berbahasa Bali dari tingkat paling kepara ...

February 2, 2018
Esai

Sastra Sungsang

“Berlindung pada sastra”. Begitu ada ajaran yang pernah saya dengar dengan telinga Cangak mungil ini. Sastra dalam quote itu berarti ...

January 20, 2020
Khas

Bentangan Lini Masa dari Bali hingga Papua — Catatan Dialog Seni Bali Gate#1

Ada pengetahuan baru yang tersaji dalam dialog seni dan sederet permasalah yang mencuat ke permukaan pada Bali Gate #1 di ...

June 19, 2019
Ilustrasi: Surya Pratama
Opini

Mencari Akar Fundamentalisme

AKSI terorisme di Indonesia semakin mengkhawatirkan dan tak bisa dipandang sebelah mata. Bagaimana tidak, sasaran para teroris kini tidak lagi ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jro Alap Wayan Sidiana memanjat pohon kelapa di Desa Les, Buleleng
Khas

Jro Alap, Kemuliaan Tukang Panjat Kelapa di Desa Les

by Nyoman Nadiana
March 2, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Dr. I. Made Pria Dharsana. SH. M.Hum
Opini

Tergerusnya Demokrasi Indonesia

by I Made Pria Dharsana
March 3, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (157) Dongeng (11) Esai (1419) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (196) Opini (480) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (337)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In