10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

250 KK Hindu Bali Asli di Desa Kayuputih Punya Tradisi Imlek | Ceritanya Mirip Dongeng

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
February 12, 2021
inKhas
250 KK Hindu Bali Asli di Desa Kayuputih Punya Tradisi Imlek | Ceritanya Mirip Dongeng

250 KK Hindu Bali Asli di Desa Kayuputih Punya Tradisi Imlek

Keyakinan dan kepercayaan terhadap sebuah tradisi, bukan melulu soal agama, ras atau negara. Di Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali, terdapat sekitar 250 KK punya tradisi merayakan Imlek setiap tahunnya.

Mereka adalah umat Hindu asli warga Bali. Artinya mereka bukan warga keturunan, dan sama sekali tak punya kaitan dan hubungan dengan Cina atau Tionghoa.

Yang unik, mereka tidak merayakan Imlek di klenteng atau di tempat peribatan warga keturunan seperti di klenteng Ling Gwang Kiong di area Pelabuhan Buleleng atau klenteng Seng Hong Bio di Kampung Baru, Singaraja. 

Mereka punya bangunan kongco dengan desain dan gaya bangunan tradisional Bali. Pada dinding bangunan bagian dalam tertempel lukisan-lukisan China, juga beberapa patung dan lilin berukuran besar.

Tata cara ibadah pada setiap Imlek dikolaborasikan dengan persembahyangan cara Tionghoa dan Hindu.  Antara lain diisi lantunan tri sandya.  Pemujaan khusus menggunakan sarana utama berupa dupa. Tata cara pegang dupa persis seperti warga keturunan Cina beribadah. Dewa apa yang mereka puja atau sungsung? Mereka menyebut, Dewa Hyang Kongco.

Persembahyangan di bangunan kongco milik warga Hindu itu bukan hanya dilaksanakan pada saat Imlek, melainkan juga pada setiap bulan purnama dan tilem. Namun persembahyangan saat purnama dan tilem, biasanya tak seramai persembahyangan saat Imlek.

Persembahyangan Imlek warga Hindu di Kayuputih, Buleleng

Mirip Dongeng

Ketut Langgeng, salah seorang tetua dadia di Kayuputih, mengatakan warga sebanyak sekitar 250 KK yang punya tradisi melakukan persembahyangan Imlek itu terdiri dari tiga dadia.  “Mereka dengan taat melakukan persembahyangan setiap Imlek,” katanya.

Dadia adalah kelompok keluarga besar berdasarkan garis keturunan, atau semacam klan atau marga dalam sistem kekerabatan di Bali. Berdasar garis keturunan, mereka berasal dari keturunan Bali atau Jawa, dan tak punya garis keturunan dari Cina. Bentuk fisik mereka juga tak seperti warga keturunan Cina umumnya, berkulit putih dan bermata sipit. Mereka orang Bali beragam Hindu, tapi punya keyakinan bahwa tradisi ala Cina yang mereka lakukan sudah sesuai dengan keyakinan leluhur mereka yang diturunkan terus-menerus kepada anak-cucu.

Yang unik juga mengherankan, hingga kini tidak ditemukan data-data, atau prasasti, yang bisa dijadikan bukti dan dasar kuat untuk mendukung keyakinan mereka. Mereka hanya punya cerita dari para tetua mereka –- cerita yang mirip-mirip dongeng atau cerita film.

“Kami hanya tahu dari penuturan para tetua keluarga, tanpa ada data yang jelas, kenapa ada kelompok masyarakat Hindu, termasuk saya, sampai memiliki konco dan nyungsung Hyang Dewa Kongco,” kata Ketut Langgeng.

Langgeng bercerita, konon, dahulu kala, ada saudagar Cina berjualan keliling dari desa satu ke desa lain, termasuk ke  Desa Kayuputih. Dalam perjalanan melewati Desa Kayuputih, saudagar itu dirampok dan dibunuh. Sesuai cerita, yang terlibat dalam proses perampokan itu sejumlah orang dari tiga klan keluarga yang berbeda, yakni dari klan Pasek, Pande dan Arya.

Cerita itu tentu saja tak begitu penting, dan mungkin hanya menjadi cerita seram menjelang tidur, sehingga gampang dilupakan. Apalagi tidak ada bukti-bukti fisik, atau dokumen, atau hal sejenis yang bisa jadi bukti bahwa cerita itu benar adanya.

Syahdan, suatu hari, terdapat warga dari keluarga besar itu sakit yang tak kunjung sembuh. Selain itu, keluarga itu mengalamai beberapa peristiwa yang tidak masuk akal. Mereka pun bertanya kepada “orang pintar”, istilahnya nunas baos.

Dari hasil nunas baos itulah cerita tentang perampokan saudagar Cina yang konon dilakukan oleh leluhur mereka itu muncul. Keluarga itu dianggap mendapatkan karma dari perbuatan orang tua mereka di masa lalu.

“Sehingga keluarga dari tiga dadia itu disarankan membuat tempat pemujaan kongco. Setelah mengikuti saran orang pintar itu, warga yang sakit pun sembuh, dan peristiwa-peristiwa yang sifatnya irasional berangsur-angsur membaik,” kata Langgeng.

Hingga kini, keluarga besar itu tetap secara rutin melakuka persembahyangan saat Imlek. “Untuk tahun 2021 di masa pandemi ini, kami melakukan persembahyangan secara bergiliran sesuai protocol kesehatan,” kata Langgeng.

Sarana persembahyangan Imlek di Kongco di Desa Kayuputih, Buleleng

Persembahyangan dan Masakan Cina

Dokter Putu Arya Nugraha, penulis buku Filosofi Sehat, yang kini menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng adalah salah satu dari keluarga besar yang punya tradisi Imlek itu.

Bagi Dokter Arya, tradisi merayakan Imlek yang dilakoni keluarga besarnya, sungguh menarik, penuh makna, dan yang jelas sangat menyenangkan.  

Dokter Arya bercerita, perayaan Imlek keluarganya itu dilakukan sehari mendahului perayaan Imlek nasional, biasanya sehari sebelum penanggalan Bali  tilem kepitu (purwani). Bukan hanya persembahyangannya yang menarik dan menyenangkan, melainkan juga tradisi masakannya. “Kami juga membuat masakan khas Cina,” kata Dokter Arya.

Pagi harinya, salah satu anggota keluarganya pergi ke kota Singaraja membeli bahan masakan khas Tionghoa. Kokinya adalah salah satu anggota keluarga yang punya kebisaan turun temurun  memasak hidangan Cina yang kemudian akan dibagi-bagikan untuk semua, bahkan ada yang dibungkus dibawa pulang. “Rasanya lumayan juga, khas chinese food, bahkan aromanya pun sudah tercium dari jauh,” katanya.

Yang menyenangkan, di halaman kongco biasanya ramai pedagang camilan. Sehingga kemeriahaan Imlek di areal kongco itu jadi meriah. Usai ibadah, biasanya pada tengah malam, keluarga bubar dan beberapa orang tinggal untuk mekemit atau bermalam di kongco yang dibangun di atas dataran tinggi itu.

Seluruh rangkaian persembahyangan dilakukan oleh keluarga besar dari tiga dadia itu. Tak ada warga keturunan Cina. Dulu, di tahun delapanpuluhan, memang kongco itu selalu dikunjungi warga keturunan Cina dari Singaraja saat Imlek. “Namun belakangan ini sudah tak pernah lagi,” kata Dokter Arya. [T]

Tags: bulelengCinahinduImlekTionghoa
Previous Post

Ada Soekarno di Balik Doctor Honoris Causa Ki Hajar Dewantara

Next Post

Kutu-Kutu di Kepala Putu | Cerpen Wulan Dewi Saraswati

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post
Kutu-Kutu di Kepala Putu | Cerpen Wulan Dewi Saraswati

Kutu-Kutu di Kepala Putu | Cerpen Wulan Dewi Saraswati

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co