5 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan
Buku Ekologisme Batur

Buku Ekologisme Batur

Ekologisme Batur | Menjajaki Awal Mula Peradaban

Teddy Chrisprimanata Putra by Teddy Chrisprimanata Putra
February 2, 2021
in Ulasan

Akan selalu menarik buat saya ketika “terjebak” dalam diskusi yang membicarakan soal Bali. Iya, Bali merupakan pulau kecil diapit dua pulau serta luasnya lautan dengan berbagai daya tariknya yang orang-orang sebut sebagai tradisi dan budaya. Meski kecil, Bali sangat kaya akan local genius yang menarik untuk dikuliti satu persatu—bisa jadi setelah menguliti tradisi dan budaya akan muncul kesimpulan yang (mungkin) sejatinya sudah ditinggalkan sejak lama. Dan wacana ini yang akhirnya saya temukan dalam sebuah buku berjudul “Ekologisme Batur”— layaknya girangnya Monkey D. Luffy yang menemukan harta karun One Piece, seperti itulah girangnya saya melihat wacana-wacana tandingan yang disuguhkan oleh penulis.

Ekologisme Batur yang lahir akhir tahun 2020 (Desember 2020) diterbitkan oleh Penerbit Mahima—penerbit yang bermarkas di Bali Utara. Buku ini merupakan kumpulan dari 18 essai yang ditulis oleh IK Eriadi Ariana atau Jero Penyarikan Duuran Batur. Pilihan untuk menjadikan lukisan dari Nengah Sujena yang bertajuk Filosofi Menanam menjadi pilihan yang tepat untuk menggambarkan isi dari substansi yang dibawakan oleh penulis melalui “Ekologisme Batur”.

Saya yang kebetulan berada dalam satu generasi bersama Jero sedikit banyaknya merasakan keresahan yang serupa. Resah akan kelestarian alam, pemahaman makna dari berbagai ritus, serta kehidupan masyarakat yang dengan massif bergeser dari tempatnya. Bedanya, saya lebih tertarik ke arah sosial politik, sedangkan Jero lebih kepada tradisi, adat dan budaya.

Melalui Ekologisme Batur, penulis berhasil mentransformasikan berbagai informasi ke imaji pembaca. Bukan sembarang informasi, informasi yang ditampilkan berupa data prasasti, teks-teks kuno, sampai ingatan-ingatan masa lalu leluhur yang umumnya sulit dicerna oleh orang awam seperti saya. Keberhasilan ini tentu memudahkan pembaca dalam memahami maksud dari penulis, berhasil pula dalam memahami keresahan dari penulis.

Setelah membaca Ekologisme Batur (meski hanya sekali), saya merasa diajak untuk mengenal berbagai kebiasaan, ritus, juga sejarah dari komunitas adat tempat penulis tinggal. Peradaban pegunungan yang berdasarkan teks-teks kuno juga dikatakan sebagai awal mula peradaban manusia Bali. Dituliskan dalam essai yang berjudul “Sarjana Pertama” (hal. 114) Bhatara Brahma ditugaskan untuk menciptakan manusia utama dan ia memilih melakukan tugasnya di Kawasan Tampurhyang (Kawasan Kintamani kini). Tentu ada alasan kenapa Kawasan ini dipilih untuk mencipta manusia utama sebagai penerima ajaran Weda. Apakah Kawasan Tampurhyang memiliki nilai-nilai luhur soal peradaban dan pendidikan? Silakan baca sendiri.

Selain berhasil menggambarkan bahwa kawasan Kintamani merupakan kawasan penting peradaban Bali—juga disebutkan bahwa Kintamani merupakan yang sejak dulu dikenal sebagai pusat pengembangan pendidikan. Keberadaan Pasraman Widya Sinarata menjadi bukti sejarah bahwa pendidikan menjadi yang utama, khususnya dalam menurunkan informasi terkait tradisi dan budaya. Pendidikan yang berlangsung selama 6 bulan penuh dengan peserta didik kisaran siswa SD sampai SMP ini mengisyaratkan bahwa pendidikan—pengetahuan tradisi dan budaya wajib ditanamkan sejak usia dini. Jikalau tidak, putusnya informasi terkait esensi pelaksanaan tradisi dan budaya akan membayangi generas-generasi berikutnya.

Seperti yang saya katakan di awal tadi, menariknya buku ini karena terdapat berbagai wacana tandingan untuk berbagai cerita bahkan kepercayaan yang sudah dianggap final di tengah masyarakat Bali. Wacana tandingan tersebut bisa kalian temukan pada 5 essai yang masing-masing berjudul Jejak Persahabatan Purba (hal. 30), Ruang Berkumpul “Sekala-Niskala” (hal. 37), Mayadenawa dan Narasi Air dari Hulu ke Hilir (hal. 75), Mayadenawa Tattwa (hal. 84), dan Dari Balik Taring Mayadenawa (hal. 90). Bagaimana penulis mempertanyakan tren tetua-tetua hari ini yang seakan doyan dengan penyeragaman konsep desa adat dan Tri Kahyangan. Lalu bagaimana penulis mempertanyakan kembali entitas sesungguhnya yang dipuja pada Pura Desa. Serta bagaimana cerita Mayadenawa yang beredar luas di masyarakat berhasil menciptakan tafsir tunggal seakan tidak mengizinkan tafsir lain untuk menggugat tafsir final tersebut. Penulis mampu mengajak untuk menangguhkan kembali tafsir-tafsir tunggal yang sudah beredar di masyarakat. “Menyerang” tafsir tunggal dengan berbagai pertanyaan, dibarengi pula dengan memaparkan berbagai kemungkinan yang sesungguhnya bisa terjadi.

Berhasil Menimbulkan Pertanyaan Baru

Tentu banyak informasi yang berhasil saya rengkuh dari membaca Ekologisme Batur. Kalau kata seorang kawan, membaca Ekologisme Batur sama saja dengan berkenalan kepada penulisnya—Jero Penyarikan Duuran Batur. Namun, berbagai pertanyaan berhasil muncul secara bergantian dalam pikiran saya pasca membaca Ekologisme Batur. Sebelum masuk ke substansi pertanyaan yang ingin saya kemukakan, tentu penulis harus kembali menyempurnakan beberapa kesalahan ketik dan juga beberapa kalimat yang ‘rasanya’ agak sulit dimengerti oleh pembaca (terutama buat saya).

Pertanyaan muncul setelah saya membaca essai yang berjudul “Dua Gadis Suci Penjaga Titik Suci”. Dalam essai ini dihadirkan penjelasan soal struktur Dane Sareng Nem yang merupakan ujung tombak pemerintahan adat di Desa Batur. Dalam struktur ini terdapat dua sosok yang dipercaya untuk memimpin segala bentuk upacara di Desa Batur, mereka adalah Jero Balian Mekalihan. Seperti yang juga sudah dijelaskan oleh penulis bahwa Jero yang mengemban tugas terpilih melalui upacara Nyanjan. Sebuah ritus yang agaknya sulit dijelaskan secara ilmiah atau logika. Pertanyaan yang muncul dalam kepala saya adalah mengapa Jero Balian Mekalihan harus mengorbankan Grehasta Asrama demi melayani umat? Apakah dengan mengorbankan masa Grehasta sosok Jero Balian Mekalihan dianggap suci? Rasanya ada penjelasan yang lebih komperehensif kenapa hal ini dipercaya dan dijalani oleh komunitas adat Batur.

Sebagai “Juru Bicara” dan juga putra daerah, tentu Jero Penyarikan Duuran Batur bisa memberikan jawaban atas pertanyaan sekaligus keresahan yang saya rasakan setelah membaca Ekologisme Batur. Anggap saja ini sebagai tanggung jawabmu sebagai penulis ya Jero, hehe. [T]


BACA ULASAN BUKU LAIN DARI TEDDY

BACA ULASAN LAIN BUKU “EKOLOGISME BATUR”

Buku Ekologisme Batur

Ekologisme Batur | Kenakalan Berpikir Jero Penyarikan Duuran Batur

Tags: BaturBukuresensi buku
Teddy Chrisprimanata Putra

Teddy Chrisprimanata Putra

Alumnus Universitas Udayana yang lahir di Singaraja, 25 Desember 1995. Saat ini masih aktif dalam organisasi kepemudaan di Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia. Aktif menulis sejak tahun 2016 dengan membuat blog dan masih berlanjut hingga hari ini. Pembaca dapat menemukan tulisan-tulisannya pada www.pojokngilmu.wordpress.com. Pernah mengikuti Sayembara Essay yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia dan masuk dalam 10 besar essay terbaik.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi diolah dari gambar Google
Cerpen

Bagaimana Surat Pertama Ditulis | Cerpen Rudyard Kipling

by Juli Sastrawan
March 3, 2021
Bintang Puspayoga (Foto Widnyana Sudibya)
Esai

Bintangnya Kini adalah Bintang Puspayoga

I Gusti Ayu Bintang Darmawati (Bintang Puspayoga), istri A.A. Ngurah Gede Puspayoga, secara agak mengejutkan terpilih menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan ...

October 23, 2019
Dermaga Banjar Nyuh Nusa Penida [Foto: Serawan]
Opini

Dermaga Tua Banjar Nyuh di Nusa Penida: Gagal Melabuhkan Kapal, Sukses Melabuhkan Cinta

Sebagai daerah kepulauan, salah satu impian masyarakat Nusa Penida (sejak lama) sesungguhnya ialah pelabuhan modern. Pelabuhan yang mampu menyandarkan kapal ...

March 10, 2020
Esai

Rita dan Minikino

PERKENALAN saya dengan dunia film pendek sebenarnya dimulai pada 2016 lalu. Sebelumnya saya hanya sebatas menjadi penikmat film bioskop. Sangat ...

June 3, 2019
Puja Astawa dalam acara talk show yang digelar STAH Mpu Kuturan Singaraja
Kilas

Puja Astawa: Jangan Terpaku Ingin jadi PNS, Youtuber itu Peluang Besar

Kadek Puja Astawa, seorang conten creator yang video-video pendeknya selalu menajdi perhatian publik di media sosial menjadi bintang tamu dalam ...

March 8, 2020
Esai

Refleksi Tahun Baru: Jangan Sampai Hilang Arah dan Buta Arah

Dalam dunia bahasa yang standar dan normal, arah didefinisikan dengan jelas. Utara, Selatan, Timur, Barat, Timur Laut, Barat Laut, dan ...

December 29, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Ketua Tim Literasi SMAK Harapan, Ni Putu Nuratni, M.Pd. dan Kepala Sekolah SMAK Harapan, Drs. I Gusti Putu Karibawa, M.Pd.
Kilas

Kupetik Puisi di Langit | Buku Puisi dari SMAK Harapan

by tatkala
March 5, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

Saṃpradāya Kuno Sampaikah ke Nusantara?*

by Sugi Lanus
March 4, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (157) Dongeng (11) Esai (1422) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (198) Opini (480) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (337)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In