3 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Lukisan di atas kardus. Karya ini diberi judul “Pariwisata Macet Jalan Raya Lancar”.

Lukisan di atas kardus. Karya ini diberi judul “Pariwisata Macet Jalan Raya Lancar”.

Pariwisata Macet, Jalan Raya Lancar

Doni Sugiarto Wijaya by Doni Sugiarto Wijaya
January 16, 2021
in Esai

Pada tanggal 1 Agustus 2002  Kulidan Kitchen  mengadakan pameran seni dengan tema kedaulatan pangan di masa pandemi. Pameran ini merupakan suara dari para seniman untuk memperhatikan kedaulatan pangan dan akses pangan yang adil bagi semua kalangan di masa pandemi. Masing masing seniman menuangkan gagasan kreatifnya di berbagai sarana.

Di dinding ruang galeri sisi selatan, ada satu lukisan yang unik. Keunikannya terletak pada media yang digunakan dalam karya seni tersebut yaitu kardus bekas kemasan barang elektronik yang dipotong berbentuk persegi panjang dengan ukuran sekitar 44 inch dan lebar hampir 31 inch.

Kardus bekas dilukis dengan tinta china berwarna hitam dan putih serta dihiasi dengan tulisan. Hasil lukisan itu tampak seperti gambar nyata berwarna hitam putih.  Kehandalan Slinat di sini yaitu memanfaatkan wadah pengemasan barang yang biasanya dibuang setelah diambil isinya menjadi media untuk bersuara lewat paduan kuas dan tinta. Hasil dari karya ini diberi judul “Pariwisata Macet Jalan Raya Lancar”.

Saat lukisan tersebut diamati dari kiri ke kanan, akan tampak tiga hal yaitu: tulisan di kiri atas, seorang perempuan yang memikul hasil panen dari ladang sambil mengenakan masker penutup wajah dan tulisan di kanan bawah. Tiga hal ini mengandung pesan yang berkaitan satu sama lain yang kemudian dapat mengundang suatu pertanyaan  mengenai posisi pertanian dan pariwisata dalam kehidupan sosial ekonomi Bali.

Tulisan di kiri atas berupa korona, pariwisata macet, jalan raya lancar. Dijabarkan dalam suatu paragraf dapat diungkapkan bahwa sejak pandemi covid-19 melanda seluruh dunia termasuk Indonesia, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik yang datang ke Bali menurun drastis. Banyak negara melarang warganya melancong ke luar negeri. Pemerintah daerah di Indonesia memberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar untuk mencegah penularan virus. Pariwisata terpukul keras hingga pertumbuhan di sektor tersebut nyaris 0%.

Masyarakat Bali sudah merasakan bagaimana beratnya memelihara akomodasi pariwisata seperti perawatan gedung, fasilitas untuk tamu dan peralatan penunjang kegiatan bisnis di tengah sepinya pemasukan. Puluhan ribu pekerja dirumahkan bahkan di PHK. Ratusan ribu yang masih bekerja di gaji tak tentu karena pengurangan jam kerja.

 Mereka pusing tujuh keliling untuk mencukupi kebutuhan ekonomi. Para pekerja ini sulit memperoleh nutrisi yang layak sehingga perlu diadakan bantuan sosial. Saatnya mempertanyakan pariwisata massal yang berlangsung karena ketidakadilan terhadap pekerja sering terjadi. Perlu diadakan diskusi publik hingga rapat umum mengenai pariwisata yang berkeadilan sosial.

Di sisi lain, volume kendaraan yang datang dari luar Bali mengalami penurunan. Sepinya kunjungan menyebabkan jumlah kendaraan yang terparkir meningkat karena rendahnya penyewaan dan perjalanan. Ditambah dengan himbauan PKM dan pembatasan kerumuman publik , lalu lintas di Bali lebih lengang daripada biasanya. Ada sedikit hal baik di tengah masalah berat yaitu waktu tempuh ke tempat tujuan lebih singkat juga tingkat kebisingan yang mereda. Bagi yang amat tidak suka bising, ini membawa segelintir kebahagiaan.

Geser kedua bola mata ke tengah, akan dijumpai gambar seorang petani perempuan yang mengenakan masker menjual hasil panen ke pasar. Ini menandakan wabah covid 19 berdampak serius pada warga di pedesaan. Di Bali setengah atau lebih total konsumsi hasil pertanian, peternakan dan perikanan dilakoni oleh  sektor pariwisata seperti rumah makan, hotel, dan tempat wisata. Belum lagi vila dan penginapan murah yang menyediakan dapur buat pada pelancong yang sering ke pasar atau swalayan membeli bahan makanan.

Rendahnya tingkat keramaian di pusat perbelanjaan dan banyaknya pekerja dirumahkan menyebabkan penurunan konsumsi makanan di sana maupun di pinggir jalan atau kios makanan kecil untuk menghemat pengeluaran. Roda perekonomian melambat. Para petani yang biasa bergantung pada hal-hal tersebut kewalahan karena banyak sekali produknya yang tidak terserap sehingga selisih hasil penjualan dengan biaya produksi amat tipis bahkan lebih besar yang kedua sehingga mengalami kerugian.

Banyak pedagang pasar tradisional menyadari menurunnya permintaan terhadap produk yang biasa dijajakan. Ini dipengaruhi oleh lesunya pariwisata Bali karena dua per tiga penduduk Bali secara langsung maupun tidak langsung hidup dari pariwisata. Kecilnya pendapatan memaksa untuk membeli sedikit.

Di bawah gambar lengan kanan , terdapat tulisan yang bunyinya bercocok tanam, panen makan, subak macet. Lahan hijau di Bali terus dikikis demi pariwisata. Sawah dan kebun ditutupi bangunan dan beton untuk melayani wisatawan dan kendaraan. Daerah resapan air menipis.

Pendirian vila dan penginapan dapat dikatakan nyaris liar. Tidak ada informasi apakah semua itu sudah memenuhi ketentuan Izin Mendirikan Bangunan atau Analisa Dampak Lingkungan bagi bangunan besar seperti hotel berbintang. Penegakan hukum tata ruang tidak dijalankan dengan tegas.

 Air yang seharusnya mengaliri sawah, pekarangan dan kebun yang terdapat tanaman dapat dimakan dialihkan untuk vila dan hotel. Ini yang membuat subak jadi macet. Konsekuensinya, sawah sulit mendapat pasokan air yang vital bagi produksi beras. Kemudian, beras yang dihasilkan dari lahan tersebut tidak maksimal. Hal ini mendorong para petani semakin meninggalkan mata pencahariannya lalu mendorong subak beralih fungsi untuk dapat uang dalam jumlah banyak dan singkat supaya  hidup layak.

Dalam hubungan antara sawah, ruang hijau dan bangunan yang membetoni lahan, wisatawan asng ingin menikmati Bali yang otentik dengan subak dan kebun sayur dan buah tropis dimana jarang ada di kebanyakan negara asal wisatawan ini melancong. Terus terkikisnya sawah dan kebun yang ditanami tanaman yang dapat dimakan, semakin membuat udara jadi gerah karena beton dan aspal membuat gas rumah kaca tidak diserap menjadi nutrisi bagi tanaman untuk hasilkan oksigen. Lahan hijau berbentuk kebun organik yang diselingi pepohonan tinggi dan hutan berfungsi untuk penyerapan dan penampungan air saat hujan. Keduanya berfungsi sebagai nutrisi bagi manusia.

Dalam hal ini, ekowisata subak Sembung di Denpasar utara menjadi oase di tengah himpitan lahan beton. Ia adalah contoh dimana produksi pangan berjalan bersamaan dengan pariwisata. Di situ menjadi tempat yang menampung keragaman flora dan fauna kota Denpasar. Akses yang dekat dari kota menjadi daya tariknya untuk dikunjungi.

Masyarakat dapat menelusuri persawahan sekaligus memperoleh udara yang lebih segar. Pengelolaannya dilakukan oleh komunitas di sana. Uang dari biaya parkir kendaraan menjadi pendapatan tambahan untuk petani di situ.

 Untuk ke depannya, perlu dibangun sejenis pusat informasi dimana menyajikan sejarah pendirian subak Sembung, jenis tanah dan kandungan kimia tanah di situ, dan keragaman hayati hewan dan tumbuhan serta perannya dalam menjadikan padi hidup layak. Ini membuat pengunjung lebih menghargai ekosistem sawah. Berpotensi menjadi wisata ilmiah karena pengunjung mendapat ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari yaitu peran tanah, biotanya serta hewan lain di sawah dalam produksi beras.

Pemerintah semestinya memodali petani di sana untuk mendirikan tempat penggilingan sekam dan pengolahan jerami padi serta limbah sekam untuk menjadi suatu produk bernilai ekonomi yang akan meningkatkan taraf hidup petani sehingga mereka mendapat semakin banyak manfaat yang berkelanjutan dari merawat subak. Di sinilah peran pemerintah dalam penelitian dan pengembangan.

Di masa pandemi ini juga ada komunitas seka teruna  yang bercocok tanam seperti di Kebun Berdaya yang terletak di banjar Tegeh Sari, Desa Pakraman Tonja, Kota Denpasar. Komunitas di Banjar tersebut mengelola kebunnya dari membabat semak lalu ditanami horticultura. Ada juga yang membangun kolam lele di situ. Ini berarti memproduksi vitamin, serat dan protein dalam satu lokasi.

Dalam budidaya lele, para pemuda ini kreatif dalam mensiasati mahanya pakan yaitu membudidayakan magot. Jika ketiga pesan dalam karya seni itu ditarik kesimpulan dalam satu kalimat maka intinya adalah jagalah pertanian di tengah dominasi ekonomi pariwisata karena manusia jauh lebih butuh nutrisi daripada pariwisata. [T]

Doni Sugiarto Wijaya

Doni Sugiarto Wijaya

Lulus Kuliah tahun 2017 dari Universitas Pendidikan Nasional jurusan ekonomi manajemen dengan IPK 3,54. Mendapat penghargaan Paramitha Satya Nugraha sebagai mahasiswa yang menulis skripsi dengan bahasa Inggris. Sejak tahun 2019 pertengahan bulan Oktober, Doni mulai belajar menulis di blog secara otodidak. Doni menulis untuk bersuara kepada publik mengenai isu isu lingkungan hidup, sosial dan satwa liar.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi diolah dari gambar Google
Cerpen

Bagaimana Surat Pertama Ditulis | Cerpen Rudyard Kipling

by Juli Sastrawan
March 3, 2021
Winasa [Gambar diambil dari akun facebook Wayan Udiana]
Esai

“Menunggangi” Winasa Adalah Konyol – [Catatan Kecil Jelang Pilkada Jembrana]

Winasa itu fenomenal, betul. Karena sepak terjangnya "menerjemahkan otonomi daerah" ketika menjadi Bupati Jembrana sangat terkenal bahkan dipelajari secara nasional. ...

March 12, 2020
Ilustrasi tatkala.co/Nana Partha
Esai

Mendukung Pendirian Stiti Loka LPD Bali

Gubernur Bali I Wayan Koster memiliki program kerja yang tertuang dalam visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Kalimat sakral tersebut ...

April 20, 2020
Opini

Socrates, Dongeng Ikan dan Katak, serta Anak-anak yang Mendadak Filsuf

  SIAPAKAH yang paling mengagumkan dalam berfilosofi? Mungkin Socrates yang paling mengagumkan yang dikenang hingga sekarang. Sebab Socrates tahu dirinya ...

February 2, 2018
Salah satu sudut Kota Cirebon (Foto: Instagram @
cirebonbribin
Esai

Tak Ada Baridin-Ratminah di Jalan Kota #2 – [Catatan dari Cirebon]

Gedung-gedung dan kepala menghambur dalam senja Mengurai dan layung-layung membara di langit barat daya O, kota kekasih Tekankan aku pada ...

August 15, 2019
Saya membaca buku koleksi dari Smile Shop, Ubud
Esai

Smile Shop, Toko Buku Kecil di Ubud: Agar Anak-anak Tersenyum

Buku bagiku seperti makanan. Ketika aku ingin membaca buku baru, rasanya sama seperti aku lapar dan ingin menyantap makanan dengan ...

December 19, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jro Alap Wayan Sidiana memanjat pohon kelapa di Desa Les, Buleleng
Khas

Jro Alap, Kemuliaan Tukang Panjat Kelapa di Desa Les

by Nyoman Nadiana
March 2, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Dr. I. Made Pria Dharsana. SH. M.Hum
Opini

Tergerusnya Demokrasi Indonesia

by I Made Pria Dharsana
March 3, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (157) Dongeng (11) Esai (1419) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (196) Opini (480) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (337)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In