25 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
I Gede Prabaskara Ary Karang

I Gede Prabaskara Ary Karang

Covid-19: Pandemi, Ramalan, Paksaan Perubahan Paradigma, dan Inersia Kehidupan

Suara Perubahan by Suara Perubahan
January 8, 2021
in Esai

Penulis: I Gede Prabaskara Ary Karang

_______

Sejarah mencatat bahwa pada tanggal 11 Maret 2020 Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) secara resmi mengumumkan virus corona Covid-19 sebagai sebuah pandemi. Pandemi merupakan penyakit yang menyebar di wilayah yang luas, misalnya beberapa benoa atau di seluruh dunia. Pandemi adalah epidemi yang terjadi pada skala yang melintasi batas internasional. WHO meminta seluruh negara untuk mengambil “tindakan mendesak dan agresif”. Pandemi dinilai sebagai wabah yang mengerikan dan mencemaskan.

Virus corona merupakan jenis virus yang diidentifikasi sebagai penyebab penyakit pada saluran pernapasan, yang pertama kali terdeteksi muncul di Kota Wuhan, Tiongkok. Dari sebuah kota hingga menyebar ke 189 Negara di dunia. Dari 1 kasus terkonfirmasi hingga update per Oktober 2020 hampir 39 juta kasus terkonfirmasi dengan lebih dari satu juta kasus kematian. Dari sebuah virus flu biasa menjadi pandemi, dari sebuah virus tanpa vaksin akhirnya nanti menjadi bagian dari 6 imunisasi wajib yang diberikan kepada anak-anak, dari sebuah penyakit menakutkan bergeser menjadi penyakit yang seakan diragukan kebenarannya sebagai bentuk resistensi dari masyarakat. Dari sebuah virus yang paling dijauhi hingga nanti menjadi virus yang bersejarah yang paling banyak dicari. Begitulah perubahan itu terjadi, tidak ada makhluk di dunia ini yang luput dari perubahan.

Covid-19 yang tidak luput dari perubahan tersebut seakan tidak luput juga dari sebuah ramalan, salah satunya adalah ramalan Jayabaya atau Joyoboyo yang terkenal ramalan Notonegoro-nya. Ramalan itu berbunyi

“Sesuk yen wis ketemu tahun sing kembar bakal ketemu jamane langgar bubar, mesjid korat-karit, Kabah ora kaambah, begajul padha ucul, manungsa seda tanpa diupakara, kawula cilik padha keluwen, para punggawa negara makarya nganti lali kaluwarga”

Artinya, besok bila bertemu tahun kembar maka akan bertemu masanya surau atau musala bubar, masjid tidak terurus, Ka’bah tidak dikunjungi, penjahat lepas, manusia meninggal tidak diurus sebagaimana mestinya, rakyat kecil kelaparan, dan para pejabat/petugas bekerja sampai lupa keluarga.

Sebuah ramalan yang begitu menggambarkan kondisi Indonesia saat ini ketika diserang wabah pandemi Covid-19 yang terjadi pada tahun kembar, 2020. Suatu ramalan yang tidak memaksa kita untuk mempercayainya, semuanya diserahkan kepada pribadi masing-masing untuk percaya atau tidak dengan hal tersebut karena ramalan bukan takdir tetapi sebuah seni proyeksi. Seiring dengan perkembangan zaman maka perubahan akan penilaian terhadap suatu ramalan akan semakin berubah, lagi-lagi perubahan dan tidak ada yang luput dari perubahan.

Fokus inti dari ramalan itu adalah menggambarkan bahwa adanya perubahan yang sangat mendasar dalam perilaku manusia akibat adanya pandemi Covid-19. Untuk mengurangi penyebaran Covid-19 maka pemerintah selalu menyerukan agar masyarakat selalu menjaga jarak dan menghindari kerumunan yang akhirnya banyak mengkampanyekan seruan “di rumah saja” sehingga tidak heran di setiap media sosial bertebaran hastag #dirumahaja. Tidak hanya terkait dengan aktivitas pekerjaan tetapi juga terkait kewajiban beribadah. Pada aktivitas pekerjaan akhirnya diterapkan Work From Home (WFH), pertemuan dilakukan dengan media online dan saat ini telah menjadi kebiasaan.

Pada aktivitas kewajiban beribadah, bahwa beribadah secara bersama adalah suatu yang sangat baik namun ketika Pandemi Covid-19 ini menyerang maka itu pun disebut sebagai suatu bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan kerumunan sehingga pemerintah pun menghimbau agar masyarakat dapat beribadah di rumah masing-masing. Dengan demikian tergambarlah suatu keadaan yang persis dengan ramalan Jayabaya bahwa tempat beribadah baik Masjid, Gereja, Pura, Wihara, Kelenteng dan lain-lain menjadi sangat sepi. Baru saat ini semboyan yang sudah digunakan sejak zaman kolonial dengan tujuan memupuk rasa persatuan saat itu yaitu “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” mengalami perubahan. Pertama dalam sejarah dunia, bahkan di negara lain pun sama, semboyan ‘berpisah kita kuat bersatu kita runtuh’, menjadi salah satu cara melawan wabah yang melanda sehingga semboyan “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” seakan tidak berlaku saat ini dalam penanganan pandemi Covid-19. Walau mustahil, kini itulah kenyataannya. Lagi-lagi perubahan terjadi dengan tidak mengenal kata mustahil.  

Dari sebuah pandemi hingga menjadi sebuah peristiwa yang banyak dihubungkan oleh masyarakat dengan sebuah ramalan, sebagai pemicu seruan lockdown dan seruan di rumah saja sampai yang teranyar menjadi seruan ingat pesan Ibu telah menjadikan pandemi Covid-19 sebagai suatu trending topik nomor 1 di dunia sepanjang tahun 2020. Wabah virus Covid-19 telah membawa dampak yang signifikan terhadap berbagai sektor. Hampir tidak ada sektor yang tidak mengalami dampak krisis akibat pandemi Covid-19.

Hampir setiap negara di dunia pasti menganggarkan dana untuk keperluan pertahanan dan keamanan. Sebut saja 5 (lima) negara dengan anggaran pertahanan tertinggi di Dunia antara lain Amerika Serikat, China, Arab Saudi, India, dan Perancis. Amerika Serikat sebagai negara adikuasa tentu tidak dapat diragukan kekuatan pertahanan keamanannya. Besar kekuatan militernya nomor 1 di dunia. Militer Amerika Serikat sebenarnya dipersenjatai dengan baik untuk menghalau serangan konvensional. Tetapi keunggulan itu tidak banyak bermanfaat ketika menghadapi ancaman pandemi Covid-19. Ratusan ribu warga AS meninggal dalam waktu singkat. Bahkan angkatan laut AS pun tidak berdaya.

Covid-19 menyebar di atas Kapal Induk USS Theodore Roosevelt dengan kapasitas sekitar 5000 awak kapal. Pihak angkatan laut AS kemudian bingung meghadapinya. Hal tersebut telah menelanjangi rapuhnya konsep pertahanan nasional saat ini. Hal ini bukan hanya di Amerika Serikat tetapi juga seluruh dunia. Jadi pandemi Covid-19 menjadi pemicu perlunya transformasi dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya adalah pertahanan dan keamanan. Paradigma keamanan internasional yang telah fokus pada anti terorisme, perebutan wilayah, dan serangan konvensional lainnya  akhirnya dipaksa untuk berubah fokus. Ke depan anggaran pertahanan dan keamanan lebih dimaksimalkan untuk kegiatan pemulihan pasca pandemi Covid-19 dan juga antisipasi wabah serupa di masa yang akan datang.

Diantara banyaknya transformasi yang harus dilakukan terkait dengan dipaksanya harus merubah paradigma seperti perubahan paradigma industri dan ekonomi, perubahan paradigma pembelajaran dalam dunia pendidikan, perubahan paradigma layanan dalam sektor bisnis jasa termasuk pariwisata maka perubahan paradigma pertahanan dan keamanan adalah perubahan yang pokok dilakukan karena menyangkut suatu yang penting dan mendesak yaitu demi keselamatan setiap warga negara. Sudah saatnya untuk mengadopsi “gagasan keamanan yang lebih luas”. Sesuatu yang tidak terpikirkan oleh negara manapun sebelumnya, covid-19 telah merubah paradigma setiap negara di dunia ini secara terpaksa dan harus dilakukan. Sebuah perubahan besar yang hanya bisa dilakukan oleh sebuah virus, sebuah organisme yang sangat kecil. Sebuah petikan pelajaran bahwa apapun bisa terjadi di dunia.

Pandemi covid-19 benar-benar membawa dampak yang sangat luas, bukan hanya karena menelan banyak korban tetapi juga menjadikan kondisi ekonomi dunia carut marut. Dari sebuah pandemi hingga menjadi pemicu keterpaksaan merubah paradigma dalam berbagai aspek dasar, pandemi Covid-19 juga membentuk inersia kehidupan masyarakat. Inersia adalah kecenderungan benda untuk tetap bergerak atau tetap diam. Dalam konsep psikologi, manusia lebih cenderung bertahan daripada kembali melakukan sesuatu.

Covid-19 adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata, sehingga masyarakat awam banyak memunculkan pendapat bahwa Covid-19 tidak ada, mungkin ada tetapi dibesar-besarkan. Suatu pendapat yang wajar. Ini lah yang menyebabkan terjadinya inersia kehidupan. Masyarakat lebih cenderung tetap untuk bergerak, sehingga resistensi masyarakat sangat besar ketika pemangku kepentingan mengajak masyarakat untuk tetap di rumah saja. Kecenderungan untuk beraktifitas seperti biasa itu lebih besar daripada ketakutan terinfeksi Covid-19. Bukan tidak masuk akal, tetapi karena masyarakat perlu hidup. Hidup ini sangat banyak kebutuhan dan kewajiban apalagi keinginan. Cov-19 memicu inersia kehidupan yang sebenernya masih luas dari yang tersampaikan di atas. Lagi-lagi ini adalah perubahan mendasar, inilah kenyataannya. [T]

  • I Gede Prabaskara Ary Karang, Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Manajemen Undiksha

Suara Perubahan

Suara Perubahan

Suara Perubahan berisi esai-esai tugas mata kuliah "Change Management" Program S2 Ilmu Manajemen Undiksha Singaraja yang diampu oleh dosen Dr. I Nengah Suarmanayasa, S.E., M.Si.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Google
Ulasan

Tuhan itu Laki-laki atau Perempuan? – Renungan dari Film The Shack

HAMPIR semua pemeluk agama memvisualisasikan tuhan sebagai sosok laki-laki. Sebagian besar sebagai laki-laki yang berkharisma dan berwibawa. Ini merupakan wujud ...

February 2, 2018
I Gede Prabaskara Ary Karang
Esai

Covid-19: Pandemi, Ramalan, Paksaan Perubahan Paradigma, dan Inersia Kehidupan

Penulis: I Gede Prabaskara Ary Karang _______ Sejarah mencatat bahwa pada tanggal 11 Maret 2020 Organisasi Kesehatan Dunia atau World ...

January 8, 2021
Google
Esai

Sumbangan Bung Karno dalam Kesenian Bali – Salah satunya Nama Tari Terunajaya

TAHUN 2017, Soekarno atau Bung Karno, presiden pertama dan Proklamator RI, ikut meramaikan Pesta Kesenian Bali ke-39 di Taman Budaya ...

June 8, 2020
Ilustrasi: Putik Padi
Esai

Bagaimana Proses Terjadinya Hujan? – Berceritalah Ibu kepada Ratna

RATNA duduk termenung di samping jendela memperhatikan rintik-rintik nyanyian hujan jatuh dari langit. Ia terheran akan rintik-rintik hujan. “Mengapa begitu ...

February 2, 2018
Esai

Jika “Banjir” Melanda Tubuh Manusia

Jika cukup teliti, akan kita temukan apa yang terjadi pada alam (makrokosmos) pun dapat terjadi pada tubuh manusia (mikrokosmos). Kejadian ...

January 7, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi tatkala.co [diolah dari sumber gambar di Google]
Esai

Skenario Besar di Balik Tambahan Lirik Lagu “Bintang Kecil” di Bali | Meli tipat sing ada dagang

by Gede Gita Wiastra
January 24, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1356) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In