- Judul: SENI MAU DIBAWA KE MANA?
- Penulis I Made Rianta, I Putu Bagus Bang Sada Graha Saputra, Kadek Anggara Rismandika, I Kadek Dwi Santika, Praptika Kamalia Jaya, I Putu Gede Indra Parusha, I Putu Ardiyasa, I Kadek Bhaswara Dwitiya, A.A. Putra Dwipayana, I Dewa Ketut Wicaksandita.
- ISBN: 978-623-7220-65-7
- Penerbit Mahima Institute Indonesia
- Cetakan pertama, Oktober 2020
- Tebal x+200 halaman
- Harga Rp 80.000
Sepuluh seniman muda Bali gelisah. Pada saat daya kreatifitas mereka sedang menyala-nyala, di kepalanya berisi banyak pertanyaan tentang seni, tentang apa-apa yang mereka lakukan, tentang ke mana seni akan mereka bawa.
Untuk itulah sepuluh seniman muda itu menulis buku. Judulnya: “Seni Mau Dibawa Kemana?” Buku itu diluncurkan sekaligus didiskusikan dalam suasana santai di Warung Men Brayut, Panjer, Denpasar,Jumat (4/12/2020) malam. Pemantik diskusi adalah pegiat seni Kadek Wahyudita dengan moderator Leonk Surya
Sepuluh seniman itu adalah I Made Rianta, I Putu Bagus Bang Sada Graha Saputra, Kadek Anggara Rismandika, I Kadek Dwi Santika, Praptika Kamalia Jaya,I Putu Gede Indra Parusha,I Putu Ardiyasa,I Kadek Bhaswara Dwitiya, A.A. Putra Dwipayana,I Dewa Ketut Wicaksandita. Kesepuluh seniman muda itu rata -rata lulusan pasca sarjana ISI Yogyakarta ini merupakan seniman lintas genre atau latar belakang seni.
Kadek Wahyudita, yang juga klian Penggak Men Mersi, menyampaikan hadirnya buku seni yang ditulis oleh seniman muda Bali ini patut diapresiasi. “Selamat dan saya berbangga penulis seni ditulis langsung oleh seniman, kita patut apresiasi,” kata Wahyudita mengawali diskusi buku itu.
Kadek yang mengkritisi minimnya penulisan seni di Bali, yakin wahana menulis di masa mendatang akan tumbuh positif. Terbukti hadirnya 10 seniman ini telah mencoba membuka ruang dalam menulis, di tengah gagalnya membangun narasi. ” Kita selalu mentok menarasikan karya, meski dari garapan karya seniman kita sangat andal dan kaya ide atau gagasan, namun ketika dalam menuliskan karyanya itu, banyak yang gagal menuangkan idenya dalam bentuk tulisan yang baik dan enak dibaca,” ucapnya.
Wahyudita menyebutkan dalam pemulisan seni menekankan ada beberapa hal yang diperhatikan. Yakni penulis memperhatikan seni dalam konteks kesadaran, pengembaraan penulis hingga pengembangan dan membangun keindahan. Artinya gejala-gejala sekarang ini mampu ditulis dengan apik , untuk menjadi catatan di masa mendatang.
“Posisi buku ini, apakah menjadi majalah atau bahan kajian. Bagi saya buku yang digarap teman -teman seniman muda ini adalah buku ilmiah populer,” kata Kadek.
Selanjutnya seni dalam konteks pemikiran, yaitu sebuah proses penciptaan, ada waktu yang panjang, berupa kajian bukan imajin atau fantasi. Ada kolaborasi lintas batas.”Tantangan seni dalam berkarya saat ini, tidak saja pencarian kepribadian, tetapi pemenuhan kekayaan penulisan itu sendiri,” tegasnya.
Gus Bang, salah seorang penulis dalam penciptaan seni memang persoalan praktek lebih menonjol dibandingkan menulis. “Kendalanya memang sulit merumuskan karya mejadi bahasa tulis, agar menarik untuk dibaca, itu yang terjadi yang saya alami,” ungkap seniman lulusan Pasca Sarjana ISI Yogyakarta.
Pihaknya menekankan, era sekarang kolaborasi sangat penting saat ini. “Perlunya kolaborasi antara pegiat seni, semisal seniman tari, tata panggung, seniman kerawitan, ahli dibidang fotografi dan sebagainya untuk menghasilkan karya- karya seni yang bagus,” ucap pemilik nama lengkap Putu Bagus Bang Sada Graha Saputra.
Kadek Bhaswara Dwitiya, menambahkan penulis sangat berharap pembaca mendapat banyak cara pandang dalam melihat seni sebagai suatu yang berkelindan. Karena seni bukan lagi objek yang sempit dalam makna indah, namun luas dalam jangkauan keseharian yang rutin dilakukan manusia sebagai pelaku. Para penulis yang notabene merupakan praktisi seni dan peneliti seni, sudah barang tentu memiliki empiris yang perlu untuk diketahui, melalui buku ini khalayak dapat melihatnya secara lebih jauh.
Buku ini akan diedarkan dan disumbangkan ke sejumlah intansi . ” Nanti akan kita sumbangkan buku ini ke sejumlah lembaga, ada kampus ISI Denpasar, ISI Yogyakarta, IKJ dan beberap instansi lainya,” pungkasnya. [T] [*/Leonk]