22 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Ilustrasi tatkala.co | Nana Partha

Ilustrasi tatkala.co | Nana Partha

Mengantisipasi “Burnout” pada Tenaga Kesehatan

dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ by dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ
September 26, 2020
in Esai

Pembaca mungkin merasa bosan karena saya sering membicarakan pandemi Covid-19 yang rasanya tidak berkesudahan. Saya cukup paham akan hal itu. Sebagai seorang psikiater, menjadi tugas saya untuk terus memberikan fokus pada apa yang perlu dilakukan bagi teman-teman dan rekan tenaga kesehatan untuk bisa bekerja dengan lebih maksimal di masa pandemi ini.

Ketika semua orang mulai melupakan soal pandemi ini, sesungguhnya saya yakin rekan-rekan tenaga kesehatan tetap bekerja keras seperti sebelum terjadi pandemi. Saya khawatir ada rasa burnout atau kelelahan dan kebosanan pada tenaga kesehatan. Tentang sampai kapan kita harus bekerja seperti ini. Juga tentang kekhawatiran akan ketidakpastian selain juga masalah pekerjaan dan juga soal rumah tangga, soal ekonomi dan soal keluarga, karena kesulitan ekonomi yang dialami oleh masyarakat tentu juga dialami oleh seluruh tenaga kesehatan.

Ada hal menarik dari  kondisi psikologis para tenaga kesehatan yang di awal-awal masa pandemi diglorifikasi sebagai garda terdepan oleh masyarakat, yang saya yakin juga ha-hal itu tidak terlalu diinginkan oleh rekan-rekan tenaga kesehatan.

Tetapi kini, selain tetap harus bekerja juga ada rasa serba salah pada diri mereka. Di satu sisi, mereka ingin terus mengedukasi masyarakat tentang keamanan dan kesehatan, tapi di sisi lain sudah agak bosan melakukan itu, karena kini itu bukanlah sesuatu hal yang populer dan justru dibenci oleh masyarakat untuk mereka melakukan edukasi tersebut.

Rasanya, mendengar kata “Covid-19” saja masyarakat sudah muak dengan hal tersebut. Tetapi, muak atau tidak muak, ternyata pandemi ini berlangsung dan sampai saat ini rekan-rekan tenaga kesehatan bekerja sekeras sama seperti sebelumnya. Dan tentu saja, rasa burnout ini perlu diantisipasi yang terjadi pada mereka, agar kelelahan fisik yang terjadi tidak berubah menjadi kelelahan psikologis atau kelelahan mental.

Selama ini orang hanya membicarakan soal dukungan fisik atau dukungan materi, namun perlu diketahui bahwa dukungan psikologis dan psikososial sangat diperlukan bagi para tenaga kesehatan. Sebelumnya, cukup banyak dukungan mental dan psikososial yang dilakukan bahkan secara online atau daring. Juga, diberikan di sentra-sentra layanan kesehatan tetapi kini hal itu hanya menjadi sebuah formalitas.

Saya selalu menekankan pentingnya upaya mandiri, bagaimana mengantisipasi agar burn out tidak terjadi karena lebih mudah mengantisipasi daripada ketika burnout sudah terjadi. Hal-hal yang sering menjadi atau memicu burnout pada tenaga kesehatan misalnya soal keamanan. Seperti kita tahu, tingkat keamanan tenaga kesehatan di Indonesia selama menangani Covid-19 menjadi yang terburuk di seluruh dunia. Angka kematian dan kesakitan, terpapar Covid-19 sungguh sangat banyak terjadi. Bukan hanya pada dokter tapi juga tenaga perawat ataupun tenaga administrasi di rumah sakit.

Dengan begitu banyak dan meluasnya angka pasien Covid-19 saat ini tenaga kesehatan juga terancam akan hal itu. Belum lagi memikirkan keluarga, memikirkan ekonomi dan lain sebagainya. Hal pertama yang bisa dilakukan adalah fokus pada hal-hal yang ada dalam kendali kita saja. Seringkali karena kelelahan emosi kita kemudian terpicu, mengurusi hal-hal yang sebenarnya tidak dalam kendali kita, tentang kapan pandemi ini berakhir atau tentang bagaimana apresiasi masyarakat terhadap itu, bagaimana soal komentar pemegang kebijakan atau pemimpin daerah tenang kinerja kita, itu berada di luar kendali kita.

Hal yang menjadi kendali kita adalah kapan kita mulai bekerja, apa yang kita lakukan selama bekerja, pemasangan dan pencopotan Alat Pelindung Diri (APD) yang perlu kita lakukan itu berada dalam kendali kita.

Tentang kapan kita harus memikirkan pekerjaan kita, kapan kita harus memikirkan keluarga kita dan berfokus pada anak-anak dan istri/suami atau orang tua yang ada di rumah, itu ada dalam diri kita, kita Yang menentukan

Kita sebaiknya tidak menanamkan kita ingin melakukan pengorbanan atau rasa kepahlawanan karena sesungguhnya tidak ada yang cukup fair untuk menjadi martir, seseorang menjadi martir dalam sebuah pandemi.

Kita hanyalah manusia biasa, dan ini hanyalah sebuah pekerjaan, kita lakukan apa yang kita bisa lakukan, apa yang menjadi tugas dan  pekerjaan yang diharuskan sebagai bagian dari diri kita. Setelah itu kita tetap juga perlu untuk menyayangi diri kita, melakukan self-care dan self-love, mempunyai waktu untuk diri kita sendiri termasuk juga berbagi bersama keluarga.

Ketika ada hal-hal yang menjadi beban atau kecemasan, kita bisa bercerita pada teman-teman baik kita atau ketika kita mengalami kesulitan bercerita pada teman baik, carilah tenaga-tenaga profesional kesehatan jiwa di layanan kesehatan tempat kita bekerja, apakah itu psikiater, psikolog klinis ataupun perawat jiwa.

Cari tahu juga tentang dukungan kesehatan jiwa dan psikososial yang biasanya diberikan secara gratis via online. Tetap menjaga pola sehat kesehatan, tidur di waktu yang kurang lebih sama termasuk cukup makan makanan yang bergizi. Kurangilah pemakaian media sosial untuk berdebat soal Covid-19.  Perbanyak juga aktivitas lain termasuk berolahraga.

Jangan mengubah empati kita menjadi simpati dan larut pada pekerjaan, apalagi ingin menjadi martir pada pandemi ini. Tidak ada hal yang cukup berharga untuk mengorbankan diri kita dan orang-orang kita sayangi di sekitar kita

Besok adalah hari raya Kuningan, hari kemenangan dimana semua rumah akan menampilkan trofi kemenangannya. Mari kita jadikan momen itu untuk menunjukkan bahwa kemenangan terjadi sesungguhnya bukan hanya terjadi saat pandemi Covid-19 selesai, tetapi kemenangan itu ada setiap hari ketika kita masih memiliki diri kita, masih menyayangi diri kita dan menyayangi orang-orang terdekat yang ada di dalam hati kita.

Tetapi ketika kita tidak lagi mampu melakukannya hingga menganggu tidur dan aktivitas kita maka tidak ada salahnya dan bukanlah sesuatu yang aib ketika kita mencari pertolongan lebih lanjut pada teman-teman sejawat kita, profesional kesehatan jiwa. Semoga kita semua betul-betul merasakan kemenangan. Di dalam diri kita. Selamat hari raya Kuningan. Salah mantap jiwa-raga.[T]

dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ

dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ

Psikiater di Klinik Utama Sudirman Medical Center (SMC) Denpasar, Founder Rumah Berdaya, Pegiat kesehatan jiwa di Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) simpul Bali dan Komunitas Teman Baik

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
GM Sukawidana, Umbu Landu Paranggi, bersama alumni Sanggar Cipta Budaya (Foto:FB)
Khas

Reuni Puisi Sanggar Cipta Budaya SMPN 1 Denpasar: GM Sukawidana itu “Nabe”

Reuni puisi Sanggar Cipta Budaya SMPN 1 Denpasar yang bersamaan dengan peluncuran buku kumpulan puisi “Peladang Kata”, berlangsung hangat sehangat-hangatnya, ...

February 26, 2019
Grup band Istirahat Sejenak
Ulasan

“Is Real” dari “Istirahat Sejenak”, Kesadaran Mendalam Akan Kerinduan…

Sebuah petikan gitar mengawali alunan kalimat “can u see how’s beautiful u are, ….” dengan suara berat milik sosok bertopi ...

September 13, 2019
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

MISIONARIS DE VROOM DIBUNUH DI BULELENG | Tragedi Kristenisasi di Bali

I Klana, seorang pemuda asal desa Banjar, Bali Utara, nekad membunuh seorang misionaris Kristen bernama Jacob de Vroom. Peristwa itu ...

January 17, 2021
Esai

Lock Down & Hari Raya Nyepi, Sebuah Pengakuan Sekaligus Peringatan?

Saat China atau Italia memutuskan negaranya lock down, dari kita ada yang mencibir, kami telah melakukannya sejak lama, setahun sekali, ...

March 18, 2020
Esai

Droplet Itu Berguna

Perjalanan waktu telah membuat setiap orang untuk terus belajar, belajar meyakini bahwa setiap hal di alam ini, selalu ada gunanya. ...

October 16, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

KEMUNCULAN SERIRIT DALAM PETA BALI UTARA | Kilas Balik Kemunculan Desa-Desa Buleleng Barat

by Sugi Lanus
January 22, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1354) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In