28 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
ILustari tatkala.co | Nana Partha

ILustari tatkala.co | Nana Partha

Diksa Widhi Widhana

IGA Darma Putra by IGA Darma Putra
May 19, 2020
in Esai
27
SHARES

Catur Wiphala yang saya ceritakan tempo hari, ada hubungannya dengan Diksa Widhi Widhana yang akan kita bicarakan hari ini. Apa hubungannya, akan kita temukan pada akhir pembicaraan ini. Baiklah, sekarang kita mulai dengan membaca salah satu bagian dari pustaka Jnana Sidhanta yang menjelaskan tentang Diksa Widhi Widhana sebagai proses yang mesti dilewati lebih dulu oleh siapa saja yang ingin menikmati Catur Wiphala.

Terjemahan yang disediakan oleh Haryati Soebadio untuk Diksa Widhi Widhana adalah tata upacara pensucian. Diksa berarti pensucian. Widhi berarti upacara. Widhana berarti aturan.

Diksa dalam konteks ini jelaslah merupakan pensucian bagi seseorang yang ingin melaksanakan tugas kepanditaan. Ada empat tahapan dalam melakukan ritual ini menurut teks Bongkol Pangasrayan yang dikutip oleh Palguna. Keempat tahapan itu adalah Ndilah, Nuun Pada, Matirta dan Jaya-jaya. Setelah melewati keempat tahapan itu, seseorang diharapkan mencapai rasa kawikun. Praktik Diksa dengan setting cerita pada masa Kadiri bisa dilihat dalam cerita Calonarang, saat Mpu Bharadah menjadikan Airlangga sebagai murid. Pada masa Gelgel, bisa kita periksa pada sumber-sumber Babad yang berlatar masa itu.

Ida Pedanda Made Sidemen menyebut konsep Widhi adalah sebutan bagi Sang Hyang Adi Suksma yang menjadi penyebab serta tujuan seluruh dunia [apan sira sangkan paraning rat kabeh, an mangkana donira wenang sinanggah widhi]. Konsep Widhi yang demikian dimunculkan pada bagian pertanyaan yang diajukan oleh Sri Pranaraja kepada Catur Asrama. Pertanyaan yang dilontarkan saat itu adalah tentang Tattwa Mahasunya. Saat itulah, Catur Asrama menjawab bahwa sebutan Widhi disandangkan kepada asal dan tujuan seluruh dunia.

Diksa Widhi Widhana merupakan salah satu bagian dari Laukika Karya. Selain Diksa Widhi Widhana, satu lagi yang harus dilakukan adalah Parama Kaiwalya Jnana. Parama Kaiwalya Jnana diterjemahkan sekali lagi oleh Haryati Soebadio menjadi ‘Pengetahuan tentang Pengasingan Sempurna’. Apa maksud dari ungkapan itu? Terus terang, sangat sulit memecahkan apa yang dimaksudkan dengan istilah Parama Kaiwalya Jnana ini. Istilah ini yang jelas dibuat atau diadakan dengan sengaja oleh seorang Pandita. Karena dalam Jnana Siddhanta, disebutkan bahwa Parama Kaiwalya Jnana ini harus dibuat, dilaksanakan, dilakukan, diadakan [gumaway].

Bagi seseorang yang sudah melaksanakan kedua bagian dari Laukika Karya, ia disebut sebagai Pandita yang utama. Dengan demikian, tugas seseorang yang menjadikan dirinya sebagai Pandita menurut pustaka Jnana Sidhanta adalah melakukan kedua bagian Laukika Karya. Maksudnya, seorang Pandita yang sudah melaksanakan Diksa Widhi Widhana, belum lengkap jika belum mempraktikkan Parama Kaiwalya Jnana. Singkatnya, Diksa saja belum cukup.

Sebutan Parama Pandita ini dapat disandang oleh seorang Pandita yang telah melewati Diksa Widhi Widhana, Parama Kaiwalya Jnana, dan mencapai Catur Wiphala. Setelah semuanya dicapai, ajaran dalam Jnana Siddhanta menjanjikan kematian yang sempurna. Kematian yang ideal, berarti tidak terlahir kembali menjadi manusia. Dengan kata lain, salah satu bagian dari Panca Sraddha yakni Punarbhawa diusahakan agar tidak dialami lagi. Tanpa kelahiran, berarti tidak lagi ada karma. Tanpa karma, tidak lagi ada phala. Tanpa phala, berarti tidak lagi ada sisa-sisa karma [karma wasana]. Tanpa sisa karma, tidak ada lagi yang harus dibersihkan dengan susah-susah.

Itulah tafsir saya atas pembacaan awal pada teks Jnana Siddhanta yang dikerjakan oleh Haryati Soebadio. Sebuah tafsir sangat mungkin menyisakan lubang-lubang kesalahan yang menganga di sana sini. Apalagi dibicarakan dalam tulisan yang super singkat seperti ini. Oleh sebab itu, pastilah banyak lagi pembaca yang budiman memiliki berbagai macam masukan atau pun kritik atas tafsir ini. Sebuah kritik sangat penting diberikan dan diterima. Begitu pula, sebuah kritik pantas diberikan kritik lain agar kehidupan akademis tidak menggenang seperti aliran air got yang dijejali sampah. Seorang pengkritik, juga harus rela diberikan kritik balik oleh si pendengar atau pembaca kritikannya.

Akhir kata, saya ingin menitipkan satu buah pertanyaan yang tidak bisa saya temukan jawabannya sendiri. Pertanyaannya begini: Jika untuk mencapai kematian yang ideal, seseorang harus melewati Diksa, bagaimana dengan manusia-manusia yang tidak melakukan proses ini semasih hidup?

Pertanyaan tambahannya: Apakah karena ini sebabnya, sekarang semakin banyak orang yang mendiksakan dirinya sendiri? [T]

____

  • Baca tulisan lain dari IGA Darma Putra

Tags: filsafatfilsafat balisastra
IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Ilustrasi tatkala.co / wikipedia / Nana Partha
Esai

Bioritma Pemersatu Nusantara

Oleh Sugi Lanus bersama Donny Harimurti* ____ Pernah mendengar Bioritma (Biorythm)? https://en.wikipedia.org/wiki/Biorhythm Dunia sempat berpendapat, bahwa manusia punya irama hidup ...

April 22, 2020
Pelukis Bali dan China saat pembukaan pameran From Bali to Beijing. /Foto: Wayan Redika
Kilas

Kabar Rupa dari Beijing: Estetika di Balik Budaya Dua Bangsa

  PAMERAN seni rupa “From Bali to Beijing”, melibatkan seniman dua bangsa yakni Indonesia dan China dibuka melalui pemotongan bentangan ...

February 2, 2018
(ANTARA FOTO/Wira Suryantala)
Esai

Orang Bali dan Garuda

Sebagai orang yang lahir dan besar serta hingga sekarang berada di Bali, menurut saya, orang Bali akrab dengan garuda. Secara ...

December 7, 2019
Opini

Mengerti Makna Profesor

Menjadi sesuatu yang luar biasa itu sangatlah mudah. Tetapi, kalimat itu ternyata belum selesai konteksnya. Harus ada tambahan implikasi yang ...

August 12, 2020
Lukisan Nyoman Erawan
Puisi

Muhammad Husein Heikal# Perplexed, Promiscuous, Rafferty, Distracted

PERPLEXED nikmati saja malam selayaknya malam tak kita habiskan untuk tidur untuk tertawa? ya, dan bercinta ingatkan aku agar tak ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Moch Satrio Welang dalam sebuah sesi pemotretan
Kilas

31 Seniman Lintas Generasi Baca Puisi dalam Video Garapan Teater Sastra Welang

by tatkala
January 27, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
dr. Putu Arya Nugraha, penulis, yang juga Direktur RSUD Buleleng, divaksin, Rabu 27 Januari 2021
Esai

Berbagai Kekeliruan Tentang Vaksin

by Putu Arya Nugraha
January 27, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1363) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (312) Kiat (19) Kilas (193) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (330)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In