25 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
ILustari tatkala.co | Nana Partha

ILustari tatkala.co | Nana Partha

Catur Wiphala

IGA Darma Putra by IGA Darma Putra
May 13, 2020
in Esai
64
SHARES

Kawan-kawan, hari ini saya akan menceritakan salah satu konsep dalam kitab Jñana Siddhanta. Konsep ini tentang empat pencapaian, yang tanpa hasil atau phala. Sekilas, konsep ini memang bertolak belakang dengan salah satu bagian dari Panca Sradha yakni karma phala. Tetapi sesungguhnya tidak demikian adanya. Empat pencapaian itu sendiri sesungguhnya adalah phala, atau hasil dari pelaksanaan yoga. Maka untuk memahami konsep ini, kita mesti membaca dan merenung-renungkan secara pelan-pelan.

Keempat pencapaian ini, sesungguhnya berkaitan dengan kematian yang pada akhirnya akan dialami oleh seluruh makhluk hidup. Kematian konon pasti, yang tidak pasti adalah waktunya. Selain waktu, tempat dan situasi kematian pun tidak bisa dipastikan. Entah kapan, dimana dan bagaimana.

Namun demikian, kematian yang saya maksudkan dalam tulisan ini khusus pada kematian yang dialami oleh manusia. Karena pustaka Jñāna Siddhanta, membicarakan tentang kematian manusia dengan empat pencapaian berbeda.

Catur Wiphala yang akan saya ceritakan hari ini, terdiri dari empat yakni Nihspreha, Nirbana, Niskala dan Nirasraya. Baiklah, mari kita bicarakan satu persatu dengan hati-hati. Nihspreha, berarti tidak ada [nih] yang diinginkan. Terjemahan Nihspreha dalam bahasa Jawa Kuna adalah tan hana kasadyan [tidak ada yang dicapai].

Karena tidak ada lagi yang diinginkan, dengan sendirinya pencapaian pun tidak ada. Tidak adanya pencapaian, karena tidak ada usaha untuk menempuh apa-apa. Tetapi sejatinya, tidak adanya pencapaian adalah sebuah pencapaian. Seperti diam tidak melakukan apa-apa, tapi sebenarnya diam digerakkan oleh keinginan sehingga diam merupakan pencapaian. Disini letak paradoks ajarannya. Penjelasannya dengan singkat tidak akan ditemukan dalam buku-buku bacaan. Penjelasan untuk peristiwa semacam itu, mesti dicari dengan menempuhnya sendiri.

Selanjutnya adalah Nirbana. Pustaka yang sama, menyebut Nirbana berarti tanpa tubuh [sarira]. Artinya, tiga tubuh yang membungkus atma sudah tidak ada. Badan kasar yang dibentuk oleh makanan dan minuman sudah tidak ada. Badan kasar ini diikat oleh badan yang lebih halus, yakni nafas. Badan kasar dikendalikan oleh pikiran yang lebih halus lagi dari nafas, dan pikiran pun sudah tidak ada saat Nirbana.

Satu lagi lapisan tubuh yang tidak ada adalah ‘penyebab’. Apakah yang dimaksud dengan lapisan penyebab? Menurut perhitungan Panca Maya Kosa, lapisan terakhir yang membungkus Atma adalah Anandam. Ialah lapisan kebahagiaan yang tidak berbalik menjadi kedukaan. Dengan begitu, kita sedang diberitahu oleh ajaran bahwa tubuh atau badan ini tercipta karena kebahagiaan atau lila. Terjemahan lain dari Nirbana dalam Jnana Siddhanta adalah tan hana sadhya, artinya tanpa tujuan.

 Bagian ketiga adalah Niskala. Nis berarti tanpa, tidak, atau bukan. Kala berarti waktu. Niskala berarti tanpa waktu. Artinya, Atma berada di luar waktu. Maksudnya, Atma tidak terikat, tidak disusupi, tidak dipengaruhi oleh waktu. Karenanya, Atma selalu dalam keadaan langgeng tidak berubah-ubah.

Singkatnya, Atma abadi. Dalam pustaka, Niskala dijelaskan sebagai pasamuhaning sarwa taya yakni perkumpulan segala yang tidak ada. Pertanyaannya, bagaimana mungkin segala yang ‘tidak ada’ bisa berkumpul? Konsep ini, dijelaskan dengan tan katuduhan [tidak terlihat]. Bisa juga diterjemahkan menjadi tidak diketahui. Niskala adalah konsep yang sangat abstrak. Seolah-olah mengawang di langit nun jauh, tapi sesungguhnya juga menyusup pada segala yang ada. Ia menyusup tapi tidak bisa disusupi.

Niskala merupakan sebutan bagi Atma yang hakikatnya telah sama dengan Bhatara [ekatwa Bhatara mwang Atma]. Tetapi menurut Jnana Siddhanta, kesaman hakikat itu baru sampai pada kaki Paramasiwa. Sedangkan, jika Atma sudah melebur dengan Bhatara, barulah disebut dengan Nirasraya. Nirasraya berarti tanpa dukungan atau tanpa kawan. Dengan demikian, Atma yang telah mencapai Nirasraya berarti tanpa dukungan atau sendirian. Coba bayangkan, ternyata pencapaian paling halus dari ajaran ini adalah kesendirian. Kesendirian apakah sama dengan kekosongan? Atau justru, Nirasryaya adalah kekosongan yang penuh.

Sampai disini, mari kita akhiri dulu pembicaraan yang terkesan mengawang-awang ini. Nanti kita lanjutkan lagi. Saya juga berpikir, bahwa pembicaraan semacam ini belum pantas saya lakukan karena saya belum pernah mati. Tapi, saya yakin kita semua memaklumi pembicaraan yang begini-begini sudah ramai dibicarakan dengan pengeras suara. Tidak lagi menjadi pembicaraan rahasia yang bisik-bisik. Pembicaraan sejenis ini sudah mengalir jauh-jauh hari, bahkan sebelum kerannya saya buka. [T]

Tags: cangakfilsafatfilsafat balirenungansastra
IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Ida Bagus Putu Purwa_Last Defense_Charcoal, oil on canvas_3 panels, 300x200 cm each_2019
Acara

Ingatan-Ingatan Spekulatif pada Art Bali 2019

ART • BALI, pameran seni rupa kontemporer tahunan berbasis di Bali, kembali diselenggarakan. Pada edisi keduanya di tahun 2019, Art ...

October 10, 2019
Ulasan

Prejengane Kutho Suroboyo: Cintailah Tradisi Surabaya

Judul Buku : Prejengane Kutho Suroboyo Penulis : Maulana Malik Ibrahim, Dkk Penerbit : PT Smelting Cetakan : I, Desember ...

February 2, 2018
Esai

Jangan Percaya 100% Koleksi Lontar Pusat Dokumentasi Bali – Catatan Harian Sugi Lanus

LONTAR koleksi Pusat Dokumentasi Bali cukup banyak  sangat-sangat meragukan. Judul dan isi beberapa tidak sesuai. Beberapa lainnya tidak jelas sumbernya, ...

September 18, 2018
Sumber foto: northsideboys12.com
Opini

Northsideboys12 – Subkultur Garis Utara Stadion Kapten Dipta

SAYUP-SAYUP terdengar lirik lagu. Gadis di depan saya tampak bernyanyi menirukan chant meski lirih yang datang dari tribun utara. Mereka ...

February 2, 2018
Tobing Crysnanjaya || Ilustrasi tatkala.co || Nana Partha
Esai

Lumbung Pangan Keluarga, Wahana Meditasi Jiwa

Kebun adalah wahana melatih kesadaran, alasannya sederhana sekali, karena disinilah ruang untuk lebih mengenal diri, ruang perenungan diri, dan meditasi ...

July 1, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi tatkala.co [diolah dari sumber gambar di Google]
Esai

Skenario Besar di Balik Tambahan Lirik Lagu “Bintang Kecil” di Bali | Meli tipat sing ada dagang

by Gede Gita Wiastra
January 24, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1356) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In