28 April 2020 adalah hari ulang tahun Kota Klungkung. Atau lebih tepatnya : hari ulang Kota Semarapura. Sebuah kota kecil di Bali bagian timur. Yang diresmikan namanya melalui sebuah peraturan pemerintah tahun 1992 silam.
Sekarang, usia kota ini sudah mencapai 28 tahun. Umur yang masih muda. Jika menjadi pemain bola, ia sedang jaya-jayanya. Tapi ini sebuah kota. Bukan pemain bola. Umur segitu tentu belum apa-apa.
Dan melihat umur yang masih muda ini, saya sedikit ragu dan bertanya. Tepatkah peringatan kelahiran Kota Klungkung atau Kota Semarapura di tanggal tersebut? Kalau dipikir-pikir dan menurut saya pribadi, yang hanya berkapasitas sebagai penyuka kisah-kisah sejarah, hal itu tidak tepat.
Jika merunut kronologi garis waktu, istana Kerajaan Klungkung mulai dibangun pada tahun 1686 Masehi. Masa di mana istana sebelumnya di wilayah Gelgel telah hancur akibat pemberontakan. Saat itu, raja pertama yang pindah dari Gelgel dan mulai memerintah di Klungkung adalah Dewa Agung Jambe I.
Mulai tahun 1986 inilah pembangunan kerajaan dimulai. Salah satu bukti yang masih bisa dilihat sampai sekarang adalah di pintu gerbangnya. Di sana terpahat keterangan tahun 1622 Saka, alias tahun 1700 Masehi. Hal ini bisa diartikan bahwa kompleks istana dibangun dalam kurun waktu belasan tahun sejak pertama kali ditempati.
Informasi berdirinya Kerajaan Klungkung hanya tahunnya saja. Setidaknya, baru itu yang diketahui. Tak ada yang menyebutkan tanggal pastinya. Kapan tanggal pertama kali pemerintahan dimulai, maupun kapan tanggal pertama kali kompleks istana dipelaspas atau diupacarai; tak ada keterangannya.
Saya pribadi lebih setuju jika ulang tahun Kota Klungkung memakai patokan pada waktu berdirinya Kerajaan Klungkung. Dibandingkan berpatokan pada penggantian nama kota yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri kala itu, Rudini; yang tanggalnya pun tak tepat.
Dokumen Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1992 memperlihatkan bahwa peraturan penamaan Kota Klungkung ditandatangani oleh Presiden Soeharto. Tanda tangan itu tertulis tanggal 25 April. Secara administrasi, ini artinya sudah sah. Sedangkan tanggal 28 April, hanya acara seremoni peresmiannya saja.
Dipilihnya tanggal 28 April sebagai hari ulang tahun nampaknya cukup beralasan. Sepertinya karena bertepatan dengan peringatan Puputan Klungkung. Perang sampai darah penghabisan melawan Belanda pada tahun 1908. Yang menyebabkan seluruh Bali akhirnya takluk oleh penjajah.
Menurut saya, ini agak aneh. Puputan adalah peristiwa tragis. Kejadian yang menyedihkan. Sedangkan ulang tahun adalah peristiwa yang mebahagiakan. Yang identik dengan ceria. Kemudian kedua peristiwa ini diperingati secara bersamaan. Ini membuat banyak orang salah kaprah : peristiwa puputan malah diucapi selamat, dibuatkan spanduk dirgahayu, dan sejenisnya.
Puputan Klungkung sudah jelas kapan waktunya : 28 April 1908. Sementara kelahiran Kota Klungkung masih abu-abu. Yang jika ditelusuri dengan serius, tentu bisa didapatkan waktu yang benar. Atau paling tidak, dicari rentang waktu yang paling mendekati benar.
Lihatlah kota-kota tetangga di Pulau Bali. Semuanya berusia ratusan tahun. Mengacu pada sejarahnya masing-masing. Kota terbesar, Denpasar, memakai patokan berdirinya Puri Denpasar. Kota Bangli malah lebih jauh ke masa lalu, memakai patokan berdirinya Pura Kehen. Hanya Kota Klungkung yang memakai patokan berbeda.
Rasanya seperti sedikit melupakan sejarah. Padahal Klungkung dulunya adalah pusat kerajaan di seluruh Bali. Tak banyak yang mengetahui hal ini. Masyarakat di Klungkung kebanyakan hanya tahu peristiwa heroik puputannya saja. Tapi tidak ingat pada peristiwa dibangunnya kota setelah pindah dari Gelgel. Lalu tumbuh dan dibangun sampai menjadi seperti sekarang ini.
Jika dianalogikan dengan manusia, hari ulang tahun adalah hari di mana ia lahir ke dunia. Hari ia memulai kehidupan. Akta kelahiran tentu dibuat untuk menerangkan hal itu. Begitu juga dengan sebuah kota. Ia lahir ketika peradaban masyarakat muncul. Ketika istana mulai dibangun. Kemudian menjadi pusat dari daerah di sekelilingnya. Akta atau peraturan pemerintah yang dibuat tahun 1992 tentu kurang tepat, jika dianggap sebagai hari lahir yang sebenarnya.
Tapi keputusan telah dibuat. Hari ulang tahun sudah ditetapkan, walaupun tetap bisa diubah jika dirasa perlu. Jika dipikir sekilas, ulang tahun kota mungkin hanya dianggap perayaan saja. Kenapa sih harus ribet mempertanyakannya lagi? Tapi jika dipikir serius, itu tentu sangat penting. Karena sejarah bukan hanya masa lalu yang telah lewat. Tapi sebuah titik awal untuk berjalan ke masa depan. Jika titik awal salah, tidakkah kita kesasar?
Tahun ini adalah masa pandemi corona. Klungkung sepi-sepi saja. Jika tidak, tentunya sudah ramai dari jauh-jauh hari. Meriah dengan festivalnya. ceria dengan berbagai acara selama beberapa hari. Mengajak masyarakatnya mengenang peristiwa puputan lebih dari seabad yang lalu. Mengambil semangatnya untuk membangun kota tercinta. Merayakan hari jadi kotanya, hari ulang tahunnya. Tapi lupa, kapan kota itu dilahirkan sebagai esensinya.
Apapun itu, tetap semangat! Salam semangat Puputan Klungkung ke-112. Dan Dirgahayu Kota Semarapura yang ke-28. Selamat ulang tahun ya! Ngomong-ngomong, ternyata usia saya lebih tua dari kota ini. Ya begitulah. [T]
Denpasar, April 2020