9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Puisi Adalah Keindahan, Semata-Mata Keindahan

Nyoman Sukaya SukawatibyNyoman Sukaya Sukawati
April 26, 2020
inEsai
Puisi Adalah Keindahan, Semata-Mata Keindahan

Ilustrasi foto: Mursal Buyung

18
SHARES

Puisi adalah keindahan. Sepenuhnya mengenai keindahan. Tidak ada di luar itu. Puisi adalah puisi, bukan kata-kata puitis.

Ia keindahan di dalam, lebih dalam dari pikiran. Puisi ada sebelum pikiran. Ia syahdu dalam letupan inspirasi. Ia sesuatu yang bermula dari getaran spirit. Ia semacam fenomena spiritual.

Keindahan puisi itu misterius, seperti kilatan cahaya di bawah horizon yang jauh tapi menjangkau mata hati. Terkadang ia berkilau secerah layar perahu yang berlayar di nadi. Kadang-kadang seterang rembulan yang muncul di suatu tempat di ruang batin.

Maka penyair adalah seorang  pertapa. Ia bertapa untuk merenungi keindahan yang halus, syahdu dan spiritual, kemudian membahasakannya.

Puisi adalah puisi. Ia bagian yang misterius dari warna sekuntum mawar atau melodi lagu yang secara rahasia bergetar di hati membawa pesan-pesan kehidupan sebagai keindahan. Ia adalah impuls halus dari dalam putaran kehidupan yang kompleks. Ia selalu memiliki momennya sendiri untuk datang. Seperti tamu yang berkunjung, kadang-kadang pada saat kita sedang sendiri, meskipun tidak selalu. Ia datang dengan sendirinya. Tidak ada yang mengantarnya. Ia seakan bayangan dari hidup, emosi, impian kita.

Sewaktu menulis puisi, penyair bekerja dengan teknik yang melibatkan pikiran atau keterampilan. Itu tugas yang berat. Pekerjaan sulit. Tidak mudah sama sekali. Dibutuhkan ketekunan dan kekuatan besar untuk bekerja dengan kata-kata. Dibutuhkan kejujuran untuk menjangkau dan menyerap keindahannya dengan bahasa. Hal ini kemudian jadi semacam proses bermeditasi yang melibatkan suara hati, kedalaman imajinasi, pikiran, serta keterampilan menulis untuk merangkum dan meramu getaran puisi hingga sampai ke titik yang jernih.

Kata-kata puisi memiliki sukmanya sendiri. Ia dunia yang tumbuh dan bergerak dengan suara hati. Fenomena keindahan itu benar-benar tidak dapat diungkapkan secara verbal meski bisa dijangkau dan diolah oleh perasaan.  Karena itu, penyair menggunakan simbol atau metafora untuk mencapainya. Lewat metafora, puisi dapat tersampaikan ke luar dan ditangkap pikiran, setidaknya sebagai persepsi puitis. Di sini puisi kadang memerlukan pengamat, kritikus atau pengurai puisi untuk mengungkap, mengomunikasikan, dan mencairkan puisi dari berbagai sisi ilmu pengetahuan. 

Begitulah puisi. Itu sebabnya puisi bukan kata-kata puitis. Kata-kata menjadi puitis semata-mata karena dia membawa dalam dirinya getaran puisi. Kita tidak dapat mengatakan kata-kata puitis sebagai puisi, tetapi kata-kata puitis terbentuk karena merupakan bayangan puisi. 

Ketika menulis puisi, penyair akan menyerahkan dirinya kepada energi alam semesta yang sepenuhnya menggerakkan hatinya. Setiap puisi adalah fenomena rohani, suara kesunyian, kerinduan, atau keterasingan yang gemanya abadi di ruang batin. Kalimat puisi adalah metafora yang membawa dunia dan pengertiannya sendiri. Sewaktu menulis puisi, penyair sepenuhnya sedang mengekplorasi keindahan melalui metafora.

Tidak sulit meramu kata menjadi kalimat puitis tetapi puisi yang dibangun dari ramuan kata-kata puitis adalah puisi hampa. Puisi adalah manifestasi keindahan yang lahir dari kontemplasi yang mendalam. Puisi yang membentuk rimbunan kata-kata puitis.

Puisi mengabadikan pengalaman yang mendalam dari rasa keterasingan, kehampaan, kerinduan, ataupun kegelisahan dari lapisan emosi kuno di alam bawah sadar. Ia muncul sebagai fenomena puitik yang tak habis-habisnya di ruang tak terbatas. Puisi  mengangkatnya ke ruang pikiran sadar yang terbatas.

Teks, kata-kata, atau metafora memiliki keterbatasan dalam mengaktualisasikan fenomena puitik ke alam pikiran sadar. Karena itu, puisi hanyalah indikator dari keindahan puitik di alam bawah sadar. Ia ibarat puncak sebuah gunung es yang tampak di permukaan yang merupakan bagian gunung es yang jauh lebih besar di alam bawah sadar. Pada dasarnya setiap puisi adalah upaya untuk mengekplorasi keindahan di alam bawah sadar.

Tetapi penyair memerlukan tema untuk menyalurkan getaran puitik. Meski tidak terlalu relevan, namun tema adalah triger yang dapat membantu untuk masuk dan merasakan getaran puisi. Itu bagian dari teknik. Tema puisi memang tak lebih dari agregasi keterasingan, kerinduan, pencarian, atau kegelisahan jiwa manusia.

Puisi adalah puisi. Ia semata-mata keindahan. Keindahan yang jauh, dalam, redup di ruang batin. Ia mengajari kita mengenali atau memahami banyak hal namun tanpa memiliki satu kesimpulan. Ia seakan berada di ruang yang terpencil dan sunyi namun ketika kita memasukinya, kita akan dibawa untuk memahami kehidupan yang luas dan riuh. Puisi ibarat benih api dari ruang bawah sadar yang kemudian meledak, menyulut dan membakar ruang kesadaran estetika kita. Puisi terus menerus bekerja di ruangan ini.

Penyair mungkin tidak banyak berbicara mengenai teknik, tapi teknik adalah bagian dari proses kreatif dan penemuan individual. Penyair bekerja dengan tekniknya masing-masing untuk mengadopsi keindahan yang menginspirasi. Penyair mendalami tekniknya sesuai visinya. 

Puisi itu unik dan misterius. Puisi bukan cerpen atau novel yang dipadatkan. Puisi bisa hadir dalam cerpen atau novel. Puisi bisa hadir dalam lukisan atau musik. Ia bukan risalah, surat pembaca, atau pamflet protes yang ditulis dengan kalimat puitis. Juga bukan sekadar kata-kata puitis. Puisi adalah puisi. Ia adalah spirit keindahan tersendiri.

Setiap penyair menulis larik, membentuk bait-bait, dan dengan gaya bahasa yang dihidupi oleh pengalaman individual. Di sini, penyair akan berhadapan dengan dirinya sendiri dan dipaksa menjadi dirinya sendiri. 

Jika penyair disamakan dengan pelukis akan mudah untuk memahami betapa beragamnya teknik itu, dan bagaimana setiap seniman memroses visi artistiknya. Dapat dilihat Paul Gauguin, Vincent van Gogh, Pablo Picasso, Amedeo Modigliani, atau Marc Chagall yang dengan tekniknya masing-masing menghadirkan puisi yang sangat intens dalam karya lukis mereka yang berbeda. Demikian juga dengan penyair mesti mengeksplorasi teknik untuk dapat mengekspresikan puisi mereka secara mendalam.

Namun perpuisian kita hari ini kelihatannya hidup dalam dunia yang seragam, dibentuk oleh selera dan teknik seragam. Itu mudah dilihat dari puisi-puisi yang menguasai media mainstream. Puisi berkerumun dalam teknik senada dan dalam spirit pertemanan. Penyair dilahirkan dan dipromosikan oleh pertemanan. Para penyair sibuk membangunan persekutuan. Orang-orang awam bertindak sebagai kurator atau redaktur dan menilai puisi berdasar selera pribadi, “teknik” yang sedang tren, atau karena pertemanan.

Pekerjaan penyair sekarang adalah sibuk mengumpulkan kata-kata dan istilah dari kamus. Kata-kata itu disusun, dirangkai, dibolak-balik, menjadi larik dan digabung-gabung dengan membuat bayangan benang merah di baliknya seakan mereka sedang menceritakan sesuatu. Kalimat-kalimatnya dibiarkan tanggung atau sengaja dipotong supaya jadi puitis. Penyair lebih suka menjadi produktif dan tergesa-gesa dan tidak mendalami spirit puisinya. Bila sekarang mereka masih menulis puisi seperti itu, sebagai teknik menulis puisi bagi pemula, walau mungkin mendapat apresiasi dari beberapa kalangan, tentu tidak lama lagi hati nurani mereka akan merasa dengan sendirinya bahwa yang ditulisnya itu adalah puisi hampa yang tidak berakar pada keorisinalan puisi sejati. [T]

Tags: keindahanPuisisastra
Previous Post

Tenggelam Dalam Janji dan Narasi yang Tak Pernah Sejalan dengan Realisasi; Itulah Indonesia

Next Post

Mari Kita Bercermin; Politik Pandemi

Nyoman Sukaya Sukawati

Nyoman Sukaya Sukawati

lahir 9 Februari 1960. Ia mulai aktif menulis puisi sejak 1980-an di rubrik sastra surat kabar Bali Post Minggu asuhan Umbu Landu Paranggi. Dia pernah bergiat di dunia kewartawanan. Pada 2007 bukunya berjudul Mencari Surga di Bom Bali diterbitkan berkat bantuan program Widya Pataka Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Bali bekerja sama dengan Arti Foundation, Denpasar.

Next Post
Mari Kita Bercermin; Politik Pandemi

Mari Kita Bercermin; Politik Pandemi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co