Ada berita dari mulut ke mulut yang berkembang diantara Bangsa Kelelawar. Berita baik yang sangat membuat bangga Bangsa Kelelawar. Raja Bangsa Kelelawar tak sabar untuk menyampaikan berita gembira itu, berita yang menjadi desas-desus, tetapi belum diumumkan secara resmi, dengan cap dan segel kerajaan.
“Saudara-saudaraku yang terkasih, kalian pasti sudah mendengar desas-desus itu desas-desus yang memuji dan menghormati bangsa kita, Bangsa Kelelawar…!”
“Sudah baginda, sudah…. !” teriak jutaan Kelelawar yang hadir.
“Kamil sudah mendengarnya, tapi kami ingin mendengar kepastiannya dari paduka. Karena kata-kata paduka adalah kebenaran dan amanat yang kami junjung tinggi,” kata salah seorang pimpinan Kelelawar.
“Benar benar, kami ingin mendengar langsung dari paduka, suara paduka adalah kebenaran, suara paduka adalah amanat. Hidup paduka Raja Kelelawar Hidup Raja, ” teriakan Bangsa Kelelawar bergema.
“Baiklah rakyatku, Bangsa Kelelawar yang kucintai dan kubanggakan, dengan ini, aku mengatakan pada kalian semua bahwa desas-desus itu benar adanya, bahwa bangsa kita Bangsa Kelelawar adalah bangsa binatang yang paling dihormati oleh manusia. Rasa hormat itu ditunjukkan dengan usaha para pemimpin manusia yang hebat-hebat untuk mendapatkan kotoran kita. Kotoran bangsa Kelelawar sebanyak-banyaknya. Ini satu kebanggaan yang luar biasa bagi bangsa kita, yang harus kita manfaatkan sebaik-baiknya. Ayoo curilah buah-buah berbagai jenis, di mana saja, dan buanglah kotoranmu sebanyak-banyaknya, karena kotoran Bangsa Kelelawar adalah bahan yang paling baik untuk dijadikan pupuk. Jadi selain mendapatkan buah-buahan, kita juga mendapat penghormatan yang tinggi juga bisa berbakti kepada pertiwi, membuat tanah dan pohon menjadi subur,” jelas Raja Kelelawar berapi-api.
Rakyat Bangsa Kelelawar bergemuruh, merasa senang dan bangga sebagai pencuri buah. Mereka menjadi makin semangat mencuri buah-buahan petani, karena yakin bahwa perbuatan yang mereka lakukan adalah untuk kebaikan. Mereka banyak mencuri agar menghasilkan banyak kotoran yang sangat diperlukan oleh manusia.
“Hus husss Kelelawar jahat pergi, pergi, jangan habiskan buah-buahan kami,” kata seorang petani marah-marah. Tapi Bangsa Kelelawar tidak peduli, karena Kelelawar mencuri untuk kebaikan yang lebih besar.
Hari demi Hari berlalu, musim buah pun berganti. Bangsa Kelelawar telah mengumpulkan banyak kotoran dengan berbagai bau yang sangat busuk. Sudah lebih dari tiga bulan pengumpulan kotoran Kelelawar itu dilakukan, tapi belum juga ada tumbuh-tumbuhan yang memunculkan kuncup bunga baru.
“Tuanku Raja, sudah tiga bulan berlalu sejak bangsa kita menyerahkan kotoran kepada Pemimpin Manusia yang hebat-hebat itu. Harusnya kalau dijadikan pupuk, saat ini pohon-pohon itu telah memunculkan kuncup-kuncup bunga, dan tiga bulan lagi buah-buah itu akan matang, tapi ini aneh paduka, pohon-pohon itu malah tidak subur, apa ada yang salah dengan kotoran kita, apakah karena bangsa kita mencuri, “tanya Menteri Kesejahteraan Sosial Bangsa Kelelawar.
“Yang lebih aneh Tuanku, kini justru ada penyakit baru yang disebut virus corona yang menyebar dan mematikan yang dikatakan bersumber dari Bangsa Kelelawar Tuanku,” begitu laporan dari Menteri Kesehatan Bangsa Kelelawar. Raja, diam, menyimak semua laporan pejabat-pejabatnya. Raja Kelelawar merasa sangat sedih. Dalam kesedihannya ia meminta rakyat Bangsa Kelelawar untuk berkumpul.
“Rakyatku semua, dengan menyesal saya umumkan bahwa kita, Bangsa kita telah ditipu. Bahwa kotoran yang kita kumpulkan ternyata tidak dimanfaatkan untuk membuat pupuk hebat, tetapi membuat virus yang hebat, yang telah menewaskan ribuan manusia. Sebagai rasa bela sungkawa rasa penyesalan yang sangat atas kesalahan kita, mulai saat ini Bangsa Kelelawar saya perintahkan untuk tidur secara terbalik, dengan kaki di atas dan kepala di bawah, semoga Ibu Pertiwi memaafkan bangsa kita,” kata Raja Kelelawar. Perintah Raja Kelelawar diikuti oleh Bangsa Kelelawar di mana pun berada. [T]
BELAKANGAN ini, penguasaan tanah di Bali oleh investor (baik dari luar Bali maupun luar negeri) menjadi persoalan yang banyak mengemuka....
Read more