Berkunjung ke Pantai Amed telah menjadi agenda yang kami rencanakan jauh-jauh hari. Kesempatan itu tiba di bulan Januari lalu. Mengingat sulitnya mencari waktu luang untuk sekedar berlibur. Pantai Amed terletak di ujung timur pulau Bali, tepatnya di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Pantai dengan pasir hitam dan katanya memiliki keindahan alam bawah laut yang begitu mempesona.
Siang itu matahari cukup terik. Kami berangkat dari Desa Batur untuk menyambangi pantai Amed melewati desa Madenan, kecamatan Tejakula. Perjalanan yang kami tempuh cukup panjang. Sepanjang mata memandang hamparan hijau perkebunan warga memanjakan mata. Di kiri dan kanan jalan terpantau banyak tumbuh pohon mangga, kelapa, coklat, aren, dan masih banyak lagi. Selama perjalanan tak henti-hentinya kami bercakap dan bersenda gurau. Perjalanan pun terasa sangat menyenangkan.
Adakalanya sebuah petualangan bukan tentang kemana kita akan pergi, tetapi dengan siapa kita pergi. Sendiri memang membuatmu berjalan lebih cepat, namun bersama-sama akan membuatmu mampu berjalan lebih jauh. Tiba di desa Tianyar, savana luas menyambut perjalanan kami. Namun di depan tampak awan hitam yang pekat. Sebagai pertanda akan turun hujan yang sangat lebat. Kekhawatiran pun muncul. Dan benar saja hujan pun mengguyur tanpa ampun. Kami harus menepi sejenak sembari melepas penat, menunggu hujan sedikit reda. Musim telah berganti, memasuki musim penghujan yang telah lama dinanti. Sebenarnya kami menyadari hal itu. Intensitas hujan juga cukup tinggi kala itu. Tapi tak jua mengurungkan niat kami.
Nampaknya semesta merestui perjalanan kami, tak lama hujan mulai reda, hanya menyisakan gerimis. Tanpa pikir panjang, kami bergegas melesat ke tempat tujuan. Jalan yang kami lewati tak mulus lagi ditambah genangan air disana sini. Artinya kami telah sampai. Matahari mulai terkelincir ke kaki langit. Selepas hujan turun yang menyisakan aroma khas tanah basah yaitu petrichor. Deburan ombak menyentuh bebatuan di pinggir pantai. Hai Amed, kami datang.
Gerimis belum berhenti, karenanya kami mesti menikmati keindahan pantai Amed di sebuah tempat makan. Letaknya tak jauh dari bibir pantai, sambil menikmati kudapan dengannya. Foto-foto menjadi hal wajib yang harus dilakukan. Untuk mengabadikan moment. Lukisan Sang Pencipta tercipta begitu sempurna. Membuat seolah tidak ada foto yang tak indah. Dari angle manapun foto akan selalu sempurna. Jangan ambil apapun kecuali foto dan jangan tinggalkan apapun kecuali kenangan.
Pantai Amed adalah tempat yang tepat untuk menikmati matahari terbit, namun senja di pantai Amed juga tak kalah menakjubkan. Bagaimana tidak? Matahari akan tetap terlihat cantik, di balik keindahan Gunung Agung serta kaki bukit yang langsung menyentuh laut. Wilayah ini juga terkenal dengan produksi garam laut dengan cara tradisionalnya. Pantai berpasir hitam dengan bebatuan koral, kaya akan biota lautnya menjadi wisata bahari yang diburu wisatawan. Dan terdapat kerangka patroli Jepang pada zaman Perang Dunia II telah karam di Pantai Amed.
Bagi saya, pantai itu seperti obat generik, mampu mengobati mereka yang memerlukannya, bahkan setiap butir pasir itu memiliki cerita bagi penikmatnya. Tidak hanya untuk si penikmat senja. Tetapi untuk siapa saja yang menyukainya. Meski senja ini akan cepat berlalu, namun pengalaman yang berkesan hari itu, akan menambah cerita panjang yang tak mungkin terlupakan.
Senja mengecup ingatan, membuka memori yang telah bersemayam. Sejenak melupakan masa-masa sulit. Aku masih disini. Dirumah saja. Semoga keadaan lekas membaik. Semua bisa berjalan seperti sedia kala. Atau bahkan lebih baik dari sebelumnya. Telah lama tak bercumbu dengan pantai juga pasir. Rindu mulai mengusik. Bila tiba saatnya, akan ku ambangi pantai-pantai cantik lainnya. [T]