31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tatkala Bali Mencari Keseimbangan Pariwisata

Gede SuardanabyGede Suardana
March 26, 2020
inEsai
Tatkala Bali Mencari Keseimbangan Pariwisata

Foto ilustrasi: Mursal Buyung

58
SHARES

Disadari atau tidak, Industri pariwisata telah mengkonsumsi semua budaya dan alam Bali hingga mencapai titik nadir di saat Covid-19 mewabah dunia. Kini, tiba waktunya budaya dan alam Bali mencari keseimbangannya sendiri.

Dalam sekian kurun waktu, industri pariwisata Bali hanya bertindak sebagai pengguna (eksploitasi) budaya dan alamnya.

Budaya sakral dieksploitasi secara berlebihan. Tari-tarian sakral, sebagai tari wali, digunakan untuk memenuhi hasrat pariwisata. Misalnya, Tari Rejang yang seyogyanya dipentaskan untuk menyambut kehadiran dewa-dewi pada saat piodalan upakara yadnya justru dikomersialkan untuk menyambut wisatawan. Tari Sang Hyang Jaran, sebuah tari spiritual dair jaman pra-Hindu yang berfungsi sebagai penolak bala, digunakan sebagai sebuah tontonan. Semua tari sakral dikomodifikasi menjadi tari balih-balihan hanya untuk menghasilkan segemerincing dolar.

Tarian wali lainnya, seperti Tari Baris, Pendet, Sang Hyang Dedari, Barong yang dahulu selalu ditampilkan di areal suci, yaitu jeroan pura, kemudian dikomodifikasi, ditampilkan di areal komersial, seperti di panggung pertunjukan, hotel, restoran, kafe, hingga konferensi internasional.

Alam Bali pun tak luput dari keegoisan industri pariwisata Bali. Setiap jengkal tanah, air, dan udara Bali tercemar oleh aroma keserakahan  industri pariwisata. Tanah Bali yang subur, bukit-bukit yang indah, pegunungan yang eksotis, hutan yang perawan, jurang, tebing, sawah disesaki hotel berbintang, restoran dan kafe.

Pantai yang menyimpan terumbu karang, pasir pantai yang menjadi lahan spiritual seperti melasti, hingga udara tak lepas dari eksploitasi pelaku pariwisata.

Tak hanya budaya dan alam yang dieksploitasi, manusia Bali pun menjadi objek untuk memuluskan pemenuhan hasrat industri pariwisata. Sampai manusia Bali telah tercerabut dari budaya dan alam Bali. Jika melintasi jalan berliku di kawasan pedesaan, tak banyak melihat petani yang menggarap sawah. Manusia Bali telah meninggalkan kesuburan tanahnya dan segala budaya dan ritual beralih menjadi manusia pemuja pariwisata.

Manusia Bali tak banyak lagi yang dapat melahirkan tari eksotik dan sakral. Apakah kreativitas manusia Bali telah tumpul? tentu tidak. Genetik Manusia Bali modern tetap sama dengan genetik leluhur manusia Bali. Bedanya adalah, leluhur Manusia Bali mencipta sebuah tari untuk dipersembahkan kepada Tuhan-nya, dewa-dewi, batara-batari, dan leluhurnya. Sedangkan, manusia Bali modern mencipta semata-mata dipersembahkan kepada pariwisata, untuk mendapatkan kebahagian materi dari turis.

Kini, Manusia Bali tak lagi memiliki keinginan untuk menjaga, merawat, atau sekadar mempertahankan alam dan budaya. Jika merawat saja tidak berkenan apalagi mencipta. Jiwa manusia Bali telah hampa. Kosong. Semua dipersembahkan untuk pariwisata.

Manusia Bali pun kini tak lagi mendapatkan manfaat dari alam Bali yang telah lama ditinggalkannya. Manusia Bali tak lagi memetik daun kelapa dari pohonnya untuk sarana ritual, tak lagi memetik bunga dari kebunnya untuk dipersembahkan kepada leluhurnya, tak lagi mendapatkan padi dari sawahnya untuk memenuhi kebutuhan pokok dan ritual. Semuanya telah habis hanya untuk bisa secepatnya mendapatkan manfaat dari industri pariwisata yaitu dolar.

Semua upaya eksploitasi itu telah membuat Bali rapuh. Tak ada lagi pegangan dari budaya dan alam di saat manusia Bali diancam bencana alam atau penyakit. Gunung Agung batuk-batuk saja telah membuat manusia Bali resah membayangkan tidak akan mampu bertahan.

Hantaman virus corona (Covid-19) secara global telah membuat industri pariwisata Bali yang selama ini diagung-agungkan mati suri. Semua bidang di sektor pariwisata, seperti hotel, restoran, kafe, lokasi wisata, tersungkur. Ternyata, industri pariwisata tak bisa dihandalkan untuk menopang kehidupan manusia Bali.

Virus yang telah mewabah di sekitar 189 negara, membunuh ribuan nyawa manusia, akhirnya melumpukan seluruh sendi dan urat nadi manusia Bali.

Apakah wabah ini akan menyadarkan manusia Bali?

Semoga. Setidaknya, manusia Bali mulai termenung sejenak memikirkan nasibnya yang malang. Berkontemplasi untuk sekadar bertanya apakah nasib manusia Bali akan bertahan lama menghadapi ancaman global ini.

Semoga manusia Bali tersadar bahwa pariwisata tidak dapat menolongnya. Pariwisata hanya bisa dinikmati pada saat kehidupan alam ini normal.

Pariwisata tak dapat menopangnya. Begitu wisatawan satu per satu pergi meninggalkan Bali, terasa tak ada harapan. Begitu, setiap negara yang terkena wabah Covid-19 menutup negaranya (lockdown), manusia Bali merana. Tak ada turis, yang dipuja-puji yang beranjang sana lagi. Tak ada geliat industri pariwisata. Sepi.

Pantai Kuta sepi seakan sama seperti dahulu kala ketika turis belum mengenalnya. Nusa Penida terdiam. Manusia Bali di sana tersengat. Apakah kehidupan manusia di pulau eksotik itu akan kembali seperti sedia kala saat pulau itu masih perawan.

Pura seperti Tanah Lot, Ulu Watu, Ulun Danu Batur, Besakih sepi dari hiruk pikuk turis. Di satu sisi, semua pura yang menjadi destinasi wisata seakan bersih dari polusi manusia (turis).

Wabah Covid-19 membawa kembali Bali menuju keseimbangannya. Kembali menjadi Bali yang dulu. Bali yang eksotik. Pulau seribu pura yang memancarkan aura spiritual di salah satu titik bumi.

Kini saatnya, manusia Bali memahami perilaku alam Bali yang telah menuju keseimbangannya. Saatnya, untuk menjadi manusia Bali yang selalu menjaga alam dan budayanya. Manusia Bali yang tak enggan lagi menggarap tanahnya. Kembali menjadi manusia Bali yang selalu tulus mencipta untuk membahagiakan leluhurnya, batara-batari, dewa-dewi, dan Tuhan-nya. 

Menjadi manusia Bali yang tak lagi jumawa dengan pesona pariwisata.

Inilah waktunya tatkala Manusia Bali beristirahat dari ritual memuja pariwisata. Melakukan refleksi untuk mencari format baru pariwisata yang bisa mewariskan budaya dan alam bagi generasi berikutnya. Sebuah bentuk pariwisata baru yang mampu menjaga keseimbangan alam, budaya, dan manusianya. Semoga!. [T]

Tags: balicovid 19Pariwisata
Previous Post

“Simulasi Lockdown” saat Nyepi dan Ngembak Geni – Pelajari Hal-hal yang Terjadi

Next Post

Imajinasi John Lennon Kini Seakan Nyata: Tak Ada Negara, Agama dan Surga – [Kontemplasi #dirumahaja]

Gede Suardana

Gede Suardana

Mantan wartawan, kini akademisi Undiknas Denpasar

Next Post
Imajinasi John Lennon Kini Seakan Nyata: Tak Ada Negara, Agama dan Surga – [Kontemplasi #dirumahaja]

Imajinasi John Lennon Kini Seakan Nyata: Tak Ada Negara, Agama dan Surga - [Kontemplasi #dirumahaja]

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co