11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tatkala Bali Mencari Keseimbangan Pariwisata

Gede SuardanabyGede Suardana
March 26, 2020
inEsai
Tatkala Bali Mencari Keseimbangan Pariwisata

Foto ilustrasi: Mursal Buyung

58
SHARES

Disadari atau tidak, Industri pariwisata telah mengkonsumsi semua budaya dan alam Bali hingga mencapai titik nadir di saat Covid-19 mewabah dunia. Kini, tiba waktunya budaya dan alam Bali mencari keseimbangannya sendiri.

Dalam sekian kurun waktu, industri pariwisata Bali hanya bertindak sebagai pengguna (eksploitasi) budaya dan alamnya.

Budaya sakral dieksploitasi secara berlebihan. Tari-tarian sakral, sebagai tari wali, digunakan untuk memenuhi hasrat pariwisata. Misalnya, Tari Rejang yang seyogyanya dipentaskan untuk menyambut kehadiran dewa-dewi pada saat piodalan upakara yadnya justru dikomersialkan untuk menyambut wisatawan. Tari Sang Hyang Jaran, sebuah tari spiritual dair jaman pra-Hindu yang berfungsi sebagai penolak bala, digunakan sebagai sebuah tontonan. Semua tari sakral dikomodifikasi menjadi tari balih-balihan hanya untuk menghasilkan segemerincing dolar.

Tarian wali lainnya, seperti Tari Baris, Pendet, Sang Hyang Dedari, Barong yang dahulu selalu ditampilkan di areal suci, yaitu jeroan pura, kemudian dikomodifikasi, ditampilkan di areal komersial, seperti di panggung pertunjukan, hotel, restoran, kafe, hingga konferensi internasional.

Alam Bali pun tak luput dari keegoisan industri pariwisata Bali. Setiap jengkal tanah, air, dan udara Bali tercemar oleh aroma keserakahan  industri pariwisata. Tanah Bali yang subur, bukit-bukit yang indah, pegunungan yang eksotis, hutan yang perawan, jurang, tebing, sawah disesaki hotel berbintang, restoran dan kafe.

Pantai yang menyimpan terumbu karang, pasir pantai yang menjadi lahan spiritual seperti melasti, hingga udara tak lepas dari eksploitasi pelaku pariwisata.

Tak hanya budaya dan alam yang dieksploitasi, manusia Bali pun menjadi objek untuk memuluskan pemenuhan hasrat industri pariwisata. Sampai manusia Bali telah tercerabut dari budaya dan alam Bali. Jika melintasi jalan berliku di kawasan pedesaan, tak banyak melihat petani yang menggarap sawah. Manusia Bali telah meninggalkan kesuburan tanahnya dan segala budaya dan ritual beralih menjadi manusia pemuja pariwisata.

Manusia Bali tak banyak lagi yang dapat melahirkan tari eksotik dan sakral. Apakah kreativitas manusia Bali telah tumpul? tentu tidak. Genetik Manusia Bali modern tetap sama dengan genetik leluhur manusia Bali. Bedanya adalah, leluhur Manusia Bali mencipta sebuah tari untuk dipersembahkan kepada Tuhan-nya, dewa-dewi, batara-batari, dan leluhurnya. Sedangkan, manusia Bali modern mencipta semata-mata dipersembahkan kepada pariwisata, untuk mendapatkan kebahagian materi dari turis.

Kini, Manusia Bali tak lagi memiliki keinginan untuk menjaga, merawat, atau sekadar mempertahankan alam dan budaya. Jika merawat saja tidak berkenan apalagi mencipta. Jiwa manusia Bali telah hampa. Kosong. Semua dipersembahkan untuk pariwisata.

Manusia Bali pun kini tak lagi mendapatkan manfaat dari alam Bali yang telah lama ditinggalkannya. Manusia Bali tak lagi memetik daun kelapa dari pohonnya untuk sarana ritual, tak lagi memetik bunga dari kebunnya untuk dipersembahkan kepada leluhurnya, tak lagi mendapatkan padi dari sawahnya untuk memenuhi kebutuhan pokok dan ritual. Semuanya telah habis hanya untuk bisa secepatnya mendapatkan manfaat dari industri pariwisata yaitu dolar.

Semua upaya eksploitasi itu telah membuat Bali rapuh. Tak ada lagi pegangan dari budaya dan alam di saat manusia Bali diancam bencana alam atau penyakit. Gunung Agung batuk-batuk saja telah membuat manusia Bali resah membayangkan tidak akan mampu bertahan.

Hantaman virus corona (Covid-19) secara global telah membuat industri pariwisata Bali yang selama ini diagung-agungkan mati suri. Semua bidang di sektor pariwisata, seperti hotel, restoran, kafe, lokasi wisata, tersungkur. Ternyata, industri pariwisata tak bisa dihandalkan untuk menopang kehidupan manusia Bali.

Virus yang telah mewabah di sekitar 189 negara, membunuh ribuan nyawa manusia, akhirnya melumpukan seluruh sendi dan urat nadi manusia Bali.

Apakah wabah ini akan menyadarkan manusia Bali?

Semoga. Setidaknya, manusia Bali mulai termenung sejenak memikirkan nasibnya yang malang. Berkontemplasi untuk sekadar bertanya apakah nasib manusia Bali akan bertahan lama menghadapi ancaman global ini.

Semoga manusia Bali tersadar bahwa pariwisata tidak dapat menolongnya. Pariwisata hanya bisa dinikmati pada saat kehidupan alam ini normal.

Pariwisata tak dapat menopangnya. Begitu wisatawan satu per satu pergi meninggalkan Bali, terasa tak ada harapan. Begitu, setiap negara yang terkena wabah Covid-19 menutup negaranya (lockdown), manusia Bali merana. Tak ada turis, yang dipuja-puji yang beranjang sana lagi. Tak ada geliat industri pariwisata. Sepi.

Pantai Kuta sepi seakan sama seperti dahulu kala ketika turis belum mengenalnya. Nusa Penida terdiam. Manusia Bali di sana tersengat. Apakah kehidupan manusia di pulau eksotik itu akan kembali seperti sedia kala saat pulau itu masih perawan.

Pura seperti Tanah Lot, Ulu Watu, Ulun Danu Batur, Besakih sepi dari hiruk pikuk turis. Di satu sisi, semua pura yang menjadi destinasi wisata seakan bersih dari polusi manusia (turis).

Wabah Covid-19 membawa kembali Bali menuju keseimbangannya. Kembali menjadi Bali yang dulu. Bali yang eksotik. Pulau seribu pura yang memancarkan aura spiritual di salah satu titik bumi.

Kini saatnya, manusia Bali memahami perilaku alam Bali yang telah menuju keseimbangannya. Saatnya, untuk menjadi manusia Bali yang selalu menjaga alam dan budayanya. Manusia Bali yang tak enggan lagi menggarap tanahnya. Kembali menjadi manusia Bali yang selalu tulus mencipta untuk membahagiakan leluhurnya, batara-batari, dewa-dewi, dan Tuhan-nya. 

Menjadi manusia Bali yang tak lagi jumawa dengan pesona pariwisata.

Inilah waktunya tatkala Manusia Bali beristirahat dari ritual memuja pariwisata. Melakukan refleksi untuk mencari format baru pariwisata yang bisa mewariskan budaya dan alam bagi generasi berikutnya. Sebuah bentuk pariwisata baru yang mampu menjaga keseimbangan alam, budaya, dan manusianya. Semoga!. [T]

Tags: balicovid 19Pariwisata
Previous Post

“Simulasi Lockdown” saat Nyepi dan Ngembak Geni – Pelajari Hal-hal yang Terjadi

Next Post

Imajinasi John Lennon Kini Seakan Nyata: Tak Ada Negara, Agama dan Surga – [Kontemplasi #dirumahaja]

Gede Suardana

Gede Suardana

Mantan wartawan, kini akademisi Undiknas Denpasar

Next Post
Imajinasi John Lennon Kini Seakan Nyata: Tak Ada Negara, Agama dan Surga – [Kontemplasi #dirumahaja]

Imajinasi John Lennon Kini Seakan Nyata: Tak Ada Negara, Agama dan Surga - [Kontemplasi #dirumahaja]

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co