Seandainya kita terinfeksi Covid-19, berapa persen kira-kira kemungkinan mengalami mortalitas? Jawabannya tergantung usia. Kalau usia kita masih di bawah 40 tahun atau berada pada rentang umur 10-39 tahun, potensi mortalitasnya sebesar 0,2 persen atau setara dengan 1:500. Begitu juga jika usia kita berada pada rentang 40-50 tahun, potensi mortalitas sebesar 0,4 persen atau setara dengan 1:250.
Sedangkan usia di rentang 50-59 tahun, kemungkinan mortalitas naik menjadi 1,3 persen, atau setara dengan 1:80. Kesimpulannya, semakin tua usia yang ditandai juga dengan semakin melambatnya kerja organ tubuh, semakin fatal efek dari Covid-19 terhadap kelanjutan hidup. Meski demikian, tetap saja, bahkan kalau kita berada di rentang usia lebih tua, jauh lebih besar kemungkinan untuk sehat kembali daripada mati.
Dengan melihat catatan medis di atas, saya berkeyakinan, rasanya terlalu prematur jika menyebut pandemi Covid-19 sebagai hantu yang mampu merontokkan sebuah negara sebesar Indonesia dengan keragaman struktur sosialnya. Beberapa pihak merasa kalut, bahkan menyuarakan agenda lockdown sebagaimana yang sudah dialami oleh Cina, Italia Prancis dan terbaru Malaysia.
Bayangkan, kalau agenda lockdown benar-benar dilakukan, mungkin kita bukan mati karena Covid19, melainkan mengalami kehancuran akibat krisis ekonomi, krisis politik, dan krisis sosial. Logikanya, kalau potensi mortalitas semisal 1:500 seperti data statsitik di atas, lalu kenapa kita harus begitu khawatir terhadap pandemi ini ?. saya tidak bermaksud menyepelekan atau menganggap remeh keberadaan virus ini, thus tidak juga merespon secara berlebihan. Kita harus belajar bagaimana hidup tentram dan menjadi pribadi yang realistis, yang berdamai dengan keadaan bahwa virus ini telah ada bersama kita.
Jika kita mau belajar lebih ulet, dengan membuka laporan-laporan hasil penelitian para ahli tentang berbagai virus di masa lalu, maka kita bisa menyimpulkan bahwa virus Corona sudah ada sebelumnya. Dialah biang SARS, MERS dan sekarang menjelma menjadi Covid-19. Namun terpenting sekarang adalah keikhlasan menerima keadaan bahwa virus itu sudah ada bersama kita. Sama seperti drajat penerimaan kita terhadap keberadaan virus sejenis yang menyerang saluran pernapasan seperti influenza, TBC, Bronkitis, pneumonia atau virus lain yang potensi mortalitasnya tidak bisa dianggap remeh.
Masalahnya sekarang, dunia belum menemukan vaksin untuk menangkalnya. Akan membutuhkan riset yang mendalam sehingga dibutuhkan biaya, terutama waktu yang tidak sebentar untuk menemukan vaksin penangkal . Di dalam penantian itu, kita dituntut untuk sabar sambil mengingat beberapa hal penting. Pertama, tidak semua orang yang di tubuhnya menempel virus Corona akan terinfeksi Covid19. Kalau hanya menempel di tangan misalnya, bisa dihilangkan dengan dicuci memakai sabun. Begitu juga ketika menempel di baju, bisa dihilangkan dengan menggunakan detergen.
Kedua, kalau pun ada orang itu terinfeksi Covid19, kemungkinan besar, yang berangkutan tidak akan mengalami penderitaan fisik yang fatal, tergeletak tak berdaya atau dari mulutnya keluar busa seperti yang digambarkan di dalam film-film fiksi. Mikael Arteta pelatih Arsenal yang dinyatakan positif Corona sejak awal Maret lalu pasca pertandingan Arsenal di Liga Eropa, Setelah dikarantina, masih bisa mengadakan wawancara terpisah dengan para wartawan mengenai kondisinya saat ini.
Pun demikian dengan dua pemain Juventus, Daniele Rugini dan Paulo Dybala yang dinyatakan positif Corona, tidak memperlihatkan tanda-tanda penderitaan terhadap sakit yang berlebihan. Di tanah air ada Bupati Bogor yang dalam unggahan foto di linimasa instagram milik Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, tidak tampak seperti orang sakit dan terlihat normal. Lalu ada artis cantik Andrea Dian yang dikenal suka membagikan gaya hidup sehat dengan berolahraga, beberapa waktu lalu dinyatakan positif Corona. masih bisa mengungah story di akun sosial medianya. Mereka yang terinfeksi Covid19, 80 persennya hanya merasakan gejala flu biasa. Oleh sebab itu, perawatannya cukup di rumah saja.
Ketiga, tubuh kita itu memiliki antibody untuk melawan virus apapun yang masuk, termasuk Corona. Logikanya, Tuhan menciptakan virus Corona, tetapi Tuhan juga menganugrahkan antibody dalam diri kita untuk melawannya. Antibody inilah yang akan menghabisi Corona melalui pertempuran hidup mati. Kabar baiknya, jika kita normal dan sehat, antibody akan bisa mengalahkan virus. Lama pertarungan tergantung pada kekuatan kita. Bisa mencapai dua sampai tiga minggu. Oleh sebab itu, saran medis kepada orang yang sudah terinfeksi virus Corona adalah istirahat, makan makanan yang sehat, banyak minum air putih dan jangan keluar rumah untuk mencegah penyebaran lebih luas.
Obat-obatan yang kita peroleh dari dokter pun sebenanrya lebih ke arah mengobati symptom. Persis kalau kita terkena flu. Jadi, obat flu yang kita beli dari apotik atau kita peroleh dari dokter bukan dalam rangka kuratif, melainkan lebih untuk meminimalisisr gejala sakit yang diderita atau mencegah memburuknya keadaan. Dengan kata lain, yang sebenarnya menyembuhkan kita adalah antibody dalam tubuh. Kesimpulannya, kita tidak perlu takut berlebihan, sebab mereka yang terinfeksi Corona kemungkinan besar akan sembuh dengan perlawanan kekuatan tubuhnya.
Akan tetapi, yang barusan disampaikan itu baru bicara yang 80 persen. Sisanya yang 20 persen, yang mengalami dampak lebih serius, sebaiknya ditangani oleh pihak rumah sakit. Hal ini bisa terjadi karena kemungkinan imunitasnya lemah, mengidap penyakit lain atau usianya sudah tua. Namun, lagi-lagi potensi untuk sehat kembali cukup tinggi, Lalu, dengan melihat keberadaan antibody yang katanya bisa diandalkan bertarung dengan virus Corona, apakah sebaiknya kita abaikan saja virus Corona? Jawabannya tentu tidak.
Masalahnya tetap ada korban yang meninggal akibat terinfeksi Corona dan jumlahnya mencapai tiga sampai empat persen. Jadi, kalau misalnya ada 1000 orang terjangkit Covid19, berarti ada sekitar 30-40 orang akan meninggal. Mereka umumnya adalah lansia yang punya penyakit kronis. 80 persen dari seluruh pasien Covid19 yang meninggal adalah mereka yang berusia di atas 80 tahun. Mereka yang meninggal ini umumnya punya penyakit lain. Seperti penyakit jantung, pernapasan, diabetes, darah tinggi dan sebagainya. Misalnya, kalau kita berusia tua, berpenyakit jantung dan terjangkit Corona, peluang kematian bisa mencapai 10 persen. Untuk penyakit kanker sebesar 5 persen, diabetes sebesar 7 persen.
Mereka yang terjangkit Corona akibat penularan yang dibawa orang sekitarnya, bisa saja terlihat sehat tanpa menunjukkan gejala sakit. Oleh sebab itu harus menjadi kepedulian kita bersama sekarang jangan sampai terjangkit Corona. Sebab orang yang positif Corona tanpa memperlihatkan gejala sakit bisa menjadicarrier yang menyebarkannya kepada orang lain dalam jangka waktu yang cepat. Jika kita menduga bahwa kemungkinan diri kita terjangkit virus Corona, sebaiknya dianjurkan untuk tidak menyentuh atau berdekatan dengan anggota keluarga yang sudah berusia lanjut dan berpenyakit kronis.
Jika pemerintah mengeluarkan anjuran normatif melalui kebijakan social distancing, itu lebih dalam rangka menghindari jatuhnya korban dalam jumlah luar biasa dalam waktu cepat. Harus diakui, wabah ini datang tiba-tiba yang diiringi dengan penyebaran yang sangat cepat dan eksplosif. Keunggulan si Covid19 ini dibanding pendahulunya adalah kecepatannya berpindah dari satu objek ke objek lain. Di samping itu, ketika menempel pada benda-benda tertentu juga cukup lama sehingga kemungkinan terinfeksi juga sangat besar. Hal inilah yang mengakibatkan pandemi. Karena meledak, masyarakat menjadi panik, dan rumah sakit penuh. Beberapa dari kepanikan itu diwarnai dengan fenomena panic buying, penimbunan masker dan hand sanitizer sehingga harga kedua barang itu menjadi mahal.
Agar tidak terjadi kegaduhan yang lebih luas sehingga mengakibatkan suasana chaos, masyarakat perlu ditentramkan. Harus ada cara mengendalikan penyebaran virus yang efektif untuk iklim sosial kita. Harapannya, jika penyebaran virus bisa dikurangi kecepatannya, jumlah korban juga akan berkurang. Jadi kalau rate korban bisa dikendalikan, hidup bisa lebih tenang dan kita kembali hidup normal.
Kesimpulannya, jangan terlalu berlebihan menanggapi pandemi Covid19 sehingga berakhir dengan kepanikan dan lalu stres. Bukan pula meremehkan sehingga kewaspadaan menjadi menurun. Hal yang harus kita lakukan sekarang sambil menunggu ditemukannya vaksin di samping tetap menjaga kebugaran agar imunitas kita kuat adalah hidup biasa dan normal. Maksudnya, tetap tersimpul senyum sambil mereaktualisasi hubungan dengan orang-orang yang kita sayangi melalui social distancing. Hidup bahagia meskipun Corona melanda. Yakinlah bahwa Corona bukan musuh yang tidak bisa dilawan. Terakhir, gunakan akal sehat, sebab hanya dengan akal sehat kita akan selamat. Salam waras. [T]