31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dasar Persatuan Indonesia – Catatan Tentang Damai Adat di Flores Timur

Silvester Petara HuritbySilvester Petara Hurit
January 7, 2020
inEsai
Dasar Persatuan Indonesia – Catatan Tentang Damai Adat di Flores Timur

Suasana Damai Adat di Kampung Wailolong dan Lewotala, Flores Timur [Foto by Ama]

262
SHARES

Dua kampung di Flores Timur yakni: Wailolong dan Lewotala  pernah  berselisih paham pada  tahun 1981 karena persoalan air minum.  Selisih paham tersebut hampir melahirkan perang. Syukur bahwa  aparat keamanan bertindak lebih cepat sehingga perang tak sempat pecah.  Tahun-tahun setelah itu,  ketegangan kembali  terurai.  Kehidupan dan kontak masyarakat di kedua kampung tersebut kembali normal. 

Walau demikian,  masyarakat menyimpan keinginan dan  kerinduan untuk melakukan rekonsiliasi adat secara kolektif.  Maka setelah 38 tahun  ketika  membuka ladang di area yang merupakan persinggungan kedua kampung  tersebut,  damai adat   dilangsungkan  tanggal 16 November  2019  di rumah adat  kampung Lewotala dan dua hari berselang  terjadi  di rumah adat kampung Wailolong. Mereka saling berkunjung. Mengukuhkan persatuan lewat sirih pinang dan mengangkat sumpah yang diikat dengan darah hewan kurban serta menanam beringin sebagai monumen perdamaian di pelataran rumah adat Wailolong.


Damai adat dilangsungkan tanggal 16 November 2019 di rumah adat kampung Lewotala dan dua hari berselang terjadi di rumah adat kampung Wailolong. [Foto by Ama]

Soal hidup-mati

Esensi rekonsiliasi adat adalah menyatukan dua pihak yang berjarak.  Menjadi satu  merupakan syarat mutlak keberhasilan. Kemarau yang panjang serta curah hujan yang pendek membuat  masyarakat berusaha sedekat-dekatnya menyatu dengan  alam.  Supaya bisa dekat dengan alam manusia semestinya  menyatu terlebih dahulu dengan sesamanya.

Masyarakat di kedua kampung tersebut percaya bahwa  dengan bersatu tanaman akan bertumbuh sehat,   jauh dari penyakit dan hama.  Manusia yang bekerja pun dijauhi dari sakit, hambatan dan malapetaka.  Persatuan bikin segala yang baik menjadi kuat. Menyatunya kekuatan pikiran dan batin banyak orang mendekatkan manusia dengan makrokosmos dan metakosmos. Keutuhan dan kepenuhan hidup tercipta. Alam bermurah hati terhadap manusia. Hujan cukup. Hama dan malapetaka dijauhi. Manusia dapat tenang membangun hidup dan peradabannya termasuk bersyukur dan merawat alam lingkungannya.

Di luar persatuan, keselamatan terancam.  Manusia takut diciderai atau dihancurkan oleh yang lain.  Penyakit, hama, bencana dan gagal panen begitu menakutkan. Kekeringan  dan kelaparan membunuh manusia.  Alam tampak kejam. Bayangan kematian dan kepunahan meneror kenyamanan hidup manusia.

Persatuan menjadi sendi dasar bangunan hidup kolektif karena menyangkut  hidup-matinya suatu komunitas masyarakat.  Persatuan  memungkinkan tujuan dapat segera tercapai.  Bung Karno dalam Harian Suluh Indonesia Muda tahun 1926  yakin bahwa  persatuanlah yang kelak membawa impian: Indonesia Merdeka!  Persatuan jadi harga mati jika  bangsa ini bertahan dan abadi. Semboyan “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” menemukan kebenaran dan aktualitasnya. 

Keinginan yang kuat  untuk berdamai dan bersatu antara  dua kampung di Flores Timur adalah gambaran kecil tentang dasar  kebutuhan persatuan Indonesia. Kondisi geografis, tantangan alam, pengalaman sejarah suku-suku di nusantara sejak berabad-abad lampau  melahirkan kesadaran untuk saling membutuhkan. Yang satu menopang yang lain.

Barter hasil  melahirkan  persaudaraan dan kekerabatan.  Di sana ada kebutuhan untuk mengikat diri dalam persekutuan. Perasaan satu terbentuk.  Melalui hubungan baik  kesejahteraan akan lebih mungkin diwujudkan. Melalui solidaritas dan persatuan, hidup akan lebih kuat.

Menjaga hubungan baik, menciptakan rasa nyaman bagi yang lain sama dengan merawat hidup sendiri.  Yang lain adalah sumber berkat. Oleh karena itu, tamu atau orang asing diberi tempat istimewa. Keramatamahan, sikap mendahulukan orang asing dan para tamu, melindungi dan memberi tempat bagi minoritas telah jadi kearifan masyarakat nusantara sejak berabad-abad lampau.

Rasa nyaman adalah kebutuhan yang memungkinkan orang bisa bekerja dan berusaha secara maksimal. Supaya dapat tenang, orang mesti menciptakan kenyamanan bagi orang atau kelompok lain.  Membangun relasi  baik, mempererat persatuan berhubungan dengan hidup-matinya suatu komunitas masyarakat.   Jika ada konflik maka  harus sesegera mungkin diakhiri.  Sekutu diperbesar supaya musuh berkurang.  Agar tukar-menukar komoditas dan pengetahuan, arus distribusi kebutuhan bisa berjalan lancar.  Kebudayaan dan peradaban dibangun.


Suasana damai adat antara Kampung Wailolong dan Lewotala di Flores Timur [Foto by Ama]

Pengalaman perjumpaan

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi  membuat semua terkoneksi  di dunia maya namun tak bisa menggantikan kehangatan pengalaman konkret  perjumpaan. Perjumpaan fisik membekas lebih dalam. Menyentuh rasa. Menghubungkan tali batin satu dengan yang lainnya.

Kalau sejak kecil sampai sampai dewasa  orang hidup dalam ruang homogen; bergaul  dengan  kelompok, agama atau kaumnya saja, mengonstruksi kebenaran atau hidup dengan rasa benarnya sendiri maka tak usah heran  bahwa hari ini  tak sedikit orang dengan pendidikan tinggi dapat dengan mudah terprovokasi menyerang orang lain yang berbeda agama, partai, keyakinan, suku dengannya.

Belajar bertahun-tahun  tentang pentingnya persatuan mesti dibarengi dengan pengalaman konkret (aktual) berjumpa dan  hidup dalam komunitas suku bangsa yang beraneka-ragam tersebut termasuk menjadi minoritas dalam suatu komunitas atau kelompok.  Mengalami hidup sebagai minoritas  membuat orang berusaha mengenal yang yang lain, beradaptasi dan memahami cara berpikir, bertindak serta laku  dan nilai-nilai yang  hidup dalam suatu masyarakat. Perbedaan mendorong pengertian,  respek,  persaudaraan dan rasa menyatu dengan yang lain.

Merawat persatuan Indonesia hari ini tidak cukup dengan belajar di bangku sekolah. Memahami persatuan butuh pengalaman konkret berada di tengah yang lain. Ketika seseorang merasa sendiri dan asing maka ia harus membuka diri, bergabung dan bersatu dengan yang lain. Pada saat itulah ia mulai mengerti apa artinya menjadi Indonesia!

Tags: FloresFlores TimurIndonesiapersatuan
Previous Post

Jika “Banjir” Melanda Tubuh Manusia

Next Post

Catatan Film “Atas Nama Percaya”

Silvester Petara Hurit

Silvester Petara Hurit

Esais, Pengamat Seni Pertunjukan. Tinggal di Lewotala Flores Timur.

Next Post
McDonald dan Cerita-cerita Kampungan

Catatan Film “Atas Nama Percaya”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co