9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Selamat Jalan, Mbah Prapto: Kini, Tubuh Gerakmu Abadi

Agus WiratamabyAgus Wiratama
December 30, 2019
inKhas
Selamat Jalan, Mbah Prapto: Kini, Tubuh Gerakmu Abadi

Mbah Prapto (pakai topi, kiri) di sela-sela latihan bersama penulis di Bali

111
SHARES

Setelah latihan Gerak di Tejakula, Buleleng, tepatnya di Candi Teja Amertha pada bulan Februari 2019, saya membonceng Mbah Prapto ke penginapkan di rumah temannya yang merupakan seorang pelukis, Nyoman Tusan. Di jalan saya bercerita tentang pengalaman latihan. Saya menceritakan pengalaman saya dengan daun-daun Ketapang yang gugur namun basah kuyup oleh air hujan.

Ketika latihan saya merasa sedih hingga hanyut melihat daun-daun ketapang yang gugur itu, kesedihan yang sepertinya ingin segera saya tanggalkan. Memang benar, ketika latihan saya langsung beralih fokus dari daun ke ombak pantai di hadapan Candi, seolah ingin pergi. Mbah Prapto kurang lebih berkata, “Terima dulu kesedihanmu, jangan pergi begitu saja. Kenali dan terima dengan iklas, setelah itu baru menuju situasi lain,” katanya di atas sepeda motor.

Pernah pula ketika belajar menerima dan memberi dari rekan workshop, saya bertanya dengan lugu tentang batu. Waktu itu latihannya adalah menerima hidup dari orang lain. Tubuh akan bergerak merespon sentuhan atau merespon gerak yang berjarak dari rekan. Saya bertanya, “Mbah, ketika saya bergerak, saya berpikir apakah kita bisa menerima hidup dari benda mati seperti batu misalnya?” Mbah Prapto tertawa dengan suara Khasnya kemudian menjawab, “bisa, tetapi sebelum itu, belajarlah dulu mendengar suara hati orang lain,” dengan suara mengecil yang seolah meledek.

Mbah Prapto atau yang bernama lengkap Suprapto Suryodarmo adalah seorang pria asal Solo yang menjadi guru gerak dan pendiri Padepokan Lemah Putih di Plesungan, karanganyar, Jawa Tengah. Di Bali, Mbah Prapto mendirikan sebuah candi yang disebut Candi Teja Amerta sebagai tempat latihan seni gerak sekaligus berlangsungnya ritual. Di tempat lain, panggung depan Pura Samuan Tiga dan Goa Gajah, Bedulu, Gianyar adalah tempat yang sering digunakan berlatih bersama murid-muridnya.

Ia mengajar tidak hanya di Indonesia, namun keliling dunia. Saya pun sempat bertemu dengan murid-muridnya. Mereka adalah orang-orang yang begitu terbuka. Sangat berbeda dengan turis-turis pada umumnya. Mereka datang untuk berlatih dan menjadi teman, bahkan ada yang berkata mereka merasa seperti keluarga. Salah satu murid Mbah Prapto ada yang bercerita pada saya bahwa sesungguhnya ia tidak mengikuti latihan itu secara penuh. Tetapi, karena masih ingin berkumpul dan diajak oleh teman-teman yang lain, ia lantas bergabung hingga akhir.

Saya tidak paham kedekatan seperti apa yang ditanamkan Mbah Prapto pada diri saya dan teman-teman yang sempat berlatih dengannya. Saya tidak terlalu lama bertemu dengan beliau, meski percakapan memang sering terjadi terutama di atas sepeda motor. Sebab, selama beberapa hari di Tejakula Buleleng, saya bertugas mengantar Mbah Prapto dari rumah Pak Tusan menuju Candi Teja Amerta. Sesekali dalam perjalanan itu, saya yang memulai obrolan dengan pertanyaan mengenai hal-hal tentang latihan.

Beberapa kali di atas motor memang saya yang memulai obrolan. Setiap latihan pagi, saya justru dibangunkan oleh Mbah Prapto. Masih melekat diingatan saya, ketika itu latihan dimulai pukul 04.30 wita. Saya masih nyenyak di atas Kasur di rumah Pak Tusan. Di pagi yang buta itu Mbah Prapto sudah memanggil-manggil dengan suaranya yang lembut. Saya tidak bisa bangun hanya dengan panggilan lembut seperti itu. Giliran Aleksander Gebe dan Nur Hidayatlah yang membangunkan saya dengan agak keras. Ketika sadar dan mendengar panggilan dari Mbah Prapto, saya langsung meloncat untuk membasahi tangan dan mengusap wajah, dengan mata yang masih setengah terbuka kemudian kami berangkat ke Candi.

ALeksander Gebe, seorang aktor dari Komunitas Berkat Yakin pernah berkata pada saya sambil tertawa, “yang latihan siapa, yang bangunin siapa,” katanya.

Pernah pula suatu kali, Mbah Prapto mengejek saya. Ketika itu saya sibuk bergerak dan tubuh merasa sangat lelah. Tanpa saya sadari, mata saya terus menghadap ke bawah sehingga wajah tak terlihat oleh orang sekitar saking fokusnya menunduk. Mbah Prapto memanggil saya, “Gimana Gus?, Gus?” kemudian saya jawab, “Iya, Mbah?”, “Gimana? Sudah ketemu jangkriknya?”. Seketika wajah saya menjadi merah oleh ucapan itu, sementara beberapa teman yang mendengar dan paham, langsung cengar-cengir tertawa melihat saya.

Latihan dengan Mbah Prapto sungguh tidak dapat saya rumuskan dalam beberapa kata. Tapi sangat melekat hingga hari ini. Mungkin karena usaha mendekatkan diri dengan ruang dan situasi yang dibangun membuat kenangan menjadi begitu kuat menancap di kepala saya. Barangkali pula, karena konsep gerak yang tidak hanya untuk pertunjukkan tetapi bisa digunakan sehari-hari. Latihan Mbah Prapto bisa dilakukan sendiri, “sederhana saja” katanya, “Cukup mengingat napas setiap hari”.

Hingga hari ini, saya masih melakukan latihan berdasar hal-hal yang didapat dari  workshop Mbah Prapto juga tambahan dari teman yang juga sama sumbernya. Latihan dengan metode seperti itu membuat saya selalu terbayang ketika workshop berlangsung. Mungkin itu salah satu alasan sehingga, tepat 6 hari yang lalu saya bermimpi bertemu Mbah Prapto di antara jurang dangkal dengan rimbunan pohon raksasa di dekat rumah. Beliau tak melihat saya. Saya mengejarnya hingga terpeleset di tanah miring yang licin. Saya hampir celaka jika saja tidak perpegangan di antara ranting yang bisa saya raih. Namun, Beliau tak juga bisa saya sapa karena saya dihadang seseorang.

Pagi hari pada tanggal 29 Desember 2019 sekitar pukul 04.00, saya membuka Facebook. Saya dibuat kaget dengan beberapa status yang mengatakan meninggalnya Mbah Prapto hari itu pada umur 72 tahun. Pria dengan postur tubuh yang tidak besar dan berumur lebih dari 70 tahun itu sempat membuat saya kagum dengan kebugarannya. Ketika latihan di Goa Gajah Bedulu misalnya, dari tangga paling atas hingga kolam yang berada paling bawah Mbah Prapto bisa naik dan turun tanpa bantuan orang sama sekali, bahkan sampai di bawah mbah prapto masih bisa menari di antara tangga.

Bagaimana saya tidak terkejut mendengar kabar seperti ini mengingat kebugarannya ketika terakhir kali bertemu. Terlebih sempat pula saya mendengar kabar dari Ibed Surgana Yuga, seorang Sutradara di Kalanari Theatre Movement asal Jembrana Bali yang tinggal di Jogja bahwa pada bulan Februari 2020, Mbah Prapto berencana ke Bali.

Tapi sekarang, guru gerak yang mengenalkan saya dengan Joged Amertha ini sudah mencapai gerak abadinya. Pengalaman dengan daun Ketapang di Tejakula harus benar-benar saya gunakan saat ini. “Mungkin kau akan tertawa lagi, Mbah, karena saya baru paham bagaimana cara menerima hidup dari yang mati” Terima kasih, Selamat jalan, Mbah Prapto. kini gerakmu hidup di kepala saya. [T]

Tags: in memoriamTeater
Previous Post

Kelola Duit 300 Juta, Pusing Juga Susun APBDes – [Cerita Kecil “Panyarikan Desa Adat”]

Next Post

Mari Tentukan Sukses Kita Untuk 2020

Agus Wiratama

Agus Wiratama

Agus Wiratama adalah penulis, aktor, produser teater dan pertunjukan kelahiran 1995 yang aktif di Mulawali Performance Forum. Ia menjadi manajer program di Mulawali Institute, sebuah lembaga kajian, manajemen, dan produksi seni pertunjukan berbasis di Bali.

Next Post
Mari Tentukan Sukses Kita Untuk 2020

Mari Tentukan Sukses Kita Untuk 2020

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co