31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kelola Duit 300 Juta, Pusing Juga Susun APBDes – [Cerita Kecil “Panyarikan Desa Adat”]

Wayan JunaedybyWayan Junaedy
December 30, 2019
inKhas
Kelola Duit 300 Juta, Pusing Juga Susun APBDes – [Cerita Kecil “Panyarikan Desa Adat”]

Anak-anak belajar menabuh, salah satu kegiatan yang dirancang dalam APBDes di bidang Pawongan

208
SHARES

Kelar sudah. Kerja berhari-hari yang memusingkan kepala, sudah hampir selesai. Palu sudah diketok. Walaupun malam itu, di wantilan Pura Puseh lan Desa, saat paruman antara Bandesa Adat dengan Sabha Desa untuk pengesahan APBDes Adat, tidak ada palu yang diketok. Karena memang tradisi kita pada rapat-rapat di desa adat dengan warga atau yang disebut krama tidak pernah mengesahkan hasil rapat dengan palu, layaknya sebuah sidang paripurna di lembaga legislatif…hehehe

Yang jelas, saya bisa sedikit bernafas lega sekarang. Kepala saya tidak pusing lagi. Tidur saya mungkin akan lebih nyaman. Kerja berat dan tanggung jawab menyusun APBDes Adat sudah selesai. Sudah di print menjadi 7 jilid, dan siap diserahkan kepada pihak terkait di pemerintahan. Malam itu kami beramai-ramai tanda tangan; Bandesa Adat, saya sebagai penyarikan, dan tujuh orang anggota Sabha Desa. Oh ya, Sabha Desa adalah lembaga pengawas dan partner kerja bagi Bandesa Adat untuk mengambil sebuah keputusan strategis, layaknya seperti BPD di Desa Dinas, atau lembaga legislatif di dalam sebuah negara.

Kalau dilihat dari strukturnya, Desa Adat adalah miniatur sebuah negara. Ada Bandesa Adat sebagai pucuk pimpinan dan prajuru adat yang membantu tugas-tugas beliau. Ada Sabha Desa sebagai dewan pengawas, layaknya sebagai legislatif. Ada Kerta Desa sebagai lembaga yudikatif, sekaligus dewan pertimbangan, yang berwenang untuk menengahi sebuah perkara di lingkungan desa adat, dan juga punya kewenangan memberikan rekomendasi memberhentikan Bandesa Adat kalau melakukan perbuatan tercela, lewat Paruman Desa Adat. Kalau dilihat strukturnya, Desa Adat layak disebut sebagai negara kecil. Seperti saudara saya pernah bilang: “negara dalam sebuah negara.”

Dan pertama dalam sejarah, Desa Adat diberi kewenangan mengelola dana secara mandiri. Seperti juga pada sebuah desa dinas di seluruh Indonesia yang mendapat kucuran dana dari APBN miliaran rupiah, Desa Adat sekarang mendapatkan limpahan dana dari pemerintah provinsi sebesar 300 juta. Nilai yang lumayan besar. Saya yang kebetulan sebagai panyarikan diberi tugas menyusun program-program prioritas, dibagi menjadi tiga bagian; program untuk Parahyangan, Pawongan dan Palemahan.

Mungkin bagi orang lain, ini adalah pekerjaan CGT (cenik gae to). Tapi bagi saya ini adalah pekerjaan berat yang memusingkan kepala. Saya berusaha tidak panik. Awalnya memang terasa sangat rumit, tapi setelah dipelajari, dan sering-sering konsultasi dengan pengurus desa adat lain, akhirnya APBDes kami pun tersusun dengan baik. Rapat pertama dengan 7 anggota Sabha Desa, sebagian besar sudah bisa menerima dengan sejumlah hal yang harus direvisi. Dan tadi malam, Sabtu 28 Desember 2019, APBDes Adat kami pun disahkan dengan suara bulat, di wantilan Desa Adat Kelaci, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali.

Kilas balik kembali ke beberapa bulan saat saya terpilih sebagai sekretaris adat atau panyarikan. Malam itu, pada paruman di bale banjar, setelah bandesa adat terpilih secara demokratis lewat jalan voting, tiba-tiba nama saya disebut untuk jadi sekretaris adat. Dan semua warga setuju secara aklamasi. Saya yang duduk di pojokan bale banjar tersentak kaget. Tidak bisa berkata apa-apa. Lidah saya kelu. Kata-kata pembelaan tidak bisa keluar dari bibir. Terbayang sudah tugas yang berat. Kalau sudah ditunjuk, susah untuk mengelak, kecuali dengan argumentasi yang masuk akal dan diterima oleh warga. Saya berusaha mencari-cari alasan. Tapi pikiran saya mendadak blank. Dan saya berjalan lemas pulang dari paruman.

Di rumah istri marah-marah. Karena menjadi prajuru adat, yang sibuk bukan si lelaki saja, tapi suami-istri harus ikut ngayah. Apalagi pada saat persiapan pujawali, upacara agama di Pura Tri Kahyangan Tiga, bisa berhari-hari waktu tersita untuk ngayah. Bagaimana istri saya yang kebetulan bekerja sebagai ASN, tentu tidak bisa libur sering-sering.

Tapi apalah daya. Sudah ditunjuk. Dan dipercaya sebagai pengurus adat bukanlah sebagai hukuman, tapi kepercayaan dari masyarakat yang harus kita emban. Dan kepercayaan memang harus kita hormati.

Pelan-pelan saya belajar. Masih sering gugup ketika berhadapan dengan masyarakat. Belum percaya diri apakah bisa mengemban amanah itu. Tapi niat yang baik, selalu berakhir dengan kebaikan pula. Awalnya bingung, pelan-pelan saya bisa memahami. Dan terasa asyik juga ketika ngayah. Berhari-hari ngayah di pura, di tempat yang suci, pikiran jadi jernih. Sekarang lebih banyak waktu sembahyang. Dulu saat purnama-tilem, saya orang yang paling malas sembahyang. Tapi sekarang saya harus dituntut hadir untuk mengurus upacara, dan ikut sembahyang pula dengan perasaan hening. Terasa enak gradag-grudug dengan teman-teman sesama prajuru, pekedek-pekenyum saat ngayah.

Kemudian munculah barang baru itu. Desa adat harus menyusun APBDes sendiri, layaknya desa dinas. Pusing lagi saya. Seorang teman mengirimi saya Pergub tentang Desa Adat lewat file PDF, yang kemudian saya baca dengan hati dag-dig-dug. Kami sekarang harus mengurus dana yang berasal dari pemerintah. Sedikit saja kesalahan prosedur, ya bisa diseret ke pengadilan. Duh, ngeri….

Tapi dengan pikiran jernih, lebih banyak bertanya, berkonsultasi, tukar pikiran dengan teman-teman prajuru tentang program-program yang akan kita ajukan, akhirnya konsep APBDes Adat itu tersusun baik. Tinggal mengalokasikan anggaran-anggaran itu agar hasilnya balance dan masuk akal.

Seperti yang saya cita-citakan dari dulu untuk membentuk sekaa gong anak-anak, sekaranglah kesempatan itu. Saya menyisihkan beberapa anggaran untuk membentuk sekaa gong ini, tentunya setelah berkonsultasi dengan bandesa adat. Kebetulan juga hal ini sudah diurai dalam juknis.


Kegiatan belajar menabuh untuk anak-anak laki dan perempuan sebagai salah satu kegiatan Pawongan di Desa Adat

Betapa pentingnya pemberdayaan manusia, pawongan. Apalagi anak-anak sebagai generasi penerus yang akan mengurus kita-kita ini di masa tua. Megambel, di samping menghibur juga bisa menstimulasi agar otak kanan-kiri seorang anak menjadi seimbang. Belum tentu dengan megambel suatu ketika dia akan menjadi seorang penabuh. Bisa saja dia akan jadi dokter, arsitek, atau menteri. Setidaknya kegiatan seni di masa kecil akan menghaluskan jiwanya sampai dewasa. Dan gayung pun bersambut. Dana dari APBD Semesta belum cair, sekaa gong anak-anak ini sudah terbentuk, bahkan sekaa gong anak-anak putra dan putri. Mereka bersemangat. Latihan sudah dimulai. Karena dana belum cair, tentunya memakai kas adat sendiri dulu.

Kalau saya boleh usul melalui tulisan ini, ke depan sebaiknya ada juknis yang mengatur tentang perpustakaan desa. Literasi kita yang masih rendah, siapa tahu dengan menyiapkan buku-buku agama, ditaruh rapi dalam beberapa rak di bale banjar, kegiatan membaca bisa dimulai sejak dini. Perpustakaan di bale banjar-bale banjar, terus ada fasilitas tenis meja dan catur. Ada anak-anak yang bermain tenis meja, bermain catur, dan sebagian mungkin mulai membaca Bagawadgita. Atau kalau tidak Bagawadgita, setidaknya buku-buku dongeng yang berisi pelajaran budi pekerti. Yah, itu yang saya bayangkan dari sekarang…hehehe.

Ternyata, sekarang saya sudah mulai bisa menikmati mengabdi sebagai panyarikan. Apalagi tahun 2020 ini, prajuru adat sudah mulai bisa menikmati insentif dari provinsi, yang besarannya sudah diatur dalam juknis. Walau tidak sebesar UMP, setidaknya bisa mengganti biaya operasional kita sebagai prajuru hehehe…..

Setidaknya ke depan nanti, kalau masa bakti saya berakhir, tugas sebagai prajuru tidak lagi dihindari. [T]

Tags: balidesa adatkebudayaan
Previous Post

Refleksi Tahun Baru: Jangan Sampai Hilang Arah dan Buta Arah

Next Post

Selamat Jalan, Mbah Prapto: Kini, Tubuh Gerakmu Abadi

Wayan Junaedy

Wayan Junaedy

Lahir dan tinggal di kawasan Taman Margarana, Marga, Tabanan. Suka gowes, suka menulis, suka berteman

Next Post
Selamat Jalan, Mbah Prapto: Kini, Tubuh Gerakmu Abadi

Selamat Jalan, Mbah Prapto: Kini, Tubuh Gerakmu Abadi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co