Puluhan remaja memadati halaman depan Gedung Kriya. Mereka adalah pelajar, warga sebuah desa di Bali. Diantaranya, Pan Balang Tamak yang terkenal karena penuh siasat, kritis dan kecerdikannya. hidup bersama istri dan seorang anaknya.
Kisah Pan Balang Tamak Reborn yang dipentaskan Bali Eksperimental Teater (BET) Jembrana pada Festival Seni Bali Jani di Art Center, Taman Budaya Denpasar Bali, Rabu 6 November 2019, malam, itu memang sarat pesan. Sejak awal, narasi yang dibangun menyentil perilaku beberapa golongan masyarakat yang “membebek” terhadap titah penguasa. Kilasan-kilasan pun isu sosial dihadirkan oleh Nanoq da Kansas sebagai penulis naskah dan sutradara.
Kisah ini diawali ketika Raja (Dodek) berencana melakukan pembangunan. Ditemani pengawalnya yang setia (Mo’ong), ia melakukan inspeksi ke lahan-lahan yang akan dialihfungsikan. Warga pun setia menunggu kehadiran Raja. Mereka berkumpul, menyanjung dan menawarkan beberapa lahan. Warga yang dipimpin Kelian (Edy) begitu antusias karena di desanya akan berdiri kawasan terpadu yang modern dan mewah, di lahan hutan yang telah dibabat.
Namun kericuhan tiba-tiba terjadi karena salah satu warga diperolok warga lainnya. Mereka berkelahi, saling lempar, bergulat. Pengawal terpaksa menembakkan gas air mata untuk mengurai kekacauan. Serakan daun-daun dan kabut asap yang memenuhi area pertunjukan menciptakan suasana yang dramatis. Setelah suasana terkendali, pertemuan dilanjutkan. Mereka mengamini setiap perkataan Raja. Sejurus kemudian, Pan Balang Tamak (Pramono) datang terlambat dan berkilah bahwa dirinya tak bersalah. Ia telah menaati pengumuman dan datang tepat waktu karena berpatokan pada turunnya ayam dari kandang. Raja tak senang, pengawal murka, warga menggerutu. Diam-diam, Raja memerintahkan pengawal untuk meracuni Pan Balang Tamak.
Tak lama, tersiar kabar bahwa Raja akan mengadakan lomba peragaan busana. Demi mendukung dan melestarikan budaya adiluhung, seluruh warga yang memiliki anak remaja diwajibkan mengikuti lomba. Titah raja adalah sabda pandito ratu, menjadi dasar hukum yang harus ditaati. Jika menolak, hukuman berat akan dijatuhkan bersama seluruh anggota keluarga.
Istri Pan Balang Tamak (Arista) bingung. Ia curiga, ini adalah siasat Raja untuk menghabisi suaminya. Minimal, mempermalukan keluarga mereka di depan seluruh warga. Pan Balang Tamak tak habis akal. Ia menenangkan istrinya, sembari mencari cara agar anaknya bisa bersaing dengan optimal.
Mebarung
Naskah Pan Balang Tamak Reborn diadaptasi dari legenda Pan Balang Tamak. Hanya saja, Nanoq berusaha mengoptimalkan “kecerdikan” Pan Balang Tamak dengan menambahkan beberapa adegan untuk menyampaikan keprihatinannya atas kondisi sosial dan kebijakan populis pemerintah.
Kehadiran tokoh anak Balang Tamak (Elang) menjadi kunci. Ia menggunakan kostum “robot” dengan berbagai “label” yang melekat di tubuhnya, menyanyikan lagu Bongkar milik Iwan Fals bersama Anak Badai yang menjadi pengiring pertunjukan. Label bertuliskan Bansos, Iphone 11, Raskin, Bedah Rumah, dan sebagainya dihadirkan saat lomba busana digelar.
Di sinilah sesungguhnya puncak kritik Nanoq dalam pertunjukan tersebut. Ia mebarung, menembakkan isu-isu yang menjadi keresahannya selama ini. Namun sayang, Nanoq mesti ikhlas babak ini hanya hadir sebagai kilasan semata. Peluru tak punya daya yang kuat. Tembakannya tak cukup menembus dada paling dalam (barangkali) akibat penggarapan yang belum optimal.
Raja pun merasa senang, pengawal terbahak-bahak. Kritik Pan Balang Tamak melalui sang anak dibungkam, dihilangkan, dikeluarkan dari area pertunjukan.
Tak henti di sana, lagi-lagi Nanoq mesti ikhlas. Kali ini, terhadap hal-hal yang berada di luar jangkauannya. Jadwal pementasan Pan Balang Tamak Reborn yang menjadi bagian dari Festival Seni Bali Jani berbenturan dengan Carnival of Rock. Berada dalam satu area yang sama, sama-sama pentas di tempat terbuka, pertunjukan Pan Balang Tamak Reborn terkontaminasi oleh gelegar suara dari musisi rock yang tampil perkasa di panggung terbuka Ardha Candra.
Artinya lagi, BET mebarung dengan pentas musik.
Nanoq tak menyerah. Ia berusaha mengoptimalkan pertunjukan yang didukung oleh Komunitas Kertas Budaya, Rompyok Kopi, Otakiri Event Indonesia, JCCO dan Pondok Seni Praba Gita itu agar setidaknya mampu memberikan teknis yang baik dan bisa menjadi renungan oleh mereka yang hadir menyaksikan. Maka dilibatkanlah Tude sebagai sound engineer yang berkali-kali menggawangi tata suara band ternama Bali seperti Navicula, Nosstrees, Lolot dan sebagainya. Selain itu, hadir pula Heri sebagai pendukung teknis dengan menggandeng Dore Sound & Lighting.
Bentuk-bentuk perlawanan memang lekat pada diri Nanoq, dan sesungguhnya menjadi karakter dalam setiap pertunjukan BET. Ia terbiasa mebarung di segala situasi, menolak kalah sebelum bertarung. Seperti Pan Balang Tamak, ia menyisakan kejutan lainnya.
Kabar tersiar cepat. Silang sengkarut, tali-tali terulur rupa warna, menjelma informasi yang begitu deras dan berjejalan. Warga desa mendengar kabar jika Pan Balang Tamak telah mati. Mereka berpesta. Raja yang senang akan kemenangannya merayakan kematian Pan Balang Tamak dengan menenggak tuak.
Belum usai pesta, belum genap perayaan, pengawal datang membawa berita buruk; racun tak mempan, Pan Balang Tamak masih bernafas! Dengan mata kepala sendiri, ia menyaksikan istri Balang Tamak duduk sembahyang. Wajahnya cerah, tak sedikitpun kesedihan terlihat. Pengawal dan raja cekcok. Raja yang penasaran akhirnya mencampur racun yang digunakan untuk menghabisi Balang Tamak ke dalam minumannya sendiri.
Pesta belum usai, musik masih menggelegar. Dada Raja sesak, lalu ambruk seketika. Siasat Pan Balang Tamak berhasil. Kematiannya menyeret pula kematian bagi Raja. Pandangannya mulai buram, perlahan gulita, seiring lampu pertunjukan yang mulai dipadamkan.[T]