26 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Celoteh Rambut Gondrong

Made Agus Panji Sujaya by Made Agus Panji Sujaya
November 10, 2019
in Esai
35
SHARES

“Rambut tanda-tanda bakal gondrong,cukur nggak ya?”

Sebuah caption dalam whatsapp story kubagikan di lingkaran relasi dan dosen saat itu aku masih KKN yang menyita jatah liburan semester dan bermain dengan teman-teman yang terpisah jauh diluar Singaraja.

“Juari gati ngae story kene, tepukine jak dosen payu siapange bergas (alat cukur elektrik, senjata utama tukang cukur) di kelas perdana nyanan cai (Kamu nggak tahu malu sekali buat story ini, nanti dilihat dosen jadi disiapkan bergas di kelas perdana kamu),” komentar temanku.

“Tong sante deen, nyanan kayange maan teguran malu mare ngidih pis jak mamak ke Barbershop (Santai saja, nanti kalau sudah ditegur baru aku minta uang sama mama ke Barbershop),” jawabku dengan santainya sambil berguyon.

Aku berpikir nanti saja jika ditegur aku cukur rambut ini, toh biar dikata mirip sama bapak yang seniman biarpun anaknya ini malah jadi penekun IT.

Beberapa saat kemudian aku berubah pikiranku, bukan karena ditegur secara online oleh dosen, ini teguran oleh orang lain yang sangat powerfull walaupun hanya menggunakan kalimat seperlunya.

“Cukur!” begitu katanya.

“Kenapa harus dicukur?” tanyaku sambil menyiapkan bahan bernegosiasi, kali aja dia tidak jadi menyarankan untuk dipotong.

“Iya biar rapi, coba cukur undercut pan!”

Aku yang bodo amat dengan jenis jenis gaya rambut tergerak untuk mencari contoh gaya itu di internet, walaupun krisis sinyal karena desa tempat kami ber-KKN-ria tidak banyak tersedia tower pemancar sinyal.

“Iya nanti sekalian ke Singaraja aku ke Barbershop,” jawabku, walau dalam hati aku ingin berkata “Siap sayang” tapi aku ingat posisiku yang hanya pantas menjadi sosok temannya saja bagi dia.

Kemudian salah satu teman dekat juga mengomentari story ku

“Depin den pang ngenah care anak Teknik sejati (Diamkan saja, biar terlihat sebagai anak Teknik sejati).”

Sebenarnya aku setuju dengan saran teman dekatku.

“I’m sorry brother, ada pengaruh yang lebih besar dan alasan yang lebih kuat untuk aku cukur ini rambut Hahaha!”

“Bucin cai (budak cinta kamu),” jawabnya sambil mengirimkan emoji terkekeh.

Percakapan kami berakhir, telepon genggamku menjadi sepi lagi seperti biasanya. Aku terdiam sejenak lalu kembali membuka whatsapp.

“Ma, kirimin bekel. Mau ke Barbershop!”.

Itu cerita saat KKN, setelah hampir 3 bulan sejak kami kembali diserahkan kepada pihak Kampus oleh Kepala Desa. Rambutku kembali memanjang, dan aku sudah menuai puluhan pertanyaan dan pernyataan dari keluarga, teman-teman, dan dia.

“Mantap nji, aku suka rambut gondrong kamu!”

“Potong nji, tampil rapi biar dapet pacar!”

“Iihhhh Panji mau Gondrong dia!”

“Kenapa gak potong aja itu rambut?”

“Cukur nji, biar rapi!”

“Geli aku liat kau njik (tentu saja dengan nada bercanda)!”

Begitulah rangkuman respons teman-teman tercinta, semenjak KKN berakhir dengan kegagalan mendapatkan hatinya, aku dijejali dengan organisasi, tugas perkuliahan dan persiapan berlomba di ajang yang cukup bergengsi di kalangan Universitas penyelenggara program studi di bidang teknologi. Aku menjadi mahasiswa sok sibuk walaupun aku benar-benar sibuk, tak ingin menghabiskan waktu luang selain untuk rebahan. Dasar mahasiswa menjelang semester tua.

Aku membiarkan rambutku tumbuh sebagaimana mestinya, aku juga lelah menambah batas pada kehidupan ini yang sudah cukup membatasiku, rambut gondrong bagiku adalah simbol kebebasan, di dalam ketidakbebasan hidup ini dimana setiap perbuatan ada aturannya. Setidaknya aku ingin membebaskan diri untuk hal-hal kecil.

Apa yang salah dengan rambut gondrong? Katanya di rezim pendahulu pria dengan rambut Gondrong identik sebagai pria yang urakan dan ekstrimis, ya aku memang urakan tapi aku bukan ekstrimis namanya juga mahasiswa TI yang jomblo, tidak ada orang kesayangan yang mengingatkan untuk makan, istirahat apalagi mencukur rambut.

Katanya juga diskriminasi tentang rambut gondrong ternyata sudah dibawa oleh belanda sejak 3 setengah abad lalu dan kata mereka diskriminasi rambut gondrong lebih menyeramkan daripada zaman now, bersyukurlah bapak ibu melahirkanku di zaman pra-milenial bukan zaman kolonial.

Setiap mama pulang dari Kupang, selalu mengingatkanku dengan kalimat seperti ini

“Dik, cukur na rambutmu panjang gitu!”

Hehehe maaf anakmu ini masih bengal Ma, jangan ditutup ya surga di telapak kaki Mama. Orang gondrong juga berhak masuk surga kan?

Bapak sih tidak mempermasalahkan, sahabat-sahabatku juga sama, “dia”? Kurasa tidak mempermasalahkan hanya sekedar menyarankan untuk menjadi lebih rapi. Aku tetap pada pilihanku, membiarkan rambut tetap panjang sampai benar-benar harus dipotong.

Kembali pada kisah KKN saat itu, setelah permak gaya rambut, aku menemui gadis pujaanku sekali lagi. Yah hasilnya sama saja, memang susah jika sudah terjebak di lingkaran pertemanan. Gondrong atau tidak gondrong memang tidak ada bedanya, tidak akan merubah apa-apa, Mengapa harus dipotong? [T]

Tags: gaya hidup
Made Agus Panji Sujaya

Made Agus Panji Sujaya

Mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Informatika Undiksha

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Foto: Yogi Sancaya
Opini

Tuah Wanita Bali – Kebahagiaan saat Memberi

LAKI-LAKI menjadikan wanita sengsara, anak membuatnya bahagia. Sungguh? Betapa menyesakkan kisah ini, tapi  ia bisa menjadi ungkapan dari zaman ke ...

February 2, 2018
Hanoman dan Mredah bertemu Sampati - repro foto di Museum Buleleng 2014
Khas

Wayan Dasta dan “Unknown Artist From North Bali” # Melacak Jejak Sejarah Seni Rupa dari Museum Buleleng [2]

Koleksi repro pelukis Bali Utara yang terdisplay kini di Museum Buleleng nampaknya telah di kurasi, karena pada tahun 2014 sewaktu ...

January 19, 2020
Pementasan "Detik-Detik Proklamasi" dari Teater Bumi
Ulasan

Pementasan Teater “Detik-Detik Proklamasi” dan Fakta-fakta Sejarah yang Menggelitik Saya

Berangkat dari rumah menuju Taman Budaya  Provinsi Bali saya datang dengan semangat 45 bahwa apa yang akan tonton di Gedung ...

October 31, 2019
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf meresmikan ART • BALI 2019  (Foto: FB/Kadek Purnami)
Acara

Pembukaan Art Bali 2019: Bali Menjadi Tempat Strategis untuk Perkembangan Seni Kontemporer…

Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf meresmikan pameran seni rupa kontemporer ART • BALI 2019 pada Sabtu, 12 Oktober 2019 ...

October 13, 2019
Pulau Nusa Penida di Penida (Desa Sakti). Sumber foto: travelingyuk.com
Opini

Simpang Siur Nama Nusa Penida: Dari Batu Kapur, Pandita Hingga Memati-mati

Anda mungkin salah satu orang yang sering bolak-balik ke Pulau Nusa Penida? Entah untuk urusan berwisata, bisnis, pulang kampung dan ...

February 15, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Sayang Kukiss/Diah Cintya
Esai

7 Jurus Memperbaiki Diri untuk Melangkah pada Rencana Panjang | tatkalamuda

by Sayang Kukiss
January 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1360) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In