30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sapeken, Perjalanan adalah Guru; Mengasupi Segala Pengetahuan Dari Sebuah Perkenalan

Taufikur Rahman Al HabsyibyTaufikur Rahman Al Habsyi
November 6, 2019
inKhas
Sapeken, Perjalanan adalah Guru; Mengasupi Segala Pengetahuan Dari Sebuah Perkenalan

Penulis di Sepeken

61
SHARES

Singaraja yang terik memapar kulit, angin pelan menyapu wajah yang berkeringat. Perasaaan bercampur antara senang dan takut. Perjalanan panjang menebas ombak akan segera dimulai. Kapal laut yang akan kita tumpangi biasa disebut kapal Loding (Gunung Nona). Sebuah kapal kayu dengan kapasitas penumpang 10 orang, karena kapal ini biasanya hanya digunakan untuk muatan Ikan.

Tumpangan gratis ini, saya manfaatkan untuk berkunjung ke rumah sahabat karib (Agus Salim) Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Undiksha yang sebentar lagi akan diwisuda.

Pukul 15.00 WITA kapal mulai meninggalkan Kampung Baru Singaraja, sekitar 8-10 jam saya akan berada di tengah laut. Perasaan takut semakin kuat saya rasakan, bagaimana tidak? Menaiki kapal kayu dengan ukuran yang menurut saya kecil, dan jika diterpa ombak akan terasa sekali goncangannya—adalah pengalaman saya yang pertama.

Di atas kapal saya disarankan oleh Agus untuk duduk di atas atap. Karena menurutnya untuk pemula seperti saya lebih aman dan untuk menghindari mabuk laut. Dalam hati saya terus membaca shalawat (baca; langsung relegius). Alasan kuatnya karena saya tidak bisa berenang. Sehingga kalau terjadi sesuatu, pasrah adalah pilihan satu-satunya.

Satu jam perjalanan keadaan masih stabil, ombak tidak terlalu besar menghantam. Matahari diufuk barat beringsut tenggelam, langit mulai kemerahan. Tetapi sialnya, tidak ada foto yang bisa diabadikan, lagi-lagi karena rasa takut saya yang berlebihan, duduk dengan menghadap ke depan dan tak berani untuk sekedar berdiri.

Dalam kapal kali ini hanya ada satu Captain, dua ABK, tujuh penumpang dewasa, dan satu penumpang anak kecil. Beberapa muatan tahu, barang sembako, dll.

“Gus ada pelampung nggak? Saya mau pakai”. Tanya saya dengan muka takut karena ombak yang semakin kencang.

“Ada, tapi tenang saja, ini ombak masi teduh, Fik”.

Jawab Agus dengan wajah ketawa-ketawi melihat ketakutan saya.

“Sial, kurang ajar, ketawa lagi kau, serius saya Gus”.

“Tenang saja, percaya sama pelaut”.

Kurang ajar! saya mengumpat dalam hati, Agus seperti mengerjai saya. Dia makin asyik dengan sebatas rokoknya yang tidak ada henti-hentinya mengepulkan asap.

Di atas atap kapal saya berkenalan dengan Abang Arok, tetangga Agus yang kebetulan hari ini juga akan pulang setelah beberapa hari berada di Bali. Abang Arok tahu sekali saya ketatakutan, dia menenangkan bahwa perjalanan akan baik-baik saja. Saya disuruhnya tidur saja! Saya tidak langsung mengiyakan. Saya belum yakin bakal aman.


Penulis


Keadaan sekitar sudah semakin gelap. Abang Arok tahu sekali mengalihkan rasa takut saya.

“Opik, kalau tidak mau tidur, kita cerita-cerita saja”.

Saya Cuma menjawab dengan anggukan, kata sudah terlalu kelu keluar dari mulut.

Rokok dinyalakan oleh bang Arok, diapun bercerita.

“Kami sebagai pelaut percaya sama tanda-tanda alam. Coba lihat bintang Sebelah barat arah kiri, itu patokan nelayan untuk sampai pelabuhan Banyuwangi, Bintang dua arah timur agak ke kiri, itu pulau kami, pulau yang akan Opik kunjungi”.

Selintas saya teringat mbah Koenjaraningrat seorang Antropolog dan Sosiolog yang mengatakan bahwa masyarakat sekecil apapun tidak dapat hidup tanpa memiliki pengetahuan tentang alam sekelilingnya. Agus dan bang Arok adalah orang yang tumbuh, besar dari tepian pantai dan asupan laut sejak kecil. Sehingga wajar-wajar saja ketika laut sudah seperti halaman rumah tempat mereka bermain.

“Fik, kami ini orang suku Bajo, menganggap laut adalah milik bersama, dengan kata lain semua orang bisa mencari penghidupan”. Lanjut bang Arok

“Makanya kami suku Bajo menjadikan laut sebagai sehe (sahabat), tabar (obat), anudinta`(makanan), lalang (transportasi), petambangan (tempat tinggal), pamunang ala` baka raha` (sumber kebaikan dan keburukan), petambangan umbo ma`dilao (tempat lelulur orang Bajo menguasai laut)”.

“Kami suku Bajo dalam menangkap ikan juga ada mantranya, Fik”. Agus ikut nimbrung

“Bagaimana itu, Gus?” Tanya saya penasaran

“Begini kira-kira yang saya ingat,

“Bismillahrahmani rrahmi, Pamoporoko aku para-para lam onia anus ala, paturuanta ku lamonia anu kurah pagennetaata, idi mboku lillah mboku dinda, Nabi raimung simang alam putara keliling.”

Artinya ;

(Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maafkan saya kalua ada yang salah, benarkan kalua kurang, cukuplah karena kita kuanggap kakek dan nenek, Nabi raimengyang mengelilingi alam).

Ombak bergelut, angin makin kencang menampar wajah, saya kembali meminta pelampung. Bukannya diberikan! Malah saya diberitahu jika suasana tidak terlalu bahaya, dan memakai pelampung, itu pamali bagi seorang pelaut.

Sial, gerutu saya dalam hati. Saya bukan pelaut, tidak bisa berenang. Saya lagi-lagi mengelus dada dan kembali membaca shalawat dalam hati.

Satu batang rokok telah tandas dihabiskan oleh bang Arok, dia kembali melanjutkan ceritanya.

“Opik, tahu Pulau Sapeken itu apa? Tanya bang Arok.

“Sebuah pulau kecil yang masuk wilayah atministrasi Madura, bang”.
“Iya! itu yang biasanya umum orang tahu, tetapi Pulau Sapeken itu Sebuah kecamatan di kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, wilayah ini terletak dibagian paling ujung. Uniknya, Penduduk di kepulauan Sapeken ini Berbahasa Sulawesi (baca; Bahasa Bajau, Bahasa Mandar, dan sebagian kecil berbahasa Bugis), bukan berbahasa Madura”

“Dalam sejarahnya, Orang Sulawesi yang menemukan kepulauan kami, Begitu juga dengan kultur budayanya berbeda dengan Madura, Rata-rata di pulau kami penduduknya adalah Suku Bajau, Suku Mandar, dan Suku Bugis”

“Yang banyak orang herankan—adalah pulau kami ini terletak di sebelah Utara pulau Bali, yang jika ke Kabupaten (Baca; Sumenep) kami sendiri harus menempuh perjalanan 12 jam. Lebih lama dan lebih jauh aksesnya.”

Pekat malam akan hitam menyelimuti pandangan mata. Saya diberi tahu di depan akan melintasi wilayah perbatasan yang ombak akan cukup kencang menghantam. Dalam hati, shalawat makin menderu saya lafalkan.

Ombak benar-benar keras, Agus dan bang Arok hanya ketawa-ketawa saja, saya disuruh berbaring di atas atap kapal agar aman dari terpaan angin, saya manut saja, saya berbaring, meski kapal kayu yang saya tumpangi bergoyang makin kencang. Beruntung saya tidak mabuk laut, hanya kepala sudah pusing, rasanya nyawa saya sudah diujung tanduk.

Karena saya tidak kuat di atas atap kapal, saya meminta turun untuk tidur di dalam kapal (baca;ruang kapten). Sial, ruang kapten ternyata sudah penuh oleh penumpang lain, terpaksa untuk menghindari angin kencang saya membaringkan badan disisi kapal dengan ukuran kira-kira 20cm. Saya sudah tidak peduli baju akan basah karena ombak naik kepermukaan kapal. Saya seperti anak kecil, berbaring dipangkuan Agus, saya minta Agus untuk tidak tidur, karena Agus yang pintar sekali berenang. Bisa dipastikan sebagian nyawa saya digantungkannya.

“Perjalanan sebentar lagi sampai, tinggal 2 jam lagi” bang Arok turun memberi kabar dari atas atap kapal.
Dalam hati saya mengumpat lagi, sial! Dua jam itu bukan sebentar.

“Ombak kencang tinggal di depan saja, habis itu keadaan akan teduh (baca;ombak tenang), Opik baik-baik saja kan?”

“Iya baik Arok” Agus menjawab dengan kepulan asap rokoknya yang hampir tidak pernah padam.

Saya hanya diam saja, seperti ayam yang kehilangan induknya. Bingung! Mau balik meminta putar balik ke Bali sudah ditengah lautan, itu tidak mungkin. Sedang, kepulauan Sapeken belum kelihatan dipelupuk mata.

Saya pasrah! Orang di kapal kayu ini semua santai-santai saja, serasa sudah biasa dan berteman akrab dengan ombak dan laut. Mungkin cuma saya saja, orang yang belum terbiasa dan panik luar biasa berada di laut. Di tambah kemampuan saya yang buruk soal berenang.

Gonjangan ombak mulai reda, saya merasa sudah lunglai, saya pindah berbaring melingkuk di belakang bangku captain kapal.

“Opik ayo keluar, mari kita lihat pulau kecil kami” Agus dan bang Arok membujuk saya untuk naik lagi ke atap kapal. Awalnya saya menolak. Rasa takut belum surut.
“Opik, rugi sekali, kamu ke sini tetapi tidak bisa menikmati” bujuknya kembali

Dengan badan yang sudah melemah, saya paksakan untuk menaiki atap kapal. Saya duduk bersila menghadap ke depan, ditemani Agus dan bang Arok disebelah kanak-kiri. Mereka sebagai penjaga saya.

Kepala yang pusing, sedikit terobati dengan lampu-lampu kepulauan yang menyala-nyala. Kapal-kapal sebelah kiri dan kanan yang berlayar, baru kali ini saya lihat kapal selain kapal yang saya tumpangi. Perasaan senang, bahagia, takut yang berangsur-angsur reda. Karena pelabuhan sudah di depan mata. Kelegaan semakin terbuka, setelah kaki menginjakkan pasir-pasir halus ditepian pulau Sapeken.

Saya bersyukur, perjalanan baik-baik saja. Meski tubuh saya sudah tidak kuasa menahan segala ketakutan sejak awal pelayaran. Kepulauan Sapeken riuh dengan para pegadang yang siap melayani para penumpang kapal, suasana mancing yang bertabur sepanjang tepi.

Tubuh saya menjauhi laut, masuk perkampungan di sebuah pulau dengan rumah yang padat merapat. Jalan gelap, saya mengangkat muka, kembali lagi bersyukur, hidup masih di kandung badan.

Nb; Berkunjung ke pulau-pulau kecil di Indonesia adalah salah satu impian saya, Tuhan Maha Baik! Saya diberi kesempatan untuk berkunjung ke Pulau Sapeken

Sapeken, 2019

Tags: Madura
Previous Post

Di Jambore Pemuda Indonesia 2019, Kodim 1302 Minahasa Gelorakan Semangat Bela Negara

Next Post

Dokter, Dalam Catatan Sejarah

Taufikur Rahman Al Habsyi

Taufikur Rahman Al Habsyi

Biasa dipanggil Koko Opik. Lahir di Bondowoso, 05-06-1998. Anak kedua dari pasangan Arjas dan Irliya, orang tua yang selalu berjuang membahagiakan anak-anaknya.

Next Post
Si Perantau Tanggung: Asal Tabanan, Lahir di Buleleng, Domisili Negaroa

Dokter, Dalam Catatan Sejarah

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co