“The highest result of education is tolerance” – Letkol Inf. Slamet Raharjo
Senin pagi hari, 04 November 2019, suara tepuk tangan terdengar di Gedung Wale Ne Tou Minahasa, Tondano Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Di sana pula, seruan ratusan pemuda dari seluruh pelosok Nusantara menggema dengan penuh semangat. Mereka terlihat anggun dan menawan dalam balutan busana khas daerah masing-masing. Bersama-sama mereka akan mengikuti seminar wawasan kebangsaan dan bela negara serangkaian Jambore Pemuda Indonesia (JPI) 2019 bertajuk “Merajut Kebersamaan” yang diadakan oleh Deputi Pemberdayaan Pemuda Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia dari tanggal 31 Oktober – 5 November 2019 di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara.
Seminar itu salah satunya menghadirkan Letkol Infantri Slamet Raharjo, Komandan Kodim 1302 Minahasa. Menurutnya, seminar wawasan kebangsaan dan bela negara sangat penting diadakan untuk mencegah degradasi moral dan sikap intoleran yang marak tumbuh di masyarakat, utamanya generasi muda. Tentu, seminar tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih luas akan pentingnya wawasan kebangsaan dan bela negara yang dapat menjadi tameng kokoh dalam menghadapi pengaruh negatif dan segala ancaman yang dapat merusak keutuhan dan ketahanan negara.
“Ini merupakan suatu kehormatan bagi saya bisa berbicara di sini karena ini adalah momen yang sanagt bagus untuk kita semua berdiskusi tentang hal wawasan kebangsaan dan bela negara” ujarnya di awal pembicaraan.
Seminar wawasan kebangsaan dan bela negara tersebut disambut hangat oleh para peserta Jambore Pemuda Indonesia 2019. Anisyah Agustin, salah seorang peserta dari Sumatera Selatan, mengatakan kegiatan tersebut sangatlah positif bagi para peserta JPI 2019 yang juga merupkan bagian dari generasi muda Indonesia. Terlebih generasi muda adalah salah satu elemen yang harus senantiasa berkenan untuk menjaga keutuhan NKRI.
“Sebagai bagian dari warga NKRI, kita harus memiliki tekad, sikap, dan tindakan yang tepat sehingga dapat menghapus segala ancaman dari manapun dan kapanpun, baik dari dalam ataupun dari luar negeri. Hal-hal kecil bisa kita lakukan, salah satunya seperti berdiskusi tentang wawasan kebangsaan dan bela negara” tuturnya. Bagi Anisyah, ancaman-ancaman tersebut tentu saja akan membahayakan Indonesia, termasuk kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan bangsa, serta nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Terkait materi yang dibawakan Letkol Infantri Slamet Raharjo, menerutnya salah satu yang paling penting saat berbicara tentang wawasan kebangsaan dan bela negara bukan hanya mengetahui teorinya saja, tapi juga memaknainya, mengaplikasikannya dalam tatan kehidupan, baik keluarga, masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Beliau menekankan hal-hal penting yang dapat menumbuhkan sikap nasionalisme dan bela negara, yaitu apa yang seharusnya dilakukan, apa yang dapat dilakukan, dan apa yang akan dilakukan. Salah satunya adalah memanfaatkan media sosial sebaik mungkin sehingga dapat mencegah hal-hal yang menimbulkan perpecahan.
“Akhir-akhir ini banyak terjadi perpecahan di kalangan masyarakat, terutama intoleransi. Nah, melalui media sosial kita bisa mengenalkan dan menyebarluaskan kepada masyarakat hal-hal postif, dan memberi pemahaman tentang hal-hal negative yang ada, seperti berita-berita hoax yang tidak benar adanya” kata beliau.
Tak hanya itu, media sosial juga dapat dimanfaatkan dalam hal lain, yaitu mendukung program-program yang diadakan pemerintah. Menurutnya, program-program pemerintah tidak perlu terlalu banyak dipuji, tetapi juga harus diimbangi dengan kritikan-kritikan yang bersifat membangun. Kritik menjadi acuan untuk menjadi lebih baik lagi. Berbeda dengan pujian yang berpotensi membuat sesuatu menjadi statis dan tidak mau berkembang.
Satu lagi yang dapat meningkatkan sikap nasionalisme adalah pendidikan. Menurut pemaparan Letkol Infantri Slamet Raharjo, hasil tertinggi dari sebuah pendidikan adalah toleransi, dan toleransi tentu akan sangat berpengaruh bagi ketahanan nasional. “The highest result of education is tolerance” begitu kata beliau dalam bahasa Inggris.
“Dengan hal itu, saya yakin negara kita akan semakin kuat, terdidik, dan maju, dan kalau sudah kuat, nilai tawar terhadap negara lain juga akan semakin kuat.” Ujarnya. Pemaparan beliau tentang pendidikan menjadi materi terakhir yang disampaikan dalam seminar wawasan kebangsaan dan bela negara tersebut. Sama seperti seminar pada umumnya, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab bersama peserta seminar, dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan kepada pembicara.
JPI adalah salah satu program yang sangat bermanfaat nantinya bagi siapapun yang mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang ada, salah satunya seperti kegiatan seminar tersebut. JPI menggelorakan semangat anak-anak muda Indonesia untuk meningkatkan partisipasi dan peran aktif pemuda di berbagai bidang pembangunan dalam rangka menuju pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan iptek yang terus meningkat. Di samping itu, lewat program JPI, para peserta juga dapat dapat mempererat persahabatan, persaudaraan dan kerjasama serta saling pengertian. Selain itu, para peserta juga dapat membentuk jaring kerja nasional pemuda, memperkuat, dan meningkatkan jiwa dan semangat NKRI sebagai kader bangsa.
Pemuda Maju
Olahraga Jaya
Siapa Kita? Indonesia
NKRI Harga Mati
JPI 2019 Torang Samua Basudara