Saat ini seni burdah sudah merupakan hal yang langka dan sangat jarang sekali dipertunjukkan di acara-acara tradisi di guyup bugis melayu yang ada di Kabupaten Jembrana. Dari beberapa jenis seni Burdah yang dahulu sempat semarak di Jembrana yaitu Burdah Grubuk dari Desa Air Kuning, Burdah Angguk dari Desa Pengambengan dan Burdah Mesair- Mekayat, dan hanya burdah mesair-mekayat yang saat ini masih tetap dipertahankan dan dilestarikan di Kelurahan Loloan Barat.
Kelurahan Loloan Barat tetap bertahan perkumpulan burdah yang sebagian besar anggotanya sudah berusia diatas umur 50 tahunan. Bahkan para anggotanya terlihat aktif melatih generasi muda dalam bermain seni burdah.
“Bang Yik Man”, yang bernama lengkap H. Sayyid Usman Al Qadri yang juga merupakan generasi keenam keturunan dari Syarif Tua tokoh pendiri Loloan, dengan telaten memimpin perkumpulan Burdah Loloan yang bernama Perkumpulan Burdah Mujahidin Loloan Barat.
Mengapa Burdah Loloan ini sangat unik, karena tetap eksis dan bahkan mengkader beberapa generasi muda untuk ikut berlatih seni gendang burdah dan rebana di kelurahan Loloan Barat. Serta ditengah perkembangan irama kesenian yang ada saat ini, para generasi muda tampaknya terpanggil untuk ikut berlatih dalam rangka melestarikan kesenian burdah mesair-mekayat khas Loloan Barat ini.
Disini penulis mencoba mengupas Seni Burdah Loloan yang khas dan unik karena mempunyai makna yang cukup bernilai filosofi dan historis. Dan juga untuk menambah wawasan tentang kesenian burdah yang sangat jarang sekali didengar maupun diminati para generasi muda.
Mengapa Burdah Loloan dikatakan khas dan saat ini sudah langka, karena memiliki makna mesair mekayat, sebuah seni pembacaan syair – syair yang dapat menambah nilai-nilai filosofi keimanan seseorang yang mendengarkan, dan makna mekayat merupakan seni pembacaan hikayat para pendahulu di masa keemasan, dengan tujuan agar calon jabang bayi yang akan dilahirkan mempunyai sifat-sifat para pahlawan pendahulu, sifat sholeh serta arif bijaksana, bila bayinya laki-laki dan jika bayi perempuan agar menjadi sholeha dan beriman kelak saat tumbuh dewasa.
Dahulu ketika masyarakat Bugis Melayu Loloan hatinya sedang dilanda sertadiliputi perasaan resah gelisah dan khawatir akan nasib anak keturunannya pada saat itu, maka para sesepuh memainkan Burdah mesair-mekayat, sehingga bagi yang mendengarkan hantinya menjadi tentram dan damai.
Pada awal masuknya kedatangan orang Bugis- Makassar dan Melayu di Bali Barat, beberapa situasi serta kondisi yang dihadapi saat itu, dimana di satu sisi melawan penjajah, disisi lain juga sebagai pasukan inti kerajaan Jembrana yang mengharuskan berada di posisi terdepan dalam membela kerajaan Jembrana dari serangan kerajaan dari luar di masa-masa kerajaan. Para Prajurit Bugis Makassar Melayu Loloan, sebelum terjun ke pertempuran, malam harinya memainkan burdah mesair dan mekayat untuk menambah semangat serta memberikan kekuatan dalam menghadapi peperangan tersebut.
Perkembangan selanjutnya seni burdah mesair mekayat dirangkai dengan dalam bentuk ekspresi pembacaan Qasidah dengan syair-syair burdah yang terdapat dalam kitab Al Barzanji yang diiringi dengan menabuh rebana ukuran besar (jenis alat musik berbentuk lingkaran kulit yang berdiameter 50 cm dengan pelapis sisi dari bahan kayu. Seni burdah dimainkan dengan 10 orang sampai 12 orang, dengan membaca kitab Al Barzanji secara bergiliran.
Kata BURDAH sendiri merupakan kata serapan dalam bahasa arab, yang berarti Selimut adalah Sholawat dan Syair yang memuji keagungan serta kemuliaan akhlaq Nabi Muhammad SAW sebagai sang ROSUL AKHIIRUZ ZAMAN.
Sebenarnya arti kata Burdah itu sendiri yang berarti selimut berasal dari serapan kosakata Bardan dalam bahasa arab yang berarti Dingin, karena dingin maka haruslah berselimut. Seni Burdah merupakan suatu Qasidah yang berisi syair tentang pujian/ sholawat kepada Nabi Muhammad S.A.W. syair – syair burdah diciptakan oleh Imam al Busiri dari Mesir. Burdah Loloan dimasa lampau merupakan tradisi budaya yang dilaksanakan dengan memakai tetabuhan rebana sambil mesair mekayat yang dimainkan oleh para datuk-datuk sesepuh Loloan.
Para sesepuh dan datuk datuk di Loloan membaca syair burdah dan menabuh rebana yang bertujuan memohon dan mengharapkan agar senantiasa ALLAH SWT menyelimuti dengan rahmat dan pertolongan – Nya, serta mengharapkan agar SANG NABI MUHAMMAD SAW menyelimuti dengan syafaat pertolongannya.
Menabuh rebana pada awalnya adalah bukan untuk menghibur diri, melainkan ada hikmah tersendiri dibalik hentakan irama tetabuhan rebana, dapat menggugah semangat pendengar dan penonton dari pembacaan syair syair yang menceritakan riwayat para pahlawan yang syuhada gugur membela panji-panji agama. Sehingga dengan ditabuhnya rebana dapat lah membangkitkan keberanian jiwa laskar pejuang pemegang tongkat keberlangsungan syari’at NABI MUHAMMAD SAW.
Tradisi yang tetap melestarikan seni burdah pada saat ngelenggang yaitu suatu prosesi selamatan kandungan yang telah berusia tujuh bulan. Pelaksanaan prosesi ngelenggan ini dilaksanakan dengan posisi menidurkan sang ibu yang sedang hamil diatas geladak lantai rumah panggung (tidak boleh ditempat tidur/kasur), hanya beralaskan selembar kain, seluruh tubuh dilulurkan boreh pada malam hari bersama dengan suaminya.
Pada keesokan sepasang suami istri dimandikan dengan air kembang tujuh rupa oleh sanak keluarganya. Keseluruhan prosesi ini diiringi oleh tabuha rebana dibacakan burdah dengan syair syair antara lain Parsi, Pa’antah, Rabbuna, Sultan Pahang (pa’ang), Sultan Ma’alaf, Cik Pekih, Angin-angin, Sri Goyang, Tarikh Banyuwangi, Cokkean, Masruh Mambang. Syair syair yang dibacakan pada saat ngelenggang selain Al Burdah (Burdah Barzanji) juga syair Parsi.
Syair Burdah dengan irama tetabuhan rebana adalah cikal bakal media kesenian budaya yang bernafaskan Islam diwilayah Jembrana, hingga saat ini yang masih terus mencoba bertahan dari arus zaman. Saat ini eksis dan berkembang di kelurahan Loloan Barat. Semarak dari kegiatan Burdah dapat terjadipada situasi dan kepentingan yang berbeda beda dari pihak yang mengundang perkumpulan burdah ini.
Tradisi dan seni Burdah Loloan telah menjadi cikal bakal seni dan budaya yang mampu menambah khazanah kebudayaan yang ada di Jembrana.[T]