15 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Ayo Beranak Empat

Putu Arya Nugraha by Putu Arya Nugraha
July 2, 2019
in Esai
204
SHARES

Selain diramaikan oleh kontroversi sistem zonasi pendidikan, satu hal lagi yang hangat menjadi bahan diskusi di ruang publik belakangan ini adalah wacana punya anak empat untuk orang Bali. Tentu sebetulnya jauh akan lebih ramai dan lebih seru kalau wacananya adalah punya istri empat.

Sepertinya belum ada yang berani atau sebetulnya berani namun malu-malu untuk mengajukan wacana ini. Seperti kita ketahui bersama, anjuran agar orang Bali punya empat anak datang dari gubernur Bali I Wayan Koster yang dituangkan dalam Instruksi Gubernur (Ingub) Bali No 1545 Tahun 2019 tentang Sosialisasi Program Keluarga Berencana (KB) Krama Bali.

Beberapa alasannya adalah, berkat keberhasilan program KB yang dicanangkan pemerintah, pertumbuhan penduduk di Bali relatif konstan. Yang kedua dan mungkin sebetulnya ini yang lebih krusial dan emosional adalah, semakin sulit ditemukannya Nyoman/Komang dan Ketut yang merupakan nama tradisional Bali untuk anak ketiga dan keempat.

Hal ini disebabkan oleh karena program KB pemerintah nasional sebelumnya menganjurkan “dua anak cukup, laki perempuan sama saja’ sehingga nama-nama orang Bali saat ini yang tersisa lebih banyak adalah Wayan/Putu/Gede untuk anak pertama dan Made/Kadek/Nengah untuk anak kedua.

Respon masyarakat masih terbelah dengan anjuran gubernur ini. Sebagai sebuah kontroversi, ia menjadi diskusi menarik di ruang publik. Ini mirip dengan manuver gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menganjurkan semua ASN di lingkungan pemerintah propinsi DKI Jakarta untuk mengenakan kaos klub sepak bola Persija saat klub berjuluk Macan Kemayoran itu bertanding.

Mirip, karena keduanya menyentuh sisi fanatisme kelompok dalam gagasannya. Menggunakan isu identitas atau keyakinan satu kelompok masih menjadi pola yang murah dan efektif untuk memperoleh nilai dan dukungan politis terutama dalam budaya paternalistik bangsa-bangsa timur. Ia seringkali mengabaikan kedalaman esensi kualitas dari program-program yang ditawarkan. Dan di sisi lain itu sudah pasti menjauhkannya dari prinsip-prinsip unviersal.            

Program peningkatkan angka kelahiran sebetulnya juga sedang gencar dilakukan saat ini di berbagai negara yang mengalami krisis kependudukan. Di antaranya Jepang, Singapura, Rusia atau Jerman. Jerman Timur saat ini, jumlah penduduknya bahkan kembali seperti keadaan di tahun 1905. Seorang pendeta di sana berseloroh, ia perlu memimpin sampai lima kali misa pemakamam sebelum membaptis seorang anak. Angka kelahiran yang rendah seakan-akan telah membuat angka kematian menjadi tinggi.


BACA KOLOM DOKTER ARYA YANG LAIN

KLIK DI SINI


Lalu lihatlah Singapura, negara tetangga dekat kita. Negara ini memiliki penduduk sekitar lima juta jiwa dan merupakan salah satu negara dengan tingkat kelahiran paling rendah. Hal ini mendorong pemerintah setempat untuk memberikan hadiah dan keuntungan bagi setiap bayi yang lahir serta orangtuanya. Untuk program skema bonus bayi ini, pemerintah Singapura menghabiskan anggaran sekitar US$ 13 miliar per tahun untuk meyakinkan warganya yang sibuk bekerja agar memiliki anak.

Mereka juga menawarkan setiap orangtua dana sebesar US$ 15 ribu untuk anak, insentif pajak, dan perpanjangan cuti hamil. Pemerintah akan memberikan bonus kepada semua anak di dalam keluarga tersebut. Bahkan, bila keluarga itu memiliki empat anak, pemerintah bakal memberikan bonus kepada keempatnya. Pemerintah menganggap berharga semua anak yang terlahir di Singapura. Setiap bayi yang baru lahir di Singapura akan langsung memiliki akun Medisave. Secara otomatis, bayi-bayi itu akan memiliki asuransi jiwa MediShield Life tipe premium yang bakal ditanggung pemerintah sampai sang anak berumur 21 tahun.

Nah, mungkin sudah cukup jelas bagi kita, Singapura berani menantang warganya untuk punya anak lebih banyak karena berbagai jaminan untuk anak yang dilahirkan plus orang tuanya sudah teradministrasi dengan baku, walau wilayah mereka relatif sempit dibandingkan Indonesia yang begitu luas. Maka belajar dari penerapan sistem zonasi pendidikan, seharusnya semua sekolah wajib dibikin baik dan berkualitas terlebih dahulu, tanpa diminta nanti zonasipun akan berjalan sendiri. Begitu pula, jaminan untuk anak-anak yang akan dilahirkan dilembagakan terlebih dahulu maka tanpa ragu-ragu orang Bali akan berlomba-lomba menghadirkan Nyoman dan Ketut. 

Saya punya banyak pengalaman di bidang kesehatan dan sosial kemanusiaan. Sering bertemu dan melayani anak-anak dari keluarga miskin atau mengunjungi anak-anak yang tinggal di panti asuhan, melihat saat ini bukanlah situasi yang realistis untuk program banyak anak. Anak-anak adalah titipan Tuhan, segalanya harus dimuliakan demi titipanNya itu. Fokus pada kualitas jauh lebih mendesak dan strategis ketimbang kuantitas. Begitulah yang dapat kita petik dari epos  Mahabrata, seratus Kurawa yang curang telah dihancurkan oleh lima pangeran Pandawa yang gemilang. [T]

BACA JUGA:

  • Mari Bijak Merespons Instruksi KB Krama Bali
  • KB Bali – 1 Anak Berkualitas atawa 4 Anak Tak Karuan
Tags: baliKB BaliKeluargapenduduk
Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Ilustrasi diolah dari sumber gambar di Google
Opini

Dilema Seorang Guru Ketika Prosesi Kenaikan Kelas

Juni adalah bulan yang sangat sakral bagi para peserta didik dan tenaga pendidik. Ritual pembagian rapot sebagai hasil akhir dari sebuah ...

June 18, 2019
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Chandra | Cerpen AA Ngurah Anggara Surya

Seorang bayi yang baru lahir menangis, seorang anak dengan mata dan kulit berwarna coklat. Dia menangis dengan keras untuk menandakan ...

March 13, 2021
Foto ilustrasi: Obrog Indramayu. (Youtube)
Esai

Tak Ada Baridin-Ratminah di Jalan Kota – [Catatan dari Cirebon]

/1/ Kau masuki relungku Kau daki gigir bukit di punggungku Seperti memikul isi bumi dan isi langit Kau buat kasih ...

August 7, 2019
Petani menggarap sawah di antara bangunan di Desa Kediri, Kecamatan Kediri Tabanan. #Foto; koleksi penulis
Opini

Sawah di Tabanan Hilang 200 Ha per Tahun – Bali dalam Involusi Pertanian

ANTROPOLOG kebangsaan Amerika Serikat, Clifford Geertz dalam bukunya Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia mengupas tentang proses pertanian di Pulau ...

February 2, 2018
Ptu Resik, putri maestro tari dan tabuh Gde Manik, saat dikunjungi pejabat Dinas Sosial Buleleng. /Foto: Kardian
Esai

Putri Maestro Gde Manik Miskin – Apakah Tari Teruna Jaya Tak Menghasilkan Royalti?

  SIAPA yang tak tahu nama besar Gde Manik? Ia maestro tari dan karawitan asal Desa Jagaraga, Buleleng. Sudah lama ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Anak-anak di Banjar Ole, Marga, Tabanan, mengikuti workshop yang digelar CushCush Galerry
Acara

Burung Menabrak Pesawat, Lele Dipatuk Ayam | Charcoal For Children 2021: Tell Me Tales

by tatkala
April 13, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Gejala Bisa Sama, Nasib Bisa Beda

by Putu Arya Nugraha
April 13, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (68) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1456) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (343)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In