26 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Semua Sekolah Favorit, Zonasi-pun Alami

Putu Arya Nugraha by Putu Arya Nugraha
June 27, 2019
in Esai
94
SHARES

“Sering aku hitung tahun-tahun yang harus aku jalani sebelum memperoleh kemerdekaan, bagiku seakan-akan sekolah adalah sebuah penjara…” Demikian kerisauan hati Rabrindanath Tagore, tahun 1924, peraih Nobel di bidang sastra pertama dari Asia ini.

Seorang sastrawan memiliki kelebihan berupa kepekaan yang tajam akan masa depan, ia boleh disebut sebagai seorang visioner. Coba cermati, bagaimana epos Mahabrata mampu meramalkan bagaimana pergulatan hidup manusia hingga di zaman modern ini.

Mungkin saja karena pikiran-pikiran mereka senantiasa mengalir pada nilai-nilai esensi kehidupan itu sendiri. Membuatnya mampu melihat atau nalurinya kuasa menembus jauh ke masa depan, lakon drama kehidupan umat manusia.

Hari-hari belakangan ini, kita semua merasakan telah terpenjara bahkan sebelum hari sekolah anak-anak kita dimulai. Penjara lain yang dibangun dari sebuah kekeliruan. Sebuah kekeliruan yang telah berlarut-larut sedemikian lama. Kekeliruan itu adalah, eksistensi sekolah favorit. Istilah yang beraroma eksklusif dan diskriminatif.

Kita semua dengan sadar dan seakan-akan didukung oleh pemerintah untuk menentukan “umat pilihan”. Alih-alih merangkul mereka semua, sebagai anak bangsa generasi penerus di negeri tropis yang kaya raya ini. Sekolah favorit adalah sebuah entitas yang telah mendorong anak sekolah untuk menjadi pemenang bukan kawan.

Pemenang selalu meminta pecundang dan seorang pecundang selalu punya caranya sendiri untuk menjadi pemenang. Lalu akan selalu ada pecundang dan pecundang yang lain. Walau sejatinya kita dapat membuat mereka semua menjadi pemenang dengan menjadikan semuanya kawan bukan petarung.

Mencari seorang juara bukanlah hal sulit. Yang sulit adalah, membesarkan hati ribuan pecundang. Dan memang begitulah sejatinya, tugas sekolah bukanlah menobatkan seorang pemenang namun menyalakan jiwa-jiwa yang masih tertimpa keremangan dalam gulita.

Maka kegemilangan sebuah bangsa bukanlah karena pemimpinnya yang cemerlang namun seutuhnya dari rakyatnya yang cerdik pandai. Sekolah adalah rumah rakyat, semuanya adalah kawan dan akan menjadi pemenang. Lalu semuanya siap menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri untuk sebuah bangsa yang gemilang.

Namun, sampai kapan saja mungkin ini akan tetap menjadi sebuah mimpi. Ada pengalaman nyata yang perlu saya ceritakan. Sekitar tahun 2000 hingga 2005, saat bertugas sebagai dokter di pedalaman Kalimantan, saya pun merangkap menjadi seorang guru SMP.


BACA KOLOM DOKTER ARYA YANG LAIN

KLIK DI SINI


Di sebuah SMP negeri, satu-satunya di kecamatan itu, hanya ada sekitar lima orang guru, minus guru mata pelajaran matematika, bahasa Inggris, fisika dan biologi. Kebetulan saya suka mengajar, lalu saya mengambil mata pelajaran matematika dan bahasa Inggris dari kelas satu sampai kelas tiga. Jadilah saya dokter dan sekaligus seorang guru di pedalaman. Sungguh, saya ingin membuat mereka semua menjadi pemenang.

Maka sekalipun kami tak pernah memilih juara di antara mereka. Lalu datanglah soal-soal ujian akhir yang sama untuk semua sekolah sekabupaten. Soal-soal yang sama untuk sekolah-sekolah yang berbeda fasilitas dan kualitas pengajarnya. Lalu, kembalilah mereka menjadi sekumpulan pecundang.

Kisruh penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran ini adalah bom waktu yang telah meledak. Maka sudah selayaknya kita memadamkan api ledakan yang telah melalap ke sana ke mari dengan liar itu. Juga tak usah lagi kemudian menimbun bahan eksplosif yang siap meledak menunggu waktu suatu saat nanti.

Yang perlu ditata dengan TSM (terstruktur, sistematik dan masif) adalah upaya-upaya progresif dan substansial untuk menjadikan semua sekolah menjadi favorit. Tak ada sekolah yang tak favorit. Cuma penjara-lah yang tak favorit. Pemerintah harus tegas menerapkan konsep ini tanpa dinodai oleh kepentingan politik apapun dan kita sebagai masyarakat sepatutnya mendukung denga penuh kesadaran demi pendidikan bangsa yang lebih bermartabat.

Sebetulnya tulisan ini sudah selesai, namun saya tak mampu menahan diri untuk tak menceritakan ini. Pagi masih buram saat anak-anak saya yang masih SD sudah harus bersiap untuk berangkat ke sekolah dengan tas ransel berat yang telah membungkukkan tubuh mereka.

Lewat tengah hari yang lelah mereka baru pulang dengan tak sedikit PR terbawa di dalam tas ransel mereka. Di tahun delapan puluhan, pada jam yang sama saya masih ingat, kami anak-anak sekolah desa, berhamburan berlarian bersama di sawah yang berlumpur tiada ingat sedikitpun pelajaran sekolah.

Mungkin pada jam yang sama di tahun 1924, Tagore risau tentang sekolah yang telah memenjarakan anak-anak kita. [T]

Tags: Pendidikansekolahzonasizonasi PPDB
Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Karya Seni digital yang dibuat oleh I Gusti Putu Adi Supardhi dengan judul As Seen On Tv yang sempat dipamerkan di Bentara Budaya Bali dari tanggal 22 Oktober sampai 10 November 2019
Esai

Dunia Alam yang Hanya Terlihat di Layar Kaca

Rusaknya hutan yang merupakan habitat alami bagi burung dan satwa liar merupakan hal yang buruk bagi ekosistem. Kelangkaan satwa liar ...

March 5, 2020
Ilustrasi: Dek Omo
Opini

Buta Paling Buruk adalah Buta Politik

Buta paling buruk adalah buta politik. Dia yang buta politik adalah dia yang tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi ...

February 2, 2018
Foto: Lambang kesuburan, salah salah benda koleksi Museum Bali
Opini

Titik Tengah Tempat Keramat – Renungan Kecil Tentang Kesuburan

  SIMBOL kesuburan itu organ vital lelaki. Ia bisa digambarkan dengan sedemikian indah, dalam karya rupa semisal lukisan dan patung. ...

February 2, 2018
Ilustrasi diolah dari gambar cover novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari terbitan Gramedia Pustaka Utama
Opini

Membangun Gerakan Anti Korupsi Lewat Sastra

  ZEN HAE, seorang kritikus sastra dalam sebuah esainya pernah menulis seperti ini: “Di tengah masyarakat yang gampang lupa, kita ...

February 2, 2018
Foto: Putik
Opini

Buang Bukumu Ambil “Gadget”-mu

JIKA di atas meja belajar anda terdapat dua buah benda yaitu gadget dan buku, manakah yang akan anda pilih? Saya ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Sayang Kukiss/Diah Cintya
Esai

7 Jurus Memperbaiki Diri untuk Melangkah pada Rencana Panjang | tatkalamuda

by Sayang Kukiss
January 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1360) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In