Di Canasta Creative Space ada agenda terbaru, akan intens dilakukan tiap sebulan sekali, nama agendanya sederhana saja “Nonton Monolog”. Pada malam Sabtu, 25 Mei 2019, adalah kali pertama. Agenda perdana ini kita kedatangan bintang tamu aktor yang bermonolog, salah satu mahasiswa pendidikan Bahasa Inggris di UNDIKSHA-Singaraja. Namanya Putu Cleo Chintya Rossa Devi, atau akrabnya saya sering memanggilnya Cleo.
Dia juga sering menjadi aktor pementasan di Singaraja kalau saya lihat, karena kebetulan saya juga dari Singaraja. Dia aktif berkegiatan di Teater Kampus Seribu Jendela, aktif juga di Komunitas Mahima, dan Teater Kalangan. Pada monolog kali ini Cleo membawakan naskah berjudul Teror, karya Putu Wijaya.
Pada pementasan kali ini dia memilih satu ruang kecil di Canasta yang hampir mirip dengan kamar, kemudian diubah menjadi seperti suasana di kelas. Dengan satu meja dan kursi di depan, lalu ada beberapa kursi untuk penonton. Penonton di ubah menjadi suasana kelas, yang tentunya kalau kita ketahui kehidupan dikelas ada guru dan murid. Dia menjadi guru, dan juga menjadi salah satu murid yang sama seperti penonton. Dalam artian tertentu dia menjadi dua karakter pada pementasan ini.
Kemudian saat pementasan berlangsung, dia menjadi seorang guru yang cantik. Menggunakan baju batik berwarna merah muda, lalu dengan rok hitam dengan sepatu fantopel. Mula-mula dia mengucapkan selamat siang kepada penonton yang diubah fungsikan olehnya menjadi murid. Lalu setelah mengucap salam, dia mulai mempertanyakan masalah yang terjadi pada suatu sekolah. Bahwa ada sebuah surat yang didapatnya, dan surat itu diwadahi oleh sebuah botol. Surat itu berisikan bahwa ada yang menyuarakan sesuatu untuk kemajuan sekolah, hanya saja pengirimnya tidak di ketahui.
Kemudian sang guru itu mempertanyakan itu kepada kami (penonton. Hingga tetap tidak ada yang jujur, akhirnya guru itu keluar kelas untuk memberikan waktu sekiranya kepada penonton untuk berpikir ulang. Tidak lama kemudian Cleo kembali masuk, kali ini dia berbeda. Yang awalnya dia memakai baju batik berwarna merah muda, kali ini dia memakai baju kemeja putih dan rok hitam. Kali ini dia menjadi ketua kelas kami sebagai penonton yang diubah menjadi murid dan teman sekelasnya, lalu dia membicarakan permasalahan yang sama seperti kepala sekolah.
Dia mempertanyakan, siapa sebenarnya di antara kita yang mengirimkan surat itu. Padahal isinya bagus, untuk kemajuan pendidikan kita. Tapi tidak ada yang mengakui, akhirnya karena tidak ada yang mengaku Cleo berkorban. Lalu ketua kelas itu keluar kelas, sepertinya dia menghadap ke kepala sekolah. Selang beberapa menit, guru di awal tadi kembali memasuki kelas. Dan berterima kasih karena akhirnya masalah itu selesai, karena sudah ada yang mengakui. Walau kami sebagai teman sekelasnya, sepertinya mengetahui bahwa bukan ketua kelas yang membuatnya. Lalu siapa? Maka pementasan itu usai oleh sebuah pertanyaan seperti itu.
Lalu setelah selesai pementasan tersebut, kurang lebih 25 menit. Ada sesi diskusi atau persentasi aktor. Sekiranya untuk mengulas dan membedah kerja aktor pada pementasan kali ini, untuk mengetahui bagaimana dan ketegangan apa yang terjadi pada aktor dan sutradara. Untuk membuat pementasan, serta interpretasi dan pemilihan ruang.
Tapi pada proses diskusinya justru tidak berpatok atau bertujuan untuk membedah tentang naskah dan alur ceritanya. Tapi pada permasalahan dan kinerja proses serta kerja aktor saat proses. Di mana letak eksistensi aktor, karena seperti yang kita ketahui pada teater tentunya bahwa suatu wadah pementasan ada kerja-kerja yang lain. Seperti misalnya ada lapisan sutradara, aktor, penata artistik, penata lampu dan lainnya.
Diskusi kali ini pendekatanya pada kerja aktor, bahwasannya pada suatu pementasan tidak terpaku pada sutradara saja. Karena sering kali terjebak pada pikiran bahwa sutradara berada pada menara tertinggi suatu pementasan, tapi kalau kita pikirkan kembali dan melihat jejaknya kembali. Ternyata aktor juga punya peranan sangat penting sama seperti yang lainya.
Karena dalam pencapaian suatu pementasan kerja aktor pun punya pernan penting jika dibagi beberapa lapisan. Misalnya selain pada bacaan buku teater yang sudah ada, ternyata pengalaman aktor dan latar belakangnya sangat mempengaruhi itu.
Saya menjadikan intropeksi diri dalam diskusi kali ini, bagaimana dan proses apa yang sudah terjadi pada diri saya sendiri. Tentang masalah teks naskah, pergerakan tubuh, serta pembacaan ruang. Bahwasanya juga eksistensi aktor itu berada pada posisi yang tidak terpikirkan, atau blur pada teater hari ini khususnya di Bali. Seberapa banyak ada acara yang khusus membahas aktor dan kemungkinanya, selain hanya workshop. Itupun hanya berpacu pada beberapa pertemuan saja, lalu apa yang harus dilakukan sebagai seorang aktor?
Maka pada ruang ini kebebasan berbicara khususnya aktor lebih dicondongkan untuk berbagi pengalaman bahwasanya yang harus diingatkan adalah aktor sangat punya peranan sangat penting saat proses sebuah penciptaan. Misalnya pada jejak latar belakang Cleo sebagai aktor, dengan refrensi yang dia ketahui dan baca.
Dia juga mempunyai sebuah pengalaman bertemu banyak sutradara yang berbeda, dia menyadari betul bahwa ada tiap perbedaan yang ada pada tiap diri sutradara.Baik secara penyoalan tubuh, serta dialog yang menjadi kepentingan penting saat pentas.
Kalau saya rumuskan, yang saya dapatkan adalah suatu kesadaran aktor yang punya kesadaran pentingnya sebuah kerja aktor yang mengaktifkan sebuah sikap untuk mencipta serta melakukan tawar-menawar untuk sebuah proses. Akhirnya yang mengharuskan aktor itu sendiri memiliki kesadaran untuk mendengarkan dan berdialog dengan sutradara, sekiranya juga untuk menemukan jalan tengah.
Karena tentunya pula tiap proses selalu ada tiap bentrokan antar individu yang bertemu, kemudian selalu ada pementalan yang rasanya tidak pas dan tidak cocok. Akhirnya yang lahir pada antar dialog sutradara dan aktor adalah jalan tengah hasil tawar-menawar, yang awalnya memang punya interpretasi sendiri soal naskah terentu.
Ada pula misalnya beberapa teori yang sekiranya menjadi pondasi aktor tertentu yang tidak mudah begitu saja diamini tanpa adanya cara menyikapi atau bersentuhan langsung dengan teori tertentu.Secara tidak langsungpun intensitas latihan seorang aktor itu juga perlu untuk sekiranya mengembangkan imajinatif aktor saat mencipta. Lalu kemudian selalu melakukan tawar-menawar dan dialog oleh sutradara. Karena pada prosesnya kali ini Cleo banyak berdialog dan melakukan penawaran yang dia miliki dengan melakukan sharing dengan Bli Curek dan Kak Suma yang kebetulan menjadi pembimbingnya. Mereka tidak mau di sebut sutradara karena suatu kebutuhan untuk memurnikan persentasi aktor itu sendiri.
“Bahwasanya pada saat ini aktor menjadi lapisan yang sangat jarang diperhatikan. Dan mengapapa dikatakan teater karena ada ruang panggung dan penonton, saat pementasan berlangsung sutradara sudah tidak mempunyai peranan penting saat pentas berlangsung. Dan teater itu menjadi kolektif karena ada bagian dan lapisanya, termasuk juga aktor. Sekiranya perlu sesekali merekam kembali jejak keaktoran.”Kata Sumahardika selaku moderator.
Hal seperti ini menjadi menarik bagi saya dan teman yang masih muda, tentunya yang masih aktif dalam dunia keaktoran.Karena sangat berpotensi untuk membaca kembali jejak aktor. Serta menimbulkankembali kesadaran kecil tiap pegiat aktor muda, untuk lebih banyak lagi melakukan proses dan bertemu refrensi lain soal aktor. Baik dengan cara membaca buku atau bermain dan mencoba hal baru oleh sutradara tertentu, mungkin saja nantinya kita sebagai aktor yang masih muda mendapat hal baru. Dan bisa menjadikan tabungan aktor dan rekam jejak keaktoran kita tiap peorangan, untuk sekiranya lebih baik dalam menyikapi suatu pementasan.
Ini pun menjadi PR kita bersama khususnya dunia keaktoran di Bali, agar nantinya ke depan lebih muda di petakan melalui agenda yang akan dirutinkan setiap bulan nantinya. Sekiranya segitu dulu untuk ulasan dari segi keaktoran pada pentas monolog kali ini, bulan depan akan ada lagi acara “Nonton Monolog”.
Pantengin terus Canasta Creative Space. Atau sekiranya ada teman-teman yang ingin berbagi tentang jejak keaktoranya, bisa lah teman-teman berbagi di Canasta. Ruang ini juga sangat berpotensi untuk mengembangkan hal itu, khususnya kita sebagai anak muda yang akan dan pasti bertemu masa yang akan datang di depanya. Salam. [T]