10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Generasi Petani 4.0 – Laku Tani Berbasis Aplikasi, Tinggal Unduh di Play Store

Wayan JunaedybyWayan Junaedy
April 10, 2019
inKhas
Generasi Petani 4.0 – Laku Tani Berbasis Aplikasi, Tinggal Unduh di Play Store

Petani muda di tengah sawah

84
SHARES

Bertani adalah pekerjaan mulia. Begitulah kata bijak yang sering saya dengar. Petani mencetak sawah, memproduksi beras, makanan pokok umat manusia. Pernah ada analisa, bahwa di masa datang profesi petani akan tergerus kehilangan peminat, karena anak-anak muda lebih suka bekerja di sektor lain.

Barangkali analisa itu sedikit meleset. Di kampung saya, di wilayah Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali, sekarang ini bertani tidak selalu didominasi kaum tua. Banyak laki-laki produktif, usia sekitar 30 tahun ke atas, yang turun mencangkul sawah masing-masing. Ada Nyoman Sudibia, Wayan Partana, Pak Leo, Pak Santi, Pak Wisnu, Pak Very, Made Suparta dan masih banyak lagi.

Itu sosok-sosok petani masa depan. Pewaris teknologi pertanian 4.0. Walaupun bertani masih sebagai pekerjaan sampingan. Sepulang dari kerja, mereka memanfaatkan beberapa jam mengolah sawah. Ada yang menanam padi, sayur hijau, bayam, kacang panjang, bunga gumitir, ketimun dan sebagainya.

Virus bertani itu juga menulari saya. Ketika mereka beramai-ramai terjun ke sawah, saya jadi gelisah.  Semua orang bertani, kenapa saya tak ikut, begitu pikir saya. Kebetulan ayah saya menanam kelapa hibrida dan jambu biji kristal di areal persawahan  kami yang sekitar 20 are, setelah selesai bercocok-tanam pepaya.  

Karena masih banyak lahan kosong, saya ikut menanam bibit jeruk lemon lokal. Memelihara pohon lemon, rasanya tidak perlu menyita waktu banyak. Rasanya lebih mudah daripada merawat tanaman sayur-sayuran dan padi. Jadilah kami bercocok-tanam secara tumpang sari. Pohon kelapa hibrida, jambu biji kristal, lemon. Mereka berbaris rapi seperti pasukan yang sedang berlatih.

Awalnya saya masih merasa canggung ketika pertama kali memakai sepatu boot. Saat  ke sawah, saya harus jalan memutar agar terhindar dilihat orang banyak. Bukannya gengsi, tapi saya agak malu karena tiba-tiba terjun bertani. Ada rasa canggung. Tapi lama-lama saya jadi terbiasa.

Saban sore, sepulang dari kantor, kalau tidak hujan, kalau pas tidak ada jadwal bersepeda, saya menyempatkan diri melihat kebun. Melakukan pemupukan, nyemprot hama dengan insektisida nabati, menyiangi agar bibit-bibit lemon itu bersih dari gulma dan rumput-rumput bandel yang merebut makanan.

Ada rasa damai di sawah. Bertani sungguh menenangkan hati. Ketika melihat pohon-pohon lemon itu mulai kekar. Batang-batang mereka semakin gemuk dan cabang-cabang tumbuh di sana-sini. Daun-daun hijau menyala. Beberapa pohon sudah mulai belajar berbunga dan berbuah. Saya tambah semangat. Lima hari sekali saya semprot dengan insektisida nabati, dari tembakau yang direndam dalam air selama 3 hari, untuk mengusir hama. Saya berusaha memakai bahan-bahan organik ramah lingkungan.

Semua ilmu saya dapatkan dari internet dan juga sharing dengan teman seperti Nyoman Sudibia, yang banyak pengalaman dan pengetahuan. Nyoman Sudibia adalah sosok petani muda yang teredukasi. Wawasannya banyak. Di samping itu Nyoman juga petani yang ulet. Dia menggarap sawah dengan tenaga sendiri, tanpa bantuan buruh. Tanahnya yang luas dicangkul sendiri. Menanam kangkung, sayur hijau, bunga gumitir dan padi. Pulang kerja dari Bali TV, bapak satu anak ini pasti ada di sawah.

Petani Nyoman Sudibia di kebun bunga mitirnya di daerah Marga Tabanan

Awalnya tanaman-tanaman lemon yang masih muda itu saya beri pupuk kandang dari kotoran kambing. Saya bubuhi kotoran kambing dengan cara melingkari pohon-pohon itu. Terus 10 hari sekali saya siram dengan pupuk organik Bio Boost. Pupuk cair dari K-Link yang terbukti manjur memberi nutrisi pada segala jenis tanaman, tanpa bahan kimia. Pohon-pohon lemon itu tumbuh dengan cepat. Daun-daun hijau serta mulus. Tak terasa mereka cepat tinggi, seperti tumbuh-kembang para remaja yang disiplin minum susu formula.

Kenapa saya memilih lemon untuk belajar budi-daya. Bukan hanya karena harganya yang cukup mahal. Tapi karena lemon bagus untuk kesehatan. Minum irisan lemon dalam segelas air hangat, tanpa diisi apa-apa lagi, katanya bagus untuk menjaga kesehatan jangka panjang. Atau irisan lemon itu bisa dicampur dalam segelas teh hangat, rasanya segar dan nikmat. Dalam sebuah lemon terkandung vitamin C dan flavonoid.

Mengenai pembuatan pupuk organik, banyak saya dapatkan tutorialnya dari YouTube dan Google. Internet positif yang membantu kehidupan manusia. Seperti pupuk organik dari cangkang telor. Daripada dibuang dan memenuhi bak sampah, limbah cangkang telor saya kumpulkan dari dapur.

Cangkang-cangkang telor itu saya bersihkan, kemudian dijemur beberapa jam. Setelah bersih saya goreng tanpa minyak, menyanyah istilah Balinya. Lalu diblender hingga jadi serbuk. Pupuk organik cangkang telor siap digunakan. Satu sendok serbuk ditambahkan ke dalam satu liter air. Dan siap memberi makanan pohon-pohon lemon dan jambu kristal. Pupuk dari cangkang telor mengandung kalsium tinggi untuk pertumbuhan tanaman.

Lemon berbunga

Cara stek tanaman lemon, info juga saya dapatkan dari internet. Segala jenis informasi, tutorial berseliweran di dunia maya. Batang lemon dengan panjang 15 cm, bawahnya saya runcingi, lalu digosok dengan bawang merah. Ditanam di polibag seukuran 20. Kemudian batangnya saya tutup dengan plastik bening.

Beberapa minggu kemudian tumbuh tunas baru. Saya bersorak, seperti seseorang yang gembira karena istrinya baru positif hamil. Ada aura kehidupan pada batang yang mungil itu. Tumbuh daun-daun baru, dan tunas-tunas baru. Barangkali akar di bawah sudah mulai tumbuh. Akar serabut yang siap menyuapi daun-daun itu dengan berbagai nutrisi dari susu ibu pertiwi.

Bibit lemon yang mungil itu menggambarkan kemahabesaran Tuhan. Lihatlah, tiba-tiba tumbuh daun muda pada batang yang masih kurus itu. Seperti embrio bayi dalam kandungan, yang awalnya tidak berbentuk, pelan-pelan berkembang berbentuk manusia. Secara otomatis itu terjadi. Tuhan menciptakan keajaiban itu, dan manusia cerdas hanya bisa meneliti prosesnya,  kemudian mencatat dalam jurnal.

Tidak hanya ditanam di sawah, bibit-bibit lemon itu juga saya besarkan dalam pot. Halaman rumah penuh dengan tabulampot lemon dan jambu biji kristal. Saya sempat terbius ketika menonton di YouTube, sebuah tanaman lemon setinggi satu meter dalam pot berbuah begitu lebat. Lemon-lemon segar berwarna kuning. Rasanya seperti tipuan kamera. Saya seolah tidak percaya, seperti melihat video hoax. Tapi itu memang ada. Saya takjub bercampur iri. Tontonan itu betul-betul memotivasi saya.

Keasyikan saya berkebun sekarang merambah ke produk pertanian lain. Saya mengembangkan bunga gumitir hibrida yang ditanam dalam plastik polibag. Kemudian saya jadi begitu sibuk mengumpulkan tanah. Mengambil tanah dari sawah, mencampurnya dengan tanah subur yang sudah diisi sekam bakar. Akhirnya di halaman rumah saya kini terkumpul 50 pohon gumitir dalam polibag ukuran 30, bagaikan sebuah stan tanaman yang sedang menyiapkan bibit.

Setiap pagi, sebelum berangkat kerja, saya memberi pupuk organik dari limbah cucian beras untuk bibit-bibit gumitir yang mungil itu, seperti seorang perawat dari sebuah yayasan penitipan anak yang menyuapi bayi-bayi kecil dengan perasaan gembira. Mereka tumbuh dalam hitungan hari. Mungkin dalam semalam bisa tumbuh beberapa senti. Begitulah, tiba-tiba saya hobi berkebun. Ada tanaman lemon, jambu biji kristal, apel India dan puluhan bunga gumitir di halaman rumah.

Sekarang sektor pertanian banyak dibantu oleh teknologi informasi yang semakin maju. Dunia maha luas yang bisa kita genggam dalam sebuah smartphone mungil. Teknologi 4.0 yang membuat semuanya bergerak begitu cepat.

Ada ratusan aplikasi yang dikembangkan untuk dunia pertanian, tinggal diunduh dari play store. Seperti Petani, sebuah aplikasi yang menyediakan tanya jawab antara petani dengan para pakar penyuluh. Ada juga aplikasi TaniHub, untuk mendekatkan para petani langsung dengan konsumen. Petani bisa langsung menjual produk pertaniannya secara online, diantar jasa pengiriman, sehingga para petani bisa menikmati harga yang layak.

Orang-orang muda di kampungku begitu kreatif menggarap sawah. Mereka bergerak menjadi petani moderen. Cikal bakal generasi petani 4.0, dengan segala fasilitas informasi yang bisa diunduh dari dunia maya. Masa depan pertanian akan semakin cerah. Tanah-tanah di kampungku tidak ada yang mati. Semuanya menjadi lahan-lahan produktif.

Setidaknya para petani di kampungku bisa sedikit berkontribusi dalam pembangunan ini, menyumbangkan bermacam produk pertanian untuk menggeliatkan perekonomian. Seperti pesan Presiden Joko Widodo, kita harus selalu optimis. Suatu ketika kita pasti bisa swasembada pangan. [T]

Tags: internetpertanianpetanisubaktabanantekhnologi
Previous Post

Siang Malam Berpikir Sendiri

Next Post

Kesombongan Berbahasa

Wayan Junaedy

Wayan Junaedy

Lahir dan tinggal di kawasan Taman Margarana, Marga, Tabanan. Suka gowes, suka menulis, suka berteman

Next Post
Siapa Orang yang Paling Baik?

Kesombongan Berbahasa

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co