13 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Stiker dinding

Stiker dinding

Cerita Tentang Bintang: Memahami Pedagogi sebagai Konsep Kritis, Berpihak, dan Kontekstual

Wayan Purne by Wayan Purne
April 8, 2019
in Esai
11
SHARES

Sebagai seorang pendidik, apakah kita memahami pedagogi sebagai konsep yang netral, obyektif, dan universal?

Selain itu, apakah kita memahami pedagogi sebagai konsep yang kritis, berpihak, dan kontektual? Kemudian, pemahaman pedagogi mana yang kita gunakan sebagai seorang pendidik?

Bisa juga kita sama sekali tidak pernah memahami kedua-duanya sebagai seorang pendidik. Kita hanya paham caranya anak didik meraih  nilai angka tertinggi setiap tes yang mereka hadapi. Jika hanya ini modal kita sebagai seorang pendidik, tidak mengherankan jutaan anak-anak disebut sebagai komoditas pasar.

Komoditas pasar Pendidikan yang membelenggu keuangan para orang tua tanpa mengetahui dengan jelas arah proses pendidikan anak-anak mereka. Mereka bahkan mungkin hanya tahu bahwa jika anak-anak bisa meraih semua gelar pendidikan, mereka sudah bisa mengantarkan anak-anaknya meraih pekerjaan tertinggi dengan gajih yang sangat tinggi. Apakah sederhana itu? Apakah justru jika salah memahami Pendidikan, kita akan menjerumuskan bahkan menghancurkan masa depan anak-anak kita?

Bagaimana kita tidak menyesatkan dalam menjalankan pendidikan? Jika sebagai seorang pendidik, tumpukan bahan materi Pendidikan dipahami sebagai bahan konsep yang netral, obyektif, dan universal. Akhirnya, kita hanya terpacu menyelesaikan tumpukan materi pendidikan dan menjejalinya kepada anak-anak didik dengan rasa ketakutan materi tidak akan terselesaikan.

Konsep pondasi dasar dan daya kritis anak pun semakin terlupakan. Mereka pun sebagai anak didik yang tidak mampu melahap tuntutan dari tumpukan bahan materi Pendidikan hanya dikurung dalam permakluman dan kompromi KKM. Dasar personalitas anak-anak pun terlupakan. Kita hanya terjebak pada formalitas pendidikan, yakni sibuk mengurusi ritual adminitrasi sabagai bentuk penyelamatan diri dari teguran pimpinan yang memegang kebijakan.

Siapa sebenarnya yang salah dengan semua ini? Entahlah, aku juga tidak mengerti dengan keadaan ini. Aku terlalu kecil untuk memikirkan permasalahan ini dan tidak akan ada yang mendengarnya. Begitu juga dengan perubahan kurikulum, berakali pun ada perubahan kurikulum yang berubah adalah hanya perubahan adminitrasinya saja. Ritual formalitas Pendidikan pun semakin meningkat dan semakin rumit.

Di sisi yang lain, bagaimana dengan seorang pendidik? Entahlah, mungkin tetap saja nyaman dengan pola setatus quo sampai berkarat. Perkembangan imajinasi, kreativitas, daya kritis, dan personalitas anak pun ikut berkarat.

 “Ahh, yang terpenting aku sudah memiliki sertifikat profesi dan sudah mendapat tunjangan profesi. Terpenting lagi, aku sudah memenuhi semua adminitrasi yang sudah ditentukan. Posisiku tetap akan aman walau ada pendidik muda yang kratif!” Mungkinkah pikiranku itu benar?

Mungkin saja semua itu benar adanya, tetapi kita hanya pura-pura tidak tahu saja. Toh kita melakukanya sudah biasa dan sudah menjadi kebenaran Bersama. Oooh, pikiranku terlalu ngelantur kemana seperti melihat jaman kegelapan di Yunani. Mari kita kembali kepimikiran yang sederhana.

Bagaimana memahami sebuah materi dengan konsep yang kritis, berpihak, dan kontektual? Aku teringat kepada seorang teman, namanya Ngakan Putu Angga Nantha Wijaya. Ia ingin menjelaskan tentang bintang kepada anak-anak PAUD. Ia pun membuat sebuah cerita tentang bintang agar imajinasi anak-anak tetap hidup di masa keemas an anak itu sendiri.

Begini cerita yang dibuat Ngakan Putu Angga Nantha Wijaya yang diberi judul “Sebuah Cerita tentang Bintang”.

 Pada suatu hari hiduplah seorang gadis kecil bernama Starla. Dia tinggal hanya dengan ayahnya. Mungkin karena namanya, dia sangat suka dengan bintang. Setiap malam, sebelum tidur ia selalu duduk di serambi dan menatap bintang yang jauh. Ketika ia melihat bintang jatuh ia selalu berharap suatu hari ia bisa berkunjung ke bintang-bintang.

Suatu malam ada suara ketukan di pintu kamarnya. Ketika ia bangun dan membuka pintu ia melihat seorang peri bintang.

 “Hei, Starla, permintaanmu telah terkabulkan! Kemarilah kita akan terbang menuju bintang, jadi kamu bisa bertemu dengan mereka.”

Peri memegang tangan Starla dan tiba-tiba mereka sudah tinggi, sangat tinggi di langit. Bintang pertama yang ia lihat adalah matahari.

 “Ini adalah bibiku namanya Matahari.” Peri berkata. “Kita tidak bisa mendekatinya karena dia sangat panas.”

“Namun, bukankah itu matahari?” Starla bertanya.

“Ya benar, tapi ia juga sebuah bintang. Dia bintang yang sangat dekat dengan bumi dan orang–orang menamainya matahari. Bintang yang lain letaknya lebih jauh dari bumi. Ayo, aku akan memperkenalkan kamu pada keponakanku.”

Sekarang mereka melihat sebuah bintang berwarna biru yang sangat cantik. “Halo nama saya Starla, kenapa kamu berwarna biru? Aku bahkan tidak tahu kalau ada bintang berwarna biru.”

“Kamu tidak bisa melihatku dari bumi. Aku adalah bintang yang masih sangat muda sehingga aku berwarna biru. Ketika aku sudah tumbuh menjadi lebih dewasa aku akan menjadi seperti bintang lainnya.”

“Oh, aku mengerti,“ kata Starla. “Terimakasih atas penjelasannya, da..da…!”

Bintang selanjutnya yang ditunjukkan peri adalah bintang berwarna merah. “Ini adalah nenek saya yang sudah sangat tua.”

“Tapi kenapa ia sangat merah?”

Bintang merah kemudian menjawab pertanyaan Starla, “Aku berwarna merah karena aku sudah sangat tua, aku tidak kuat lagi untuk bersinar terang dan tak lama lagi aku akan jatuh.”

Starla menangis, “Oh tidak, tolong jangan jatuh!”

Kemudian nenek bintang menjawab, “Itu tidak masalah anak manis, kita semua dilahirkan dan kita akan mati suatu saat nanti. Ketika aku terjatuh orang-orang di bumi bisa melihatku dan mengajukan sebuah permintaan. Itu semua membuat aku sangat senang.” Starla akhirnya mengerti.

Di bumi ayah Starla sedang menatap langit saat nenek bintang merah terjatuh. “Lihat betapa indahnya, sebuah bintang jatuh,” dia berkata. “Aku mohon agar besok, ibuku, neneknya Starla akan datang dan membawakannya hadiah yang bagus.”

Dan kamu tahu? Setelah Starla bangun dari mimpinya yang luar biasa, neneknya datang berkunjung dan membawakannya buku yang paling bagus tentang…, tentu saja tentang BINTANG.

Bagaimana jika materi tentang bintang kita lihat sebagai konsep yang netral, obyektif, dan universal pada anak-anak usia PAUD? tentu bisa jadi kita hanya memberikan pengalaman yang kering.

Kita hanya memberikan, “Bintang adalah….” Kemudian apa yang terjadi pada anak-anak seusia itu? Anak-anak hanya menghapal materi itu saja. Masa keemasan pembentukan daya imajinasi, kreatifitas, kritis, dan personalitas anak akan terlewatkan begitu saja.

Beda halnya jika kita memahami tahap perkembangan umur anak secara psikologi pendidikan. Tentu kita akan dengan tepat menerapkan pedagogi dalam belajar bersama dengan anak-anak. Pengalaman Starla pun akan menjelajahi setiap imajianasi anak-anak. Tanpa disadari, anak-anak sudah belajar tentang rasa empati dan rasa sayang maupun hal lainnya yang akan membentuk karakter mereka.

“Sebuah Cerita tentang Bintang” tidak hanya hanya mengajarkan tentang bintang dengan pengertian yang baku, tetapi menjelajah dan hidup di dalam dunia anak-anak. Begitulah Ngakan Putu Angga Nantha Wijaya menghidupkan bagian kecil topik “Bintang” dengan cerita tentang bintang.

Bagaimana dengan kita sebagai seorang pendidik? Apakah kita sudah memahami perkembangan pedagogi dan psikologi Pendidikan?  

“Eheem, aku hanya tersesat dan terpaksa menjadi seorang pendidik. Hari ini tidak merenungkan jalanku, tapi merenungka jalan menambahkan pendapatanku,” pikiran tersesat.

Bagaimana dengan kamu? [T]

Tags: dongengguruPendidikanpendidikan usia dini
Wayan Purne

Wayan Purne

Lulusan Undiksha Singaraja. Suka membaca. Kini tinggal di sebuah desa di kawasan Buleleng timur menjadi pendidik di sebuah sekolah yang tak konvensional.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Ilustrasi foto: Google
Esai

Perempuan, Cinta dan Melodrama

Sarangeul haeda uriga manna Jiuji moshal chueogi dwaeda Bolmanhan mellodeurama Gwaenchanheun gyeolmal Geugeomyeon dwaeda neol saranghaeda (Love Scenario by iKON) ...

January 23, 2019
Bagian dari pementasan monolog Damai yang dimainkan Wayan Sumahardika/ Foto: Mursal Buyung
Esai

Catatan Kecil Putu Wijaya: Kompromi (1), Bukan Kekalahan

TEATER kini cenderung bicara dengan bahasa visual. Hanya saja penonton (pasar) masih lebih nyaman menikmati tontonan verbal. Kita harus berani ...

February 2, 2018
Foto-foto: Hardianta
Khas

Kisah dari Sebuah Desa: Tiga Bocah Yatim-Piatu, Kerupuk dan Cita-Cita…

ANGIN perbukitan di sekeliling rumah di Dusun Sangburni, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali, itu berhembus pelan. Hari itu, Minggu, ...

February 2, 2018
Patung I Gusti Ngurah Made Agung
Esai

Cokorda Denpasar, Pemimpin Berorangtuakan Sastra #Renungan Hari Puputan Badung

Sastra anggon cai meme miwah bapa/ ditu takonang alih/ laksana melah/ suba ada makejang/ ne ne madan beneh pelih/ ditu ...

September 20, 2019
Ilustrasi diolah dari gambar Google
Cerpen

Bagaimana Surat Pertama Ditulis | Cerpen Rudyard Kipling

Cerpen Rudyard KiplingDiterjemahkan dari cerita How The First Letter oleh Juli Sastrawan dari buku Just So Stories. _____ Dahulu kala ...

March 3, 2021

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Suasana upacara ngusaba kadasa di Desa Kedisan, kintamani, Bangli
Khas

“Ngusaba Kadasa” ala Desa Kedisan | Dimulai Yang Muda, Diselesaikan Yang Muda

by IG Mardi Yasa
April 10, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gde Suardana
Opini

Tatkala Pandemi, (Bali) Jangan Berhenti Menggelar Ritual Seni dan Budaya

by Gde Suardana
April 10, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1455) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (342)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In