Kamis, 21 Maret 2019 di Uma Seminyak. Saat itu hujan lebat dan angin sedang tidak bersahabat. Sebuah pertunjukan sedang disiapkan untuk tampil di tengah pusat keramaian Seminyak. Sambil menunggu pertunjukan saya pun menunggu ditemani cokelat hangat.
Malam itu orang-orang yang sudah tidak ada lagi, orang-orang yang sudah pergi akan didatangkan kembali dalam sebuah memori ditengah hujan lebat dan ruang gelap. Tampak tiga mesin waktu, begitu saya menyebutnya, yang sedang dipanaskan untuk mengundang orang-orang dalam memori. Beberapa orang duduk dengan gelisah, kaki basah serta pasrah tidak tahu apa yang akan terjadi.
Mesin pertama, membangkitkan Iyok Suntari dan kekasihnya. Sepasang seniman yang dibangkitkan dengan sebuah mesin waktu oleh Studio Batu. Dibangkitkan dengan sebuah kisah melalui cahaya dan lagu-lagu.
Semua penonton terdiam tidak ada yang berani bertanya dan bergerak pergi meninggalkan joglo itu. Iyok Suntari terperangkap dalam kotak mesin kedua, gelisah melihat kenangan saat pertama mereka berjumpa. Seniman itu mati. Mati dengan kesedihan yang dibuatnya sendiri. Penonton menyaksikan kesedihan dan kematiannya di depan mata mereka.
Mesin ketiga adalah sebuah tragedi. Dihidupkan oleh piringan hitam ajaib yang ditemukan Studio Batu. Perpisahan itu melesat tinggi seperti cinta mereka yang akhirnya jatuh dan hilang ditempat yang tidak pernah disebutkan. Cinta itu tidak pernah mendarat lagi.
Iyok Suntari pun kembali muncul dengan gelisah mencoba mengembalikan waktu yang pernah mereka temukan dengan mesin waktu itu. Vita adalah sang kekasih, pemimpin orkestra yang melegenda itu. Menghilang dalam pesawat yang tidak pernah kembali.
Hening. Bukan berarti tidak ada tepuk tangan dari para penonton. Kisah ini adalah sebuah kisah dalam kisah. Saya menyebutnya seperti itu. Pertunjukan ini adalah pertunjukan dalam sebuah pertunjukan.
Sebegitu kuatkah Studio Batu hingga dapat menghidupkan Iyok Suntari? Bagaimana mesin waktu itu bisa membuat salah satu penonton meneteskan air mata? Mungkinkah Vita hadir dalam jelmaan penonton? While You’re Away, sebuah pertunjukan karya Studio Batu yang saya tonton di Uma Seminyak.
Studio Batu menghadirkan semua kekuatan mereka, pertunjukan teater, kisah yang apik, kecanggihan, video, shadow puppet dan nada-nada yang khusus disandingkan dengan cerita. Studi Batu membawa kenangan-kenangan dengan kenangan baru yang mereka buat.
Tentang Studio Batu – Studio multidisiplin yang berbasis di Yogyakarta, didirikan pada tahun 2013. Memliki latar belakang yang berbeda dari seni visual, musik, film, dan masih banyak lagi.
Akhir-akhir ini mereka bergelut mengembangkan karya melalui visual performance sebagai media untuk bercerita yang selalu mencoba mencari dan menemukan bahasa artistik yang menarik dalam karya-karyanya. [T]