Semoga tidak terlalu terlambat untuk saya membagi cerita malam minggu. Ini peristiwanya minggu yang lalu, Sabtu 16 Maret 2019.
Ini kunjungan kedua kawan-kawan kami dari Teater Orok dalam rangkaian pementasan keliling yang mereka adakan setiap tahun. Kali ini mereka datang untuk mementaskan sebuah drama berjudul “Beruang Penangih Hutang”, karya Anton P. Chekov dan diterjemahkan oleh Landung Simantupang.
Kami, anak-anak dari Tetaer Kampus Seribu Jendela, bertindak selaku tuan rumah.
Sabtu itu, teman-teman teater Orok sampai di Kampus Bawah Undiksa. Sesuai kesepakatan kami dalam chat mereka akan pentas di basement Kampus Bawah Undiksha. Selain wantilan, tampaknya belakangan basementsepertinya menjadi tempat yang paling sering digunakan untuk mentas teater.
Sudut-sudut basementdiperhatikan, mencari ruang yang sekiranya bisa selaras dengan naskah yang akan dibawakan. Di basement memang ada berapa ruangan dengan sekat pintu. Tapi ya terkunci rapat dan tak bisa digunakan.
Setelah itu mereka mulai mencari property-properti untuk mentas. Saya menawarkan mereka untuk berkeliling. Ya dikampus ini banyak sekali kursi, meja dan barang-barang lainnya yang sudah tak bisa dipakai kareana terkoyak. Terkoyak usia dan terkoyak mahasiswa, haha.
Lumayan lama mereka berkeliling. Sekali dayung dua pulau terlampau. Saat mencari property yang sekiranya bisa “dipinjam”, mereka juga menemukan ruang yang sempurna digunakan untuk mentas. Tiga sapu lidi dan salu kain pel.
Beperan membersihkan lantai di ujung basement sebagai tepat mentas. Property dibawa satu-persatu dari rumah De Ogie, pimpinan produksi. Lampu juga sudah mulai disiapkan.
Sekitar pukul 18.00 WITA hujan dan petir datang bersamaan. Sudah mulai dag-dig-dug saya. Bagaimana pementasannya? Ya, kami medapat sedikit hadiah. Tempat yang akan digunakan mentas digenangi air. Setelah hujan mereda mulailah anak-anak Terater Kampus Seribu Jendela bersama anak-anak Teater Orok meyapu air ke tepi lain. Itu seperti jadi teater pendahuluan.
Hujan membuat surat udangan yang telah disebar tak dapat dipenuhi kawan-kawan kami dari komunitas teater lain.
Pementasan dimulai
Sorang wanita berdiri di pojok ruangan sambil memandangi foto pria tua pada tembok putih di ruang tengah. Pakaian serba hitam dan rambut dicepol rapi. Menggambarkan suasana hatinya yang sedang berkabung. Masuk satu pemain laki-laki berperan sebagai pembantu. Pembawaannya kocak. Satu pemain lagi datang dari pintu luar. Datang dengan wajah garang. Pembawaan kasar.
Cerita “Beruang Penagih Hutang” ini dikemas dengan banyak rasa. Ada lucu, tegang, dan di akhir ada taburan drama. Berpelukannya wanita berkabung dan si laki-laki garang di awal cerita. Kami yang menonton adalah remaja. Tentu saja menjerit histeris dibuatnya. Bagaimana jalan cerita berlangsung tidak dapat saya gambarkan dengan lengkap. Tapi bagian menarik lainnya yaitu sesi diskusi. Akan coba saya rangkum di sini.
Pujian, pujian tentang bagaimana mereka memilih ruang untuk pentas. Bagaimana mereka melakukan setting tempat yang begitu cerdas. Tak ada tempat menempel atau menggantung lampu pementasan. Tapi mereka tak habis akal.
Dengan menyambung kayu pel mereka membuat lampu pementasan itu berdiri sesuai kebutuhan. Pemanfaatan dua pintu, dan tangga juga mantap. Kak Manik Sukadana selaku pembina teater Ilalang juga melemparkan pujiannya tentang pemilihan tempat. Yang memang setiap tahunnya selalu mengagumkan. Katanya Kak Manik sendiri yang sudah hampir lima tahun melewati tempat-tempat itu tak pernah kepikiran untuk menjadikannya panggung mentas.
Bahkan sepertinya hujan yang turun juga ikut berperan menambah situasi berkabung dalam drama itu. Karena genangan air kain hitam diletakan didepan pintu. Itu juga dihitung sebagai detail suasana berkabung oleh pembina teater Lalang, Kak Anggara Surya. Bagaimana mereka membuat kloter dalam pemetasn keliling ini juga tak kalah mengangumkan. Jadi tiap orang medapat giliran sebagai pemain, dan orang-orang dibelakang panggung.
Kak Rahatri, pembina Teater Dari Utara, kak Nur Hidayat dari Komunitas Puntung Rokok dan beberapa kawan-kawan Teater Kampus Seribu Jendela juga melempar pujian. Dan juga pertanyaan semua ditanggapi dan dijawab rinci oleh kawan-kawan Teater Orok.
Diskusi yang sangat asik. Diskusi yang benar-benar memberi sesuatu untuk masing-masing diri kami. Diskusi, ngobrol kami akhiri dengan foto bersama hari itu. Dokumentasi penting juga haha. Sekian. [T]