— Catatan karya lukisan Riski Nanda Riwaldi dalam pameran bersama bertajuk ‘Akhir Bahagia’ di Galeri Maya Sanur, bulan lalu.
Imlek selalu dirayakan dengan gemerlap perayaan meriah, yang menjadi penanda hadirnya tahun baru bagi keturunan Tionghoa. Tahun ini imlek jatuh pada tanggal 5 Februari 2019, yang merupakan tahun baru cina yang ke 2570.
Dulu, menurut legenda, tradisi yang dilaksanakan saat imlek merupakan tradisi yang digunakan untuk mengusir Monster Nian yang suka mengambil anak-anak. Monster Nian tidak suka bunyi-bunyian yang berisik, serta tidak menyukai warna merah.
Karenanya, ketika tahun baru tiba, untuk mengusir Monster Nian pergi, semua orang menggunakan baju merah dan menyalakan petasan atau kembang api. Suasana di jaman itu cukup mencekam, karena penduduk dirundung ketakukan bahwa anak mereka akan diambil oleh Nian. Namun dimasa sekarang, tradisi imlek hanya diisi dengan rasa suka cita.
Rekaman kebahagiaan imlek di representasikan oleh seorang Riski Nanda Riwaldi dalam 12 karya yang diberi judul Culinary Culture Series. Ia mendaftar beberapa jenis makanan khas cina yang dipadukan dengan gambaran suasana kelekatan menikmati momen bersama teman atau keluarga. Kiki, sapaan untuknya, menggunakan media kayu yang berbentuk bundar, yang digores dengan warna-warna terang.
CSelain merekam kebahagiaan imlek, dalam pameran bersama yang bertajuk ‘Akhir Bahagia’ yang diselenggarakan di Galeri Maya Sanur bulan lalu, Kiky juga memamerkan 9 karya lain yang diberi judul Reflection Series yang bercerita tentang isu dan kelumrahan sikap yang dimunculkan manusia dalam menikmati sosial media.
“Kita harus bijak menggunakan sosial media, karena disana kita terlibat dalam banyak hal, ada stalking, ada juga kepo, dimana kita selalu ingin tahu baik yang positif dan negatif” tuturnya.
Kiky menampilkan isu sosial media dalam karya Reflection Series-nya dengan media yang cukup unik, berupa kanvas berbentuk segitiga, “Menurutku bentuk segitiga itu kesannya sedikit antagonis, mengandung sudut, namun menarik untuk diolah, cocok dengan penyampaian pesan tentang sosial media,” tuturnya.
Selain berkarya sebagai seniman, Kiky juga merupakan guru seni di salah satu sekolah internasional di Denpasar. Ia telah mengajar selama 3,5 tahun.