Dulu, sebelum ditemukan benda ajaib bernama magic jar, setiap keluarga petani di kawasan pedesaan di Bali, punya sisa nasi setiap pagi.
Biasanya nasi itu tergantung dalam sokasi di langatan di areal dapur yang masih dingin. Nasi itu biasa disebut nasi dingin. Oleh keajaiban alam, meski dingin, meski belum ada magic jar, nasi itu tidaklah pasilalias tidak basi.
Sebelum berangkat ke sawah atau ke tegalan, para petani makan nasi dingin sebagai sarapan. Lauknya bisa saja gerang metunu (ikan teri dipanggang), lindung metunu (belut dipanggang), atau hanya uyah lengis tanusan (garam dan minyak tradisional). Sayurnya bisa apa saja, dan itu gampang didapat.
Atau, jika tak punya lauk apa-apa, biasanya sisa nasi yang dingin itu diolah menjadi bubur nasi atau biasa dinamakan bubuh nasi atau di sejumlah daerah biasa dinamani bubuh kuning, karena warnanya kuning. Bubuh nasi lebih sering dibikin dengan sengaja, meski pun misalnya masih tersedia banyak lauk-pauk atau masih sempat bikin nasi baru.
Bubuh nasi tak hanya dimakan sebagai sarapan sebelum berangkat kerja, tetapi juga menjadi semacam obat bagi orang yang sedang tak enak badan. Bubuh nasi dipercaya sebagai obat ampuh untuk menghilangkan panas dalam, sariawan atau sakit tenggorokan. Bahkan dipercaya sebagai menu untuk membangkitkan selera makan.
Lebih enak bubuh nasi disantap selagi hangat. Jenis bubuh ini juga menjadi santapan dipagi hari bagi para murid di desa yang akan belajar ke sekolah. Bubuh nasi juga biasa dibuat ketika musim hujan. Suasana desa yang dingin itu akan menjadi lebih hangat bila menyantap bubuh nasi bersama keluarga.
Bubuh nasi memiliki warna yang kuning merupakan efek dari bumbu yang dipakai yaitu kunyit (kunir). Untuk menjadikan menu tradisional ini lebih sehat, bubuh nasi biasanya dicampur dengan sayur bayam dan daun katuk. Pada saat memasak juga diisi dengan don jangar ulam (daun salam), sehingga menghasilkan rasa yang khas. menyantap bubuh nasi akan menjadi lebih enak bila dilengkapi dengan krupuk dari jaja dengdeng yang digoreng.
Bahan-bahan: sisa nasi, bumbu lokal, daun salam dan air. Bumbu yang digunakan adalah kunyit yang dominan, kemudian ditambah sedikit lengkuas, jahe, kencur, bawang putih, bawang merah, cabe, ketumbar, merica, kemiri, terasi, minyak kelapa dan garam secukupnya serta ditambahkan daun salam agar memiliki rasa yang khas.
Cara membuat bumbunya, pertama kunyit, lengkuas, jahe dan kencur di cincang halus. Bawang merah dan putih diiris lalu digabung bersama bumbu lainnya, lalu diulek atau diblender, sehingga menjadi halus. Demikian pula dengan kemiri, merica, ketumbar bisa di uleg atau di blender untuk dihaluskan. Kemudian dimasukan ke dalam baskom lalu, dimasukan pula sisa nasi dan ditambah minyak kelapa secukupnya. Kemudian diaduk hingga rata hinga bumbu itu masuk ke dalam nasi.
Proses selanjutnya memasukan nasi yang sudah bercampur bumbu itu ke dalam panci atau wajan. Selanjutnya diisi air putih dan garam secukupnya atau sesuai selera. Masukkan sayur bayam, kelor, atau daun katuk serta daun salam sebanyak dua lembar. Lalu dipanaskan sekitar 20 menit atau hingga matang. Bubuh itu kemudian diangkat, lalu siap disajikan. Agar terasa lebih enak bisa ditambahkan bawang goreng dan ditambah krupuk dendeng goreng.
Jangan malu-malu, jika mau coba, coba saja. (T)