Leluhur Bali itu keren dan romantis: Tanpa banyak cingcong berteori tentang pelestarian lingkungan dll, mereka mewariskan doa-doa dan pujian pada pohon.
Bukan hanya mewariskan kalender Hari Perayaan Pohon (Tumpek Uduh), yang jatuh 210 hari sekali, tapi juga doa-doa menanam pohon beserta dewa-dewi yang melindungi dan memberkati tumbuh-tumbuhannya.
Inikah rahasia waras leluhur Bali?
Dengan jalan mensakralkan tumbuhan dan proses menanam (merawat dan juga memetik hasil pertanian), leluhur Bali dan Jawa Kuno mewariskan tradisi kecintaan pada alam. Tradisi sehat dan waras untuk secara batiniah dan laku spiritual untuk memberi penghargaan pada kemuliaan tumbuhan yang memberi kita makanan dan asupan oksigen.
Mari kita buka kitab lontar Usada Cukildaki, sebuah buku resep penyembuhan dan perawatan kesehatan yang berisi ratusan resep obat dan beratus nama tumbuhan, di dalamnya terselip warisan doa bertanam pohon, sebagai berikut:
—
Ini adalah para dewa-dewi dari masing-masing tanaman, ketahuilah. Apabila menanam puja dan ucapkan terimakasih pada dewa-dewi dari tanaman yang ditanam. Perkembangan tanaman akan lanus (tumbuh subur, sehat tanpa halangan, dan luput dari penyakit), inilah dewa-dewinya yang hendaknya dihormati sepenuh hati yang memberi prana (energi hidup) dan bhoga (sari pati makanan):
Roh suci yang memberkati ketika menanam bernama Sang Hyang Śrī Mābajra. Beliau jangan dilupakan.
Lalu menyebut dan memberi penghormatan batin pada:
1. Pohon Kelapa yang dewanya (dilindungi) oleh Sang Hyang Śrana Tlaga Manik
2. Pepaya yang dilindungi oleh Sang Hyang Śrī Magelungan
3. Kacang-kacangan yang dilindungi oleh Sang Hyang Śrī Manoté
4. Kayu Mas yang dilindungi oleh Sang Hyang Śrī Mahini
5. Ubi-ubian yang dilindungi oleh Sang Hyang Śrī Magubung
6. Pohon Jarak yang dilindungi oleh Sang Hyang Sri Marumpuk
7. Talas yang dilindungi oleh Sang Hyang Sri Madompok.
8. Pohon Bekul yang dilindungi oleh Sang Hyang Śrī Nuthalā
9. Kude yang dilindungi oleh Sang Hyang Śrī Maricchī
10. Bunga-bungaan (kembang) yang dilindungi oleh Sang Hyang Śrī Marūmbhā
11. Kayu Puri yang dilindungi oleh Sang Hyang Iriati
12. Andong yang dilindungi oleh Sang Hyang Śrī Apadhda
13. Surah yang dilindungi oleh Sang Hyang Śrī Managarani
14. Jagung yang dilindungi oleh Sang Hyang Śrī Manyingal
15. Ketela (kesela) yang dilindungi oleh Sang Hyang Ratu Magelung
16. Paya Terung yang dilindungi oleh Sang Hyang Śrī Grénténg.
Sebutlah terlebih dahulu dengan penuh kasih dan suarakan dalam batin dan ucapan nama dewa-dewinya tersebut apabila mulai menanam biji-bijian atau bibit tumbuh-tumbuhan. Setelah menyebut nama dewa-dewinya terlebih baru akar, benih atau biji-biji tersebut ditimbun. Sesesajian saat doa menanam pohon itu bersarana: Ketupat, buah-buahan satu tanding, canang lenga wangi burat wangi, buat altar sederhana bambu untuk pemujaan dipersembahkan yang namanya sanggar cucuk, tegakkan di hulunya tegalan, juga kalau di sawah, demikian yang menjadi warisan tradisi doa menanam, jangan dilupakan.
—
Kutipan di atas, yang saya terjemahkan dari kitab lontar Usada Cukildaki, barulah satu contoh catatan doa pada pohon-pohon dan menanam. Lontar Dharma Pamaculan, serta berbagai kitab lontar usada lainnya, atau lontar yang terkait pertanian lainnya, serta berbagai prasasti Bali Kuno yang berisi perlindungan pohon, bisa memperpanjang catatan kecil ini.
Berhala?
Bagi orang yang malas mikir, atau tidak terlatih berimajinasi sehat, ini PASTI disebut berhala.
Bagi mereka yang punya kedalaman pikir dan mampu melihat pesan batiniahnya, mereka akan menangkap pesan kuno ini sebagai warisan suci bagaimana relasi batiniah leluhur Bali dengan alam sekitar dijalin dengan cara menanam pohon dan bersujud pada alam; sebuah tradisi suci bagaimana manusia harus mampu tidak angkuh dan bersuka cita dalam memberi penghargaan lahir batin terhadap pohon dengan menanam dan berdoa.
Percaya atau tidak, jika kita berdoa dan punya apresiasi pada pohon, akan berdampak menyehatkan, berdampak terbukanya imajinasi dan bentang langit perasaan untuk terkoneksi dengan alam sekitar melalui apa yang kita tanam.
Bersujud pada pohon dan menanam pohon secara sinambung – sepertinya telah jadi nubuat dalam catatan-catatan dalam manuskrip dari masa lampau – akan menjadi penyembuh ketumpulan batin manusia modern yang terjebak pada gadget; penyembuh kecanduan kita pada aneka tipu-muslihat kekinian yang menjauhkan kita dan anak-anak kita dari pohon, tanah, dan alam semesta raya.
Catatan Harian 24 Januari 2019