19 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

PLASTIK

Oka Rusmini by Oka Rusmini
January 7, 2019
in Esai
25
SHARES

KOPLAK beringsut dari meja kasir sebuah swalayan terbesar di Bali. Hatinya bungah. Senyumnya terus diumbar entah untuk siapa, jika diperhatikan, orang-orang termasuk sang kasir pasti berpikir Koplak memiliki sedikit kelainan.

Wajah kasir yang melayani Koplak terlihat agak kusut dan menciut mengingatkan Koplak pada kertas krep — kertas yang biasanya dipakai Ni Luh Putu Kemitir — anak perempuan semata wayangnya membuat prakarya untuk tugas sekolah. Kemitir paham betul mengolah kertas krep itu menjadi beragam bentuk bunga-bunga yang terlihat nyata. Karena saking girangnya bisa membuat beragam bunga, setiap hari Koplak wajib membeli kertas krep. Bisa dibayangkan seluruh ruangan berisi tatanan bunga kertas krep. Penuh. Bahkan sampai kamar mandi, Koplak pun harus hati-hati jika mandi, karena air bisa merusak kertas itu. Sejak saat itu jujur saja Koplak anti dengan kertas krep!

            Sekarang, kertas krep itu menjelma di wajah sang kasir.

            Sejak ditinggal mati istrinya, Ni Luh Wayan Langir,  Koplak memang hidup berdua saja dengan Kemitir. Apa pun yang dilakukan Kemitir , Koplak setuju-setuju saja. Kata orang dimasa pertumbuhan seorang anak ada baiknya para orangtua tidak usah memiliki banyak aturan. Aturan yang banyak akan membuat anak tidak memiliki ide-ide sendiri. Jadilah Kemitir tumbuh seperti belukar yang menabrak apa saja, dan ide-idenya sejak kecil selalu banyak , kadang aneh, sering juga membuat Koplak agak naik darah. Tetapi Koplak selalu mengingatkan dirinya akan kata-kata sahabatnya.

            “Jika kemarahan melumuri otakmu, dan siap meledak dari mulutmu. Tarik nafas dalam-dalam-dalam, lalu keluarkan pelan-pelan melalui mulut. Gerakan itu seperti persiapan kita untuk Trisandya. Dijamin kemarahan yang melilit di otak yang melukai hatimu akan kandas, tandas! Aku jamin!”

            “Kalau kemarahan terus dipendam, apa tidak membahayakan? Bisa meletus seperti Letusan Krakatau 26 Agustus 1883 ,dengan gejala pada awal “kemarahan yang dipendam” Mei dan mengamuk dengan letusan hebat yang meruntuhkan kaldera. 27 Agustus 1883, dua pertiga bagian Krakatau runtuh dalam sebuah letusan berantai, melenyapkan sebagian besar pulau di sekelilingnya. Letusan ini adalah salah satu letusan  paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah, setidaknya 36.417 korban jiwa akibat letusan dan tsunami yang dihasilkannya. Dampak letusan ini juga bisa dirasakan di seluruh penjuru dunia. Bagaimana kalau tabungan kemarahanku bisa meletus?”

            “Memangnya kamu itu gunung, Koplak?”

            “Siapa tahu?” Koplak ngotot.

            “Kau akan mengamuk pada tingkah anakmu?” tanya sahabatnya lagi serius sambil menatap mata Koplak sungguh-sungguh. Koplak terdiam sambil merapatkan gigi atas dan gigi bawahnya.

            “Tidak mungkinlah. Aku mencintai Kemitir melebihi aku mencintai hidupku.”

            “Wah, itu juga tidak baik. Terlalu berlebihan. Sesuatu yang terlalu berlebihan membuat pertumbuhan jiwa kita bisa tidak sehat.”

            Koplak menatap mata sahabatnya sambil berpikir: “semua pernyataanku dianggap salah? Terus harus bagaimana? Mengalah terus? Memendam kemarahan tiap hari? Kalau dipendam kemarahan itu keluarnya lewat pintu yang mana?” Koplak berkata pada dirinya sendiri. Sambil menggaruk kulit kepalanya yang tidak gatal. Membayangkan kertas krep yang dibencinya dengan tatapan teduh dan penuh cinta milik Kemitir.

            Koplak kembali tersenyum sendiri sambil menebar pandangan ke seluruh lantai swalayan di pusat kota Denpasar. Semua yang membeli barang-barang sibuk mengeluarkan kantong-kantong kain. Senang juga akhirnya plastik-plastik mulai berkurang minimal mulai hari ini disaksikan oleh Koplak, setelah merayakan hari raya Kuningan bersama Kemitir. Sungguh sebuah peristiwa bersejarah.

            Tidak ada lagi orang-orang kelas menengah di kota Denpasar yang dilihat Koplak menggerutu, atau bersunggut-sungut dengan gumaman yang membuat siapa pun jika mendengarnya akan bersiap mengambli blakas , golok tajam. Semua senyap, tertib mengikuti aturan Pemerintah Kota Denpasar mulai memberlakukan Peraturan Wali Kota Nomor 36 Tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik sejak 1 Januari 2019.

                        Koplak menarik nafas sambil berdiri dengan tegak menunggu antrian dengan sabar, bibirnya tetap tersenyum, Koplak tahu beberapa pasang mata menatapnya dengan tatapan mata ganjil.

            Koplak tidak peduli, Koplak membayangkan alangkah indahnya kelak bumi ini jika sampah-sampah plastik mulai berkurang, semoga juga bisa lenyap. Yang dipikirkan Koplak juga, semoga aturan baik ini benar-benar terus dilanjutkan dengan beragam sanksi untuk orang-orang yang melanggar , aturan berupa sanksi sebaiknya juga disiapkan. Karena yang paling menarik dari eforia ini adalah masyarakat menyambut antusias.

            Ada baiknya semangat empat lima yang telah tumbuh di hati masyarakat terus diberi  pupuk dan orasi-orasi yang menyegarkan sehingga masyarakat pun merasa malu jika membawa kantong plastik untuk belanja. Budaya malu itulah yang harus terus disiram di hati masyarakat. Koplak senang, girang melihat aturan itu diterapkan masyarakat juga dengan girang. Memang masih perlu ditata dan diperhatikan lebih serius lagi sehingga aturan yang diterapkan benar-benar menjadi “gaya hidup” masyarakat perkotaan di Denpasar.

            Sekarang pemerintah tinggal membenahi pasar tradisional. Agar para pedagang pun memiliki kesadaran dan berkata: “tidak pada plastik”. Jika ini berhasil baik, tentu Koplak tidak akan pernah lagi menyaksikan saluran-saluran air yang dipenuhi sampah plastik. Sunga-sungai penuh ikan-ikan berupa kantong plastik.

            Koplak merasa aturan ini sudah mulai masuk ke dalam darah warga. Koplak juga merasakan malu juga jika belanja mengeluarkan kantong plastik. Makanya Koplak menyiapkan kantong kain. Koplak tersenyum kembali sambil melirik kasir yang masih menatapnya dengan tatapan seperti kertas krep Kemitir.

            Ah, jika ini berjalan dengan baik, semoga tagar-tagar “malu dong buang sampah sembarangan” juga bisa tumbuh dalam embrio darah masyarakat kota kita. Tidak sekedar spanduk dan brosur-brosur yang tersebar. Semoga!

Tags: baliPan KoplakPolitikSampah
Oka Rusmini

Oka Rusmini

Ibu dari seorang anak lelaki. Yang mencoba memotret beragam kondisi sosial, budaya, dan politik di Indonesia dengan cara karikatural. Ala orang "Bali".

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Esai

Bulan, Menelitinya atau Mengaguminya, Keduanya adalah Ibadah

Gadis manis berkulit bersih itu, mengulangi ikatan rambutnya yang kecoklatan sebahu sebelum menghanturkan sembah. Kedua tangannya dicakupkan, terselip sepotong bunga ...

May 1, 2019
Atraksi Antrabez pentas di Denfest 2017
Peristiwa

Antrabez, dari Penjara ke Denfest – Lalu Ribuan Orang Bernyanyi Bersama

  ANTRABEZ, Band pelopor yang terdiri dari para Narapidana Lapas Kerobakan Bali, tampil memukau di panggung utama Denpasar Festival (Denfest) ...

February 2, 2018
https://www.instagram.com/p/BsGKLn4ARLt/?utm_source=ig_embed)
Esai

Fenomena Instagram #nusantarafolkloreweek

Saat Martcellia Liunic di akun Instagramnya @liunic berbagi tentang prompts (arti: pemicu/tema) untuk ikut berilustrasi/menggambar/membuat karya dalam rangka Nusantara Folklore ...

February 28, 2019
Ulasan

Berburu Pokémon di Bali, Bawalah “Kamben” dan “Udeng”

WABAH Pokémon Go sepertinya sudah masuk ke ceruk kehidupan orang Bali. Di Pulau Seribu Pura ini, tentu bukan hal aneh ...

February 2, 2018
Foto: screenshot video KmgYudha
Esai

Menghubung-hubungkan “Om Telolet Om” dengan Banjir Pancasari dan Pariwisata Buleleng

MARILAH kita hubungkan fenomena “Om Telolet Om” dengan pariwisata Buleleng, Bali Utara, dan banjir yang kerap terjadi di sejumlah wilayah, ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi diambil dari Youtube/Satua Bali Channel
Esai

“Satua Bali”, Cerminan Kehidupan

by IG Mardi Yasa
January 18, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1350) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In