Lika-liku perjalanan sebuah band adalah bagian histori menapak dunia music, terlepas dari genre apapun yang disajikan. Pergolakan yang dijalankan ibarat bumbu mendewasakan diri. Day After The Rain salah satunya.
Terhitung sejak 2011 band yang digawangi oleh 6 musisi kembali bertemu membawa kerinduan dengan spirit serta euphoria persahabatan selama 14 tahun untuk merilis karya teranyar mereka.
Bongkar pasang silihberganti masuk mengisi band dari sejak 2007 hingga 2018 yang paling terberat mundurnya Abee (keyboard) dan Jink (drummer), pada 2010, kemudian disusul masuknya Puput (keyboard), Jaka Wirya (drumer) dan terhenti 2011.
Hingga akhirnya sejak awal Agustus 2018 mereka memantapkan posisi garis depan pada Wicaksana (vocalist), Abee (keyboardis), Jaka (drummer), Nick Zky (bassist), Voedi (guitarist) danKeyn (guitarist)..
“Kami mengalami masa-masa berat saat ditinggal oleh Abee dan Jink di tengah proses kami memantapkan diri bermusik ke ibu kota. Semua terhenti semenjak itu, ” kata Keyn saat ditemui di Sanur.
Rehat selama 7 tahun personil menjalani kehidupan masing-masing dengan memilih karir yang sama sekali tidak terkait dengan musik pada umumnya. Wicaksana (vokalis) dan Keyn (guitatist) mengambil profesi sebagai arsitek dan membangun biro arsitek masing masing, lalu Abee (keboardis) dan Jaka (drumer) wirausaha rumah makan, Yudi (guitarist), Zky (bassist) adalah karyawan swasta di bisnis hospitality.
Nick Zky berujar, “2004kami menjalin persahabatan bersama di dalam bendera PUZZLE , 1 buah (ep) 2 buah (album), bubar, lalu 2007 kami bertransformasi menjadi DAY AFTER THE RAIN memproduksi 5 lagu dan terhenti di 2011, kemudian 8 Agustus 2018 kami menyelesaikan profile picture pertama kami setelah 7 tahun terhenti berkarya.”
“Terkadang ada kerinduan yang cukup kuat saat kami saling bertanya tentang kabar dan mengenang nostalgia masa masa berkarya dulu, dan tampaknya itu menjadi semakin kuat saat kami bertemu dan berbincang,” sambung Jaka Wirya.
Muara Persahabatan 14 Tahun
Di tangan musisi berbakat, Windu Estianto – super soda (Music Director/Produser) dan Wayan Agus Sudanta – Tet Stupid (Music Engineer) merampungkan sebuah single yang diberi lable Glow adalah sebuah keajaiban. Kebekuan 7 tahun mencair dalam hangatny aGLOW (cahaya).
Terhitung 6 hari single ini rampung baik recording dan revisi mixing – mastering, semua instrumen direcord di Kantor Biro Arsitek Pranawa, Jalan Pengiyasan Gang Soka No.4 Sanur- Denpasar Bali setelah selanjutnya dimixing dan mastering di Tet StupidPro.
“GLOW (CAHAYA) adalah tentang harapan untuk sebuah era dimana manusia alam dan entitas lainnya bersinergi dan membangun masa depan dengan kekuatan cinta dan kasih yang diibaratkan sebagai titik-titik cahaya yang melebur menjadi terang benderang,” tutur Wicaksana.
Hal yang senada disampaikan Abee, “Harapan Ini tidak hanya bagaimana kami tetap bisa berkarya namun kami tetap bersahabat seperti awal kami bertemu dan akhirnya tetap dalam lingkar keindahan di masa masa mendatang untuk generasi kami selanjutnya.”
Penulisan lyric berbahasa Inggris adalah bertujuan untuk salam perkenalan kepada pasar global musik industri, melalui beberapa digital music store. “Ibaratnya kita menyapaapakabar dalam bahasa berbeda,” celoteh Yudi. (T)