17 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Sastrawan Afrizal Malna dan Bawa Samar Gantang memberi workshop penulisan kreatif di Rumah Belajar Komunitas Mahima, Selasa 30 Oktober 2018

Sastrawan Afrizal Malna dan Bawa Samar Gantang memberi workshop penulisan kreatif di Rumah Belajar Komunitas Mahima, Selasa 30 Oktober 2018

Mempertanyakan Segalanya – Bersama Afrizal Malna di Rumah Belajar Komunitas Mahima

Jaswanto by Jaswanto
October 31, 2018
in Khas
72
SHARES

“Menggunakan metafora yang gagah, semisal kata ‘matahari yang sabar’. Tahu apa kita tentang matahari?”

—Afrizal Malna

 

SEMALAM, Selasa 30 Oktober 2018, saya kembali dihadapkan oleh sebuah perasaan yang tak ternamakan sebelumnya. Perasaan itu begitu halus, lirih, sama sekali tidak mengusik sebenarnya. Sebuah perasaan yang mungkin bisa terwakilkan oleh sebuah kata: bahagia.

Di Rumah Belajar Komunitas Mahima, Jl. Pantai Indah III Nomor 46, Singaraja, di sanalah, saya dipaksa untuk kembali mempertanyakan segalanya.

Adalah Afrizal Malna, seorang sastrawan, penulis, esais, penyair, aktor, hadir di hadapan saya. Penulis kelahiran Jakarta 7 Juni 1957 itu, telah memberikan banyak sekali pengetahuan kepada saya dan peserta Workshop Penulisan Kreatif bersama dirinya dan Gusti Putu Bawa Samar Gantang yang diselenggarakan Gong Laut bekerjasama dengan Komunitas Mahima, Mahmia Institute Indonesia dan Tatkala.co.

Saya tertarik dengan pendapat Afrizal Malna yang mengatakan bahwa bahasa adalah jebakan. Sedangkan bersikap kritis adalah salah satu cara untuk tidak terjebak dalam wacana bahasa. Saya paham, bahwa persoalan komunikasi tidak pernah terlepas dari persoalan bahasa.

Saya teringat pada sosok Ferdinan de Saussure, kalau tidak salah Bapak Struktualisme, yang memelopori munculnya metedologi dalam kajian linguistik, yang juga bermuara pada bagaimana penggunaan bahasa dalam dunia komunikasi. Menjadi sebuah dilematis ketika bahasa yang seharusnya digunakaan untuk mengkonstruksi objek tertentu justru tidak mampu membahasakan ide untuk disampaikan kepada orang lain. Pada titik inilah, kita sedang terjebak dalam bahasa itu sendiri.

Memberhalakan wacana merupakan cara terbaik untuk bunuh diri. Silakan Anda bertanya pada Thomas Kuhn yang meluncurkan karya fenomenalnya di tahun 1962, The Structure of Scientific Revolution. Ah, saya jadi terlalu berteori. Padahal tujuan tulisan ini hanya sebatas ulasan sebuah perasaan saya setelah mengikuti workshop tadi malam. Tak lebih.

Dan tidak juga bertujuan untuk sok gagah-gagahan beradu argumentasi dengan teori-teori asing agar dikira akademis. Tidak! Kita kembali ke pembahasan saja.

Tidak hanya Afrizal Malna yang mampu menyihir saya semalam. Seorang lelaki paruh baya yang sangar, bernama Bawa Samar Gantang, seorang penyair kelahiran Tabanan. Dia terkenal dengan puisi modre. Bawa Samar Gantang, mencoba mengajak saya dan peserta workshop untuk mengais romantisme kisah percintaannya di masa lalu, di mana pada saat ia dan seorang perempuan sedang menonton bioskop, tiba-tiba mati lampu, dan kisah-kisah yang lain.

Semalam, saya merasa ada situasi yang berbeda pada diri saya. Saya seperti dipaksa untuk kembali ke masa lalu oleh Bawaa Samar Gantang. Dan yang terpenting adalah pesannya kepada kami bahwa, proses menulis itu dimulai dari keadaan di sekitar kita.

Kembali ke Afrizal Malna. Seorang kawan bertanya: Bagaimana cara kita bersikap kritis dalam proses menulis? Sebelum kita lahir, kata Malna, semua sudah ada di dunia termasuk media. Pertanyaannya adalah apakah kita bisa memposisikan ulang media yang kita pakai? Semisal kita hanya memakai, berarti kita besifat pasif, konsumtif.

Tapi kalau semisal kita mempertanyakan media tersebut, kita akan mendapatkan sebuah situasi baru, hubungan baru, atau bahkan tantangan baru. Begini: Apakah ada pengaruh menulis menggunakan mesin ketik dengan komputer terhadap hasil tulisan? Apakah ada pengaruh ketika menulis dengan telanjang dan dengan menggunakan pakaian terhadap gaya tulisan yang dihasilkan?

Mungkin itu berpengaruh. Itulah zaman peralihan penulis. Dari kertas, mesin ketik, dan komputer. Mesin ketik hanya punya satu jenis font. Sedangkaan komputer memiliki ribuan jenis font. Bagi Afrizal Malna, itu berpengaruh terhadap tulisan yang kita hasilkan. Itu sebabnya, kita harus bersikap kritis selama proses penulisan sebuah karya, entah sastra atau seni.

Akhirnya, sebagai penutup ulasan ini, izinkan saya untuk mengucapkan terima kasih kepada Mahima dan Tatkala.co, yang telah menghadirkan orang-orang luar biasa, dan kemudian membagi ilmu serta pengalamannya kepada saya dan kepada kalian semua yang hadir tadi malam.

Bagi saya, acara-acara seperti ini sangat penting. Di samping sebagai ajang untuk mencari ilmu pengetahuan, pengembangan diri, juga sebagai ajang pencarian pasangan hidup tentu saja. Sebab saya tahu, kebanyakan yang hadir semalam adalah mereka yang sebenarnya orang-orang yang butuh pundak untuk bersandar; orang-orang yang membutuhkan tangan lembut untuk membelai rambut atau mengusap air mata; dan orang-orang yang tidak tahan sebab hampir mampus dikoyak-koyak sepi. Begitu saja. (T)

Tags: Afrizal MalnaKomunitas Mahimapenulisan kreatifsastra
Jaswanto

Jaswanto

Kader HMI Cabang Singaraja, penulis novel Munajat Hati.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Youtube
Esai

Jokowi Presiden, Ahok Masuk Tahanan – Kisah (Seakan) Drama Sepasang Tokoh

JOKOWI (Joko Widodo) dan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) adalah sepasang tokoh yang (tiba-tiba) memenuhi ruang pembicaraan di seantero negeri. Mereka ...

February 2, 2018
Ilustrasi foto-foto diambil dari Google
Esai

“Sunset di Tanah Anarki” – Untuk Munir, Widji Thukul & Melawan Lupa

KETIKA muncul lagu “Sunset Di Tanah Anarki” (SDTA) karya SID,  sekitar Maret 2014, dengan video klip tentang penghilang paksa Widji ...

November 13, 2018
Salah satu pelinggih di Pura Dalem Banjar yang terbakar [Foto-foto: Ole]
Khas

Terbakarnya Pura Dalem Banjar dengan Ukiran dan Patung Langka: Direstorasi atau Dipralina?

Sejumlah bangunan pelinggih di Pura Dalem Desa Adat Banjar, Kecamatan Banjar, Buleleng, terbakar, Minggu, 24 November 2019 sekira pukul 13.30 ...

January 22, 2020
Suasana di Desa Pengotan yang mirip dengan Desa Penglipuran, Bangli
Perjalanan

Desa Pengotan, Tak Ada Dagang Aksesoris, Tak Ada Loloh Cem-cem

Ini cerita saya ketika pertama kali datang ke Desa Pengotan, Bangli. Awalnya saya berniat tidak ikut karena pekerjaan yang tidak ...

August 11, 2019
Michelle Williams dan Casey Affleck/net
Ulasan

Manchester By The Sea: Lepasnya Casey Affleck dari Bayang-Bayang Ben Affleck

Judul Film: Manchester By The Sea Produser: Kimberly Steward, Lauren Beck, Matt Damon, Chris Moore, Kevin J. Walsh Pemain: Casey ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Lukisan di atas kardus. Karya ini diberi judul “Pariwisata Macet Jalan Raya Lancar”.
Esai

Pariwisata Macet, Jalan Raya Lancar

by Doni Sugiarto Wijaya
January 16, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1347) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In