11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Yang Tidak Boleh Dilontarkan Kepada Penyair

Kim Al Ghozali AMbyKim Al Ghozali AM
October 13, 2018
inEsai
Yang Tidak Boleh Dilontarkan Kepada Penyair

Ilustrasi diolah dari Google

332
SHARES

SEBENARNYA sudah menjadi rahasia umum bahwa penyair itu adalah satu jenis manusia kere dari sekian jenis manusia yang kere. Sejarahnya pun tidak pernah berubah, baik sejak zaman penyair angkatan ‘45 yang dipelopori oleh manusia super-kere macam Chairil Anwar—yang suka mencuri buku lalu setelah buku itu selesai dibaca ia jual lagi di pedagang loak hanya agar bisa kencan dengan Ida—sampai penyair era ‘65, penyair angkatan Malioboro bahkan angkatan milenial ini.

Kalau kita sering mendengarkan ceritanya Cak Nun tentang seputar penyair-penyair Malioboro tahun 70-an, maka label kere pada penyair sungguh makin sahih belaka. Mereka menggelandang siang dan malam di seputaran Malioboro hanya untuk menyelami kehidupan puisi. Mereka tidak punya pekerjaan tetap sebagaimana manusia umumnya hanya agar ilhamnya tetap murni, tidak terkontaminasi kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat praktis. Mereka tak punya penghasilan. Mereka kelaparan dan kesulitan membeli rokok. Singkatnya, dinasibkan menjadi penyair adalah dinasibkan menjadi manusia kere. Kira-kira begitu.

Tapi, tentu hal ini perlu digarisbawahi. Bahwa penyair kere itu adalah penyair yang ‘murni’ dan total menjadi penyair, misalnya tidak merangkap menjadi penulis artikel atau esai mingguan di koran atau menulis cerpen untuk media, yang secara honor lebih menjanjikan. Jika si penyair masih punya bisnis sampingan macam warung kopi, penerbitan, jualan gorengan, jadi jurkam politik, jadi redaktur media, nyambi jadi kuli serabutan maupun jadi orang kantoran, atau jadi PNS macam penyair W Hariyanto dan Jamil Massa. Maka label kere tentu akan gugur dengan sendirinya.

Kalau seorang penyair yang hanya bergantung, menghidupi dan dihidupi puisi ya mau tak kere bagaimana? Apalagi di zaman dolar bisa tembus sampai lima belas ribu seperti sekarang ini. Berapa sih honornya puisi dari media? Berapa sih honornya manggung baca puisi atau mengisi workshop? Buat membeli lipsticknya Ayu Ting Ting saja tidak cukup. Itu pun kalau langsung dibayar atau honornya ditransfer oleh media yang memuat puisinya.

Karena, masalahnya tak sedikit media cetak di Indonesia itu yang raja tega kepada penyair. Ya raja tega. Yaitu ada yang berbelit-belit soal honor—bahkan penulisnya sampai seperti pengemis ketika menanyakan dan menagih honornya, yang sebenarnya itu adalah hak penulis—dan ada pula yang menunda-nunda sampai berbulan-bulan, bahkan ada yang tidak memberikan honor sama sekali.

Soal honor di media saya pernah punya pengalaman, selain tak pernah direspon saat mengontak bagian keuangan sebuah koran A ketika saya hendak menanyakan honor tulisan saya yang sudah diterbitkan, saya pun pernah mendapat email penolakan tulisan saya dari koran B dengan alasan hanya karena saya mencantumkan nomor rekening di bagian data pribadi, yang biasanya saya sisipkan di bawah tulisan dan biografi—dan itu sebenarnya hal lumrah bagi siapa pun yang mengirim tulisan dengan menyertai nomor rekeningnya. Lucu? Syaaakit! Itu seperti nembak cewek dan mendapat jawaban: “Maaf, pacaran tidak ada dalilnya dalam agama.”

Lalu, situ mau atau masih punya cita-cita menjadi penyair?

Soal royalti buku puisi saya kira tak akan jauh berbeda dengan kasus honor di koran. Memangnya siapa yang menjamin buku puisi bakal laku ribuan eksemplar macam buku Tips Membaca Pikiran Gebetan, dan lantas penyairnya menjadi kaya raya? Mimpi! Bahkan penyair sekelas Sapardi pun, yang buku puisinya selalu menyambut kedatangan kita saat masuk toko buku juga tak ada jaminan bahwa dia akan tercukupi kebutuhan hidupnya dengan royalti buku.

Ya kecuali penyair macam Dadang Ari Murtono, buku puisinya, Ludruk Kedua, hanya butuh waktu satu bulan untuk dicetak ulang oleh penerbit basabasi dan konon menurut Pak Haji Edi Mulyono selaku pemilik penerbit yang beralamat di Banguntapan Bantul itu, buku puisi tersebut dicetak sebanyak 500.000 eksemplar. Ini tidak main-main Saudara, tapi ugal-ugalan, karena penyair kelahiran Mojokerto itu memang sedang digadang-gadang untuk menandingi kepopuleran Baginda Tere Liye. Maka tak perlu kaget jika sampai sekarang Dadang masih bisa merawat rambut gondrongnya tetap berkilau bak permata dan membuat siapa pun terpesona saat melihatnya, semua itu berkat royalti buku puisinya yang tak habis-habis sampai lima keturunan.

Namun soal angka 500.000 tentu kita masih patut meragukan. Atau mungkin ini hanya hoax semata demi menaikkan citra sosial penyair dari segi ekonomi. Toh, kita tak pernah melihat secara langsung MoU-nya si penyair dari penerbit, yang di dalamnya sudah barang tentu ada kesepakatan tertulis tentang jumlah buku yang akan dicetak. Waallahu A’lam.

Kembali lagi ke laptop: Intinya penyair itu tetap jenis manusia kere, jika hidupnya hanya bergantung pada puisi semata. Terus, kalian ukhti-ukhti yang jomblo masih tetap berangan-angan ingin menjadi kekasih penyair? Ya mungkin tak salah jika kalian punya angan-angan demikian. Yang keliru, bahkan bisa fatal jika punya niat ingin menjadi istri penyair. Memang anakmu nanti mau dikasih makan kata-kata? Bisa kenyang?

Tentu jangan heran jika RM Djojosepoetro, ayah Sumirat, menolak Chairil Anwar jadi menantunya. Karena dia pasti sudah tahu kalau penyair itu jenis manusia kere. Dia tak peduli nama anaknya akan abadi atau tidak dalam puisinya, karena yang dia pedulikan anaknya jangan sampai kelaparan hanya karena punya suami tanpa keuangan yang mapan.

Jadi, soal penyair adalah manusia kere ini memang tidak mengada-ngada. Sejarahnya memang begitu dan akan terus begitu. Karena orang yang memilih menjadi penyair bukan agar dihidupi oleh puisi melainkan untuk menghidupi puisi. Mereka adalah orang-orang yang ikhlas karena sebagian besar waktunya diwakafkan untuk kata-kata, tenaga dan pikirannya untuk seni—yang konon inti dari segala seni itu: puisi. Tanpa mengharap banyak imbalan dari apa yang dia kerjakan dan korbankan.

Dan, sebenarnya hal ini cukup tabu untuk dibicarakan, karena selain mungkin menyinggung profesi kepenyairan—sebab semata-mata dipandang dari segi ekonomis—juga saya sendiri adalah penyair, yang tentu dengan menulis begini sebenarnya hanya memperkecil peluang saya untuk mendapatkan jodoh.

Namun ada hal yang lebih tabu, bahkan mungkin haram untuk dilontarkan kepada penyair daripada sekadar membicarakan kekereannya. Yaitu, kalian silakan saja bertanya soal proses kreatif kepada penyair atau bagaimana caranya mendapatkan ide atau seberapa banyak affair-nya seorang penyair, tapi jangan sekali-kali melontarkan ucapan, “Traktirannya dong!” hanya karena kau tahu puisinya dimuat di sebuah koran, sebab sudah pasti honornya tidak langsung cair dalam sehari, juga jumlah honornya pun tidak akan sebanyak jumlah hasil menjual satu ekor kambing. Atau mungkin malah honornya tidak dicairkan sama sekali oleh koran yang bersangkutan.

Juga jangan pernah bertanya seberapa banyak buku puisinya yang dicetak dan terjual, karena kalau nekad juga bertanya, bisa saja dia menjawab dengan melontarkan angka fantastis: 500.000 eksemplar! (T)

Tags: BukuPenyairPuisisastra
Previous Post

Zona Nyaman, PIlihan, dan 3 Lingkaran

Next Post

Tentang Perupa Bali: #PK, Satu Kelompok Lebay…

Kim Al Ghozali AM

Kim Al Ghozali AM

Penulis puisi, prosa, dan esai. Ia memulai proses kreatifnya di Denpasar, dan kini mukim di Surabaya.

Next Post
Tentang Perupa Bali: #PK, Satu Kelompok Lebay…

Tentang Perupa Bali: #PK, Satu Kelompok Lebay…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co