JINGGA, warna langit yang merepresentasikan berbagai rona yang bercampur di kala terbit dan tenggelam matahari, yaitu saat terang dan gelap melebur menjadi satu sama lainnya dipilih menjadi tema program DenPasar Art+Design tahun 2018.
DenPasar 2018 sendiri merupakan sebuah acara pameran seni kelompok, DesignTalk, dan program-program publik yang merangkul berbagai bentuk ekspresi kreatif melalui para praktisi yang telah terhubung ke Bali dalam perjalanannya masing-masing akan berlangsung di CushCush Gallery mulai 6 Oktober 2018 sampai 5 januari 2019.
Tahun ini DenPasar 2018 Exhibition menyebarkan undangan terbuka kepada seniman-seniman untuk mengisi pameran selama 3 bulan di CushCush Gallery. Setelah proses kurasi yang ketat oleh Jindee Chua dan Suriawati Qiu selaku penemu dan pemilik CushCush galeri serta kurator independen Stella Katherine, terpilihlah 12 open call artists yang tidak hanya berasal dari Bali. Tapi juga dari beberapa daerah di Indonesia bahkan mancanegara.
12 seniman terpilih yang berasal dari latar belakang berbeda ini menyajikan interpretasi mereka masing-masing terhadap tema Jingga, melalui berbagai teknik dan medium dari lukisan dan prints.
Selain 12 seniman terpilih, pameran juga diisi oleh tiga tamu terhormat yaitu Jumaadi seorang pelukis, dalang dan penampil asal Sidoarjo yang berkediaman di Sydney, Alit Ambara asal Singaraja, seniman yang karya-karyanya merupakan manifestasi kekuatan visual dalam pergerakan sosial. Kemudian, Yoka Sara seorang arsitek dan seniman pendiri serta pemimpin SPRITES ART & CREATIVE BIENNALE.
Konferensi pers pun telah digelar pada hari Jumat, 5 Oktober 2018 di CushCush Gallery dengan menghadirkan para kurator dan seniman yang ikut serta. Dalam konferensi pers tersebut para seniman yang hadir memperkenalkan diri dan perspektif karya mereka. Diharapkan dengan diadakannya DenPasar 2018 ini dapat lebih memperkenalkan Denpasar sebagai kota kreatif dengan ruang-ruang berkreatifitas yang tersebar di berbagai area di daerah Denpasar.
Tiga dari 12 Seniman dan Karyanya
DenPasar 2018 menampilkan seniman-seniman dari berbagai latar belakang dari seniman muda yang baru saja merintis hingga yang sudah punya nama. Tiga diantaranya adalah;
Komang Tress
Seorang mahasiswa arsitektur Universitas Udayana berasal dari Bangli. Tress merupakan seorang mahasiswa yang aktif dalam kegiatan teater yang sekarang sedang berproses bersama Teater Kalangan dan membuat instalasi untuk pertunjukkan-pertunjukkan teater. Karyanya yang berjudul Yang Kasat Mata di Atas Meja adalah sebuah karya yang tersinspirasi dari kegiatan nongkrong dan mengobrol santai saat senja dimana ada berbagai topik yang dibicarakan mulai dari obrolan santai sampai berat yang saling silang dan kait menghasilkan diskusi yang penuh warna.
Mia Diwasasri
Wanita asal Bandung yang baru 6 bulan tinggal di Bali merupakan seorang yang aktif berkarya dalam bidang seni keramik. Karyanya yang berjudul Growing Old Together merepresentasikan senja sebagai masa tua dengan tengkorak sebagai simbolnya. Menjadi tua dengan bahagia itu pesan yang ingin disampaikan Mia dengan karyanya. Dimana karya ini adalah karya subjektif yang mewakili euphoria Mia terhadap kecintaannya pada senja terutama senja di Bali.
Renee M.Thorpe
Renee adalah seorang seniman dan penulis dari Amerika. Ia secara berkala mengunjungi dan Karangasem untuk mengajar klub computer anak-anak disana. Karyanya yang bejudul Denpasar Paint Samples 1 & 2 adalah sebuah karya unik yang menampilkan kolase warna-warna berupa kartu pos yang disusun seperti pilhan warna di toko cat dimana inspirasi dari karya ini berasal. (T)