1 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Baper

Oka Rusmini by Oka Rusmini
February 16, 2018
in Esai
4
SHARES

KOPLAK  mengusap peluh di dahinya. Melirik jam tangan di tangan kirinya. Berkali-kali dia melirik jam tangan itu sambil berpikir dan merengut. Ekspresinya terlihat seperti mengandung beban berat.

***

“Bape,karena Bape sudah menjadi ayah terbaik di seluruh dunia, Tiang, ingin sekali memberi hadiah istimewa untuk Bape? Bape boleh pilih. Bape mau hadiah apa?” Koplak terbelalak. Hadiah? Hadiah untuk apa? Dalam rangka apa? Untuk peristiwa apa? Baginya selama tahun 2017 sampai bulan Pebruari 2018 , Koplak merasa belum memiliki prestasi yang patut dibanggakan. Juga tidak ada hal-hal atau pun keputusanya yang cergas, lagas, dan bernas. Lalu, untuk apa anak perempuan semata wayangnya, Ni Luh Putu Kemitir ingin memberikan hadiah.

“Maksudmu, apa?” Koplak menatap Kemitir serius, sambil mengangumi kecantikannya, dan berharap jika waktunya telah tiba, Kemitir akan menemukan seorang lelaki yang diharapkan bisa menjaga Kemitir penuh cinta. Sama seperti cinta Koplak untuk Kemitir. Tulus, lurus.

“Kamu merasa tulus memberi cinta untuk anak perempuanmu?” tanya Pan Balung suatu senja.

“Cintaku pada anak perempuanku tidak tergantikan.”

“Tetapi kamu pamrih. Persis seperti orang-orang politik itu, kerjanya menebar janji. Mereka juga selalu membawa ketulusan, kedamaikan, cinta—kasih yang mereka tebarkan bak seorang dewa yang benar-benar sempurna. Turun ke pasar becek. Makan di warung kaki lima yang biasanya diperuntukkan untuk rakyat. Pulang dari warung dan makan di kaki lima yang hiruk-pikuk di pasar dijamin mereka pasti minum obat mencret.” Pan Balung terbahak-bahak.

“Jangan menghina seperti itu. Kemarin aku ikut rapat di kantor kecamatan. Kata Pak Camat, sebagai aparat pemerintah mulai saat ini entah sampai kapan, kami para Kades disuruh hati-hati berbicara. Hati-hati menyebar info di media sosial. Karena akan ada penerapan pidana terhadap pelaku penghinaan penyelenggara negara?”

“Hah?! Serius?”

“Serius. Pak Camat hanya memberi pengarahan seperti itu. Aturannya belum jelas.Tetapi aparat desa diminta hati-hati.”

“Waduh! Ini berarti kemunduran, Koplak?”

“Kemunduran?”

“Ya.“ Pan Balung berkata serius sambil menatap mata Koplak serius. Pan Balung terlihat sangat serius, Koplak terdiam. Matanya memandang Pan Balung penuh tanda tanya. Dahi Pan Balung berkerut keras. Sampai terlihat dengan jelas potret usia Pan Balung. Tidak biasanya Pan Balung berkerut seperti itu. Biasanya hal-hal remeh selalu jadi bahan tertawaannya. Kali ini Pan Balung serius. Koplak merasa ini pertanda ada sesuatu yang tidak beres merembes sangat dalam ke palung jiwa dan pikirannya.

“Maksudmu, apa? Tidak biasanya kau serius seperti ini. Sepertinya negara dalam kondisi bencana berat saja. Kau jangan menambah ketakutan dan teror.” Koplak berkata datar sambil menenangkan pikiran dan hatinya sendiri.

Pan Balung bagi Koplak adalah penunjuk arah selama dia ikut berpolitik. Walau pun cuma sebagai Kades di desa terpencil yang tidak pernah terjamah koran lokal, apalagi koran nasional. Kalau istilah orang politik tingkat tinggi Pan Balung ibarat penasehat yang mengingatkan Koplak pada Presiden Joko Widodo  yang sejak jadi presiden secara resmi didampingi sembilan orang Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).

Nah, Pan Balung ini namanya Wantimdes spesial, karena Koplak hanya memiliki satu Wantimdes. Kalau Watimpres dibayar, Watimdes “ngayah” dan Pan Balung juga tidak pernah protes tentang jabatan tidak resmi yang disandangnya. Pan Balung juga tidak menuntut eksis atau dilantik dan masuk TV atau koran lokal. Pan Balung melalukannya dengan tulus, ikhlas dan riang. Demi persaabatan demi kemajuan desa Sawut, desa tempat lahir dan kelak kematian Pan Balung.

“Balung, apa yang kau tangkap dari rapat dengan Pak Camat?” Koplak ikut mengeryitkan dahinya.

“Ini berarti negara kita makin mundur Koplak. Jika penerapan pidana itu berlaku. Demokrasi yang telah kita perjuangkan sejak 1998, tidak berarti. omong kosong, mimpi siang bolong. Kebebasan menyampikan aspirasi itu jalan hidup bagi kemajuan sebuah negara, jalan hidup berdemokrasi seharusnya dijamin negara. Harusnya di depan hukum setiap orang memiliki hak sama, baik warga biasa, presiden maupun anggota DPR. Jika pasal penghinaan terhadap penyelenggara negara diterapkan, hal itu bisa mengancam demokrasi karena hal yang harus diingat adalah pada hakikatnya setiap orang di depan hukum sama,”

Koplak terdiam.

Pan Balung sarjana hukum di sebuah universitas ternama di negera ini berkata pelan dan hati-hati. Berharap Koplak paham. Pan Balung berusaha menata diksi bahasa Indonesia sesederhana mungkin, semudah mungkin biar bisa diserap Koplak, “Demokrasi yang sehat itu membutuhkan kritik dan aspirasi masyarakat untuk mengontrol kekuasaan. Kalau penyelenggara negara tidak mau dikritik, siapa yang akan mengingatkan mereka? Siapa yang akan mencaci kerja dan kekuasaan mereka? Karena kekuasaan cenderung membuat seseorang berprilaku korup. Kau bisa hitung, berapa ratus penyelenggara negara yang ditangkap KPK. Bayangkan kebayangan OTT, operasi tangkap tangan. Memalukan! Apa jadinya negara ini kalau orang-orang seperti kita tidak boleh bersuara? Sadar nggak sih mereka, sesungguhnya mereka ada karena kita, rakyat! Mereka bisa dapat fasilitas karena uang dari kita, rakyat!” Pan Balung menggelengkan kepalanya.

“Ya, aku paham.” Koplak berkata serius.

“Dari tadi kau melirik jam terus. Apa kau ada acara? Atau menunggu seseorang?” Pan Balung menatap Koplak. Koplak terdiam. Pan Balung tersenyum,“Jam tanganmu bagus, pasti hadiah dari orang spesial, ya? Sejak kematian istrimu, Ni Luh Wayan Langir. Aku tidak pernah mendengar kau dekat dengan perempuan. Baguslah kalau kau mulai mencoba mencari istri lagi. Minimal untuk teman hidupmu jika kau tua.” Pan Balung tersenyum jenaka lalu pamit pulang, sambil terus menggoda Koplak.

Koplak  menarik nafas. Ingat kata-kata Kemitir.

“Bape harus pakai hadiah ini. Ini jam mahal. Bape jangan baper?”

“Baper?”

“Iya bawa perasaan. Itu uang halal, Kemitir tidak korupsi, tidak juga jual diri.”

“Berat sekali jam ini?”

“Jam mahal, Bape. Buatan luar negeri.” Kemitir tersenyum sambil memeluk ayahnya dan membisikkan harga jam tangan itu. Hampir saja jantung Koplak keluar dari rangkanya. Ada rasa tidak enak memakai jam tangan seharga jutaan. Koplak tidak habis pikir bagaimana nurani orang korupsi itu ya? Apakah mereka tidak enak hati ketika mencuri duit rakyat?

Ketika pertanyaan-pertanyaan itu dipulangkan pada Kemitir, bocah perempuan yang sudah menjelma jadi gadis cantik itu berkata lugas.

“Bape terlalu baper. Makanya tidak kaya-kaya.” Kemitir tertawa santai Koplak mendelik sampai melorot kaca mata minusnya. Kemitir pun kembali berteriak, “Selamat hari valentine, Bape tercinta. Selamat merayakan imlek juga ya?” Kemitir pun berlalu. Hari Valentine? Memangnya dirinya abg? Koplak membiarkan Kemitir berlalu sambil melirik jam di tangannya. Baper? Koplak benar-benar merasa baper akut! (T)

Denpasar, 10/2/2018

 

Tags: Anti KorupsiKorupsiPolitik
Oka Rusmini

Oka Rusmini

Ibu dari seorang anak lelaki. Yang mencoba memotret beragam kondisi sosial, budaya, dan politik di Indonesia dengan cara karikatural. Ala orang "Bali".

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi

Puisi-puisi IGA Darma Putra | Kematian Siapa Hari Ini?

by IGA Darma Putra
February 28, 2021
Ilustrasi tatkala.co / wikipedia / Nana Partha
Esai

Bioritma Pemersatu Nusantara

Oleh Sugi Lanus bersama Donny Harimurti* ____ Pernah mendengar Bioritma (Biorythm)? https://en.wikipedia.org/wiki/Biorhythm Dunia sempat berpendapat, bahwa manusia punya irama hidup ...

April 22, 2020
Ulasan

“Kisah Cinta dan Dongeng yang Dimakamkan” – Dari Budaya Nusantara Hingga ke Budaya Luar

Kisah Cinta dan Dongeng yang Dimakamkan adalah buku kumpulan cerpen karya I Putu Agus Phebi Rosadi. Buku ini diterbitkan oleh ...

November 2, 2019
Ilustrasi: Putu Ebo
Cerpen

Petualangan Dua Tupai – Healing Story untuk Membantu Menangani Anak Cengeng

DUA tupai, Cempa dan Sanda, bertualang ke tengah hutan. Mereka mengembara dari dahan ke dahan dan mendapat kegembiraan di sana. ...

February 2, 2018
Peluncuran buku puisi Catatan Pulang karya Angga Wijaya (baju hitam kiri)
Ulasan

Seni dan Kesehatan Jiwa – Dari Puisi Angga Wijaya hingga Karya Rupa di Rumah Berdaya

  PENYAIR Angga Wijaya meluncurkan buku kumpulan puisi pertamanya yang berjudul Catatan Pulang di Rumah Berdaya, Denpasar, Sabtu, 19 Januari ...

February 2, 2018
Ilustrasi diambil dari Google
Opini

Guru (Masih) dalam Pusaran Hegemoni Kekuasaan

25 Nopember 2019, jagat media sosial dipenuhi dengan stories, time line ucapan dan pemberian hadiah berupa coklat ataupun bunga kepada ...

November 26, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Ilustrasi tatkala.co | Nuriarta
Khas

Nostalgia | Jalan-jalan Bawa Gelatik Pernah Ngetrend di Singaraja Tahun 1950-an

by tatkala
February 28, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Agus Phebi || Gambar: Nana Partha
Esai

Makepung, Penguasa dan Semangat Kegembiraan

by I Putu Agus Phebi Rosadi
February 27, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (156) Dongeng (11) Esai (1415) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (341) Kiat (19) Kilas (196) Opini (478) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In