17 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Perempuan-perempuan ngampung, memburu sisa panen, di Desa Karanganyar, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah.

Perempuan-perempuan ngampung, memburu sisa panen, di Desa Karanganyar, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah.

Cerita dari Sragen: “Ngampung”, Perempuan-perempuan Memburu Sisa Panen

Made Wirya by Made Wirya
February 10, 2018
in Khas
9
SHARES

SAYA sangat suka jika disuruh liputan ke persawahan. Selain bisa jalan-jalan menikmati udara segar, juga bisa merawat ketakjuban saya pada alam sekaligus manusia yang kadang tak terduga cara hidupnya.

Musim panen di awal tahun 2018 ini saya jalan-jalan ke Desa Karanganyar, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah. Meski beberapa kali saya melihat sawah, terutama ketika pulang kampung ke Bali, namun sawah di Desa Karanganyar sungguh membuat saya tergetar. Terutama ketika puluhan buruh tani memotong batang padi di lahan yang terhampar, menguning.

Beberapa di antaranya tampak dengan sukacita memanggul tumpukan padi menuju ke alat perontok. Di atas terpal plastik 4 x 4 meter yang digelar di dekat pematang, dua alat perontok padi dioperasikan oleh 4 buruh tani. Mereka bekerja giat tanpa keluh.

Yang lebih menarik, setelah puluhan buruh tani menyelesaikan panen separuh luas lahan, belasan perempuan masuk ke persawahan. Mereka membawa kantong plastik bekas pupuk terjun ke hamparan sawah tanpa ragu. Para perempuan  berusia 45 – 65 tahun itu dengan teliti menyisir lahan, “memanen” padi yang sudah dipanen. Artinya, padi di swah itu bisa disebut sebagai sisa panen..

Salah satunya kemudian saya tahu bernama Wagiyem. Umurnya 65 tahun. Dengan langkah terseok karena kakinya terbenam lumpur, Wagiyem memungut malai padi dengan daki hitam karena sebagian terendam lumpur. Dibersihkannya lumpur dari bulir padi, sebelum dimasukkan ke kantong plastik yang digendongnya. Sesekali dia mendapatkan malai yang masih menempel di batang padi.

Setelah menyisir hampir tiga-perempat luas lahan, nenek dua cucu itu mulai kelelahan. Wagiyem beristirahat sejenak di pematang. Diusap keringat yang meleleh di keningnya, kemudian memeriksa kantong plastik yang baru terisi seperempat. “Sudah puluhan tahun saya ngampung,” ujar nenek 4 cucu ini.

Ngampung adalah istilah untuk kegiatan memungut padi sisa panen. Kalau di Bali, kegiatan itu biasa disebut munuh atau ngunuh.

Dalam sehari gabah yang diperoleh Wagiyem dari hasil ngampung tidak menentu, kadang 3 atau 4 kilogram. Bahkan pernah dalam sehari hanya dapat satu kilogram saja. Gabah tersebut ditampung di rumahnya, ketika sudah terkumpul dalam jumlah yang memadai, dibawanya ke penggilingan padi. “Hanya untuk dikonsumsi sendiri, itupun masih kurang. Buat makan sekeluarga, ada suami anak dan cucu-cucu,” katanya.

Karena sudah tidak muda lagi, Wagiyem tidak segesit dulu. Lebih-lebih akhir-akhir ini lututnya sering nyeri karena pengapuran.

Ada satu perempuan lagi. Namanya Suminah. Umurnya tidak jauh beda dengan Wagiyem, sudah ngampung bersama sejak masih muda. Mereka sama-sama tidak punya lahan sejengkal pun, menjadi buruh tani dan ngampung, adalah pilihan yang tidak bisa ditawarnya. “Kami tidak punya sawah dan ladang. Suami-suami kami juga sama, menjadi buruh tani juga,” katanya.

Hasil rontokan gabah yang diperolehnya, rata-rata 4 kg dalam sehari. Setelah dijemur dan digiling, Suminah memperoleh 2 hingga 3 kg beras. Lumayan banyak jika bisa tiap hari ada panen. Tapi musim panen hanya sebulan, selebihnya dia kembali menjadi buruh tani. “Saya yang cari uang, karena bapaknya sudah 15 tahun ini sakit, tidak bisa jalan. Kata dokter, tulangnya keropos dan lututnya harus dioperasi,” ujarnya.

Nasib baik masih berteman dengan Painem (50), karena masih gesit dan ada banyak sisa gabah yang tercecer, hari ini  mendapatkan 6 kg gabah. Dia berangkat dari rumahnya, Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan pukul 06.00, setelah menyiapkan sarapan buat keluarganya.

Biasanya Painem dan teman-temannya pulang sebelum pukul 16.00, dengan mengayuh sepeda. Dalam setiap musim panen, nenek 6 cucu ini masih kuat berburu sisa  panen di 4 lokasi berbeda. Sehari tidak kurang dari 1,5 hektar lahan yang disisirnya. “Alhamdulillah masih kuat jalan. Jika lelah ya istirahat dulu, menikmati bekal yang saya bawa dari rumah. Jika sudah tidak capai, melanjutkan ngampung lagi,” paparnya.

Ketika panen usai, mereka kembali  menjadi buruh tani, menjual tenaga kepada  petani pemilik lahan untuk menebar benih, menanam padi, dan menyiangi rumput. Tenaga mereka dihargai mulai dari Rp. 35 ribu hingga Rp 50 ribu. “Jika mulaimya jam 6.00 dan selesai jam 12, kami dapat Rp. 35 ribu. Tapi jika sampai sore ya Rp. 50 ribu. Lumayan,” ungkap Painem.

Jika musim tanam tiba, ada saja pemilik sawah yang membutuhkan tenaga mereka. Lebih-lebih aklhir-akhir ini relatif susah mencari  buruh tani. Anak-anak muda lebih banyak yang kerja ke kota, seperti Jakarta dan Surabaya. Bahkan tidak sedikit yang kerja di luar Jawa.

Kebanyakan hasil panen padi di daerah tersebut sudah diborong oleh tengkulak. Wardi (45), salah satu tengkulak, merasa tidak keberatan jika sisa panen di lahan yang sudah diborongnya diambil oleh mereka. “Ya ndak papa, kan mereka hanya mengambil sisa panen. Hitung-hitung membagi rejeki, toh jumlahnya tidak banyak,” akunya.

Antara para perempuan yang ngampung dan tengkulak saling kenal. Bahkan jika saat panen tiba, tidak jarang para tengkulak memberitahukan jadwal kapan panen dilakukan.

Itu mungkin namanya bagi-bagi rejeki di tengah kampung pertanian. Meski jumlah penghasilan tak sama, namun rasa bersaudara itu tak ada bedanya. (T)

Tags: Jawa TengahpadiPerempuanpertanian
Made Wirya

Made Wirya

Lahir dan besar di Surabaya. Penulis dan filmmaker. Suka bertualang

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Cak Puspita Jaya, Blahkiuh, saat pentas di ajang Bali Mandara Mahalango di Taman Budaya Denpasar
Kilas

Cak Puspita Jaya, Blahkiuh: Menjunjung Kualitas Berkarya

  BAGI Sekaa Cak Puspita Jaya, hasil akhir bukanlah menjadi perkara. Apalagi kalau menyangkut jumlah penonton, tak menyurutkan semangat juga ...

February 2, 2018
Foto ilustrasi: tatkala
Esai

Lontar, Digital, dan Duduk di Pundak Raksasa

Selama seminggu belakangan kata Digitalisasi Lontar cukup ramai menghiasi media, baik media masa maupun media sosial. Ramainya karena bergema lagi ...

February 22, 2019
Ilustrasi tatkala.co | Nana Partha
Esai

Gigi Geraham Bungsu, Haruskah Dicabut?

Pertumbuhan gigi geligi di dalam rongga mulut, dimulai dari pertumbuhan gigi sulung atau gigi susu. Kemudian seiring dengan bertambahnya usia, ...

April 29, 2020
Karya rupa Nyoman Erawan (croping)
Puisi

Puisi-puisi Arnata Pakangraras # Reinkarnasi Api

REINKARNASI API . Desember tua di atas selat Sunda Langit kehilangan biru Kumulus menyaput . Bulan samar Elang laut bergegas ...

March 30, 2019
Foto: koleksi penulis
Opini

Jika Pernah “Nunu Urutan” Jelang Sekolah, Masa Kecil Anda Sederhana dan Bahagia

PERNAH nunu urutan setiap pagi menjelang sekolah, pada masa-masa usai libur Hari Raya Galungan dan Kuningan? Jika pernah, masa kecil ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Lukisan di atas kardus. Karya ini diberi judul “Pariwisata Macet Jalan Raya Lancar”.
Esai

Pariwisata Macet, Jalan Raya Lancar

by Doni Sugiarto Wijaya
January 16, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1347) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In