BULAN Januari sampai awal Februari ini adalah bulan yang paling gawat bagi para mahasiswa. Tentu karena bulan-bulan itu biasanya tenggat mahasiswa bayar SPP.
Bagi mahasiswa semester awal, SPP bukan masalah gawat. Biasanya mereka akan sangat mudah minta uang SPP pada orang tua (ortu), karena ortu juga sedang semangat-semangatnya men-suport untuk bisa sukses dalam kuliah.
Tapi bagaimana dengan para “mahasisa”. “Mahasisa” adalah istilah bagi mahasiswa yang telat tamat. Harusnya minimal semester 8 sudah angkat kaki dari kampus sembari memegang ijazah dan mengantongi gelar di belakang nama. Tapi, mahasisa, adalah mahasiswa yang masih wara-wiri di kampus (lebih sering sebenarnya di nongkrong kantin), padahal teman seangkatan sudah angkat koper.
Nah, para mahasisa yang masuk pada level semester 9, atau 10, apalagi sampai semester 14, tentu akan uring-uringan di bulan Januari dan Februari ini. Mahasisa pastilah sangat galau melihat pemberitahuan tentang tagihan pembarayan uang kuliah atau lebih dikenal dengan SPP/UKT/BKT dan lain sebagainya.
Istilah-istilah ini tentu tidak asing buat mereka. Seperti hantu, tiba-tiba datang meneror membuat jantung dan kantong seperti di-dor.
Tetapi istilah-istilah tersebut tidaklah lebih meyeramkan daripada ketegangan saat menagih uang kepada orang tua. Apalagi setelah bayar kost atau keperluan kemasiswaan lainnya.
Tapi tenang, inilah tips bagai mahasisa bagaimana menagih uang kepada orang tua agar semuanya berjalan lancar, aman, damai dan mahasisa bisa melanjutkan nongkrong di kantin, eh salah, maksudnya melanjutkan perkuliahan sebagaimana mestinya.
Tips pertama tentu siapkan mentalmu. Tapi ingat, mental harus lebih tebal dari pada wajah, mental yang jauh lebih tebal dari mental saat bertemu dosen pembimbing.
Tips kedua: gunakan komunikasi tulis melalui SMS/WA, karena jika tips ini gagal, dan terpaksa harus menelepon bersiaplah ke dokter THT. Siapa tahu Anda akan mengalami tuna rungu akut.
Tips ketiga: mulailah percakapan WA dangan bertanya keadaan orang tua! Contohnya: “Pak/Buk, seger?”, “Pak/Buk, sehat?”, Pak/Buk, saya sayang Bapak/Ibu”, dan sejenisnya.
Tips ini sangatlah penting. Tujuannya tentu untuk membuat hati orang tua senang. Atau bisa ditambah basa-basi sedikit dengan mengucap salam Om swastyastu/Assalamualaikum misalnya.
Mendapat pertanyaan seperti itu, mungkin orang tua bertanya-tanya kenapa anaknya tumben bertanya dengan penuh perhatian. Padahal sebelumnya jangankan bertanya kabar, jawab SMS pun males-malesan. Maka itu siapkan sedikit retorika, naikkan ego orang tua.
Bilang ke orang tua bahwa bagaimana pun orang tua punya peran penting bagi kesuksesan anaknya. Bilang juga terima kasih karena jika tak ada orang tua, kau tak akan bisa jadi apa-apa. Setelah kondisi agak normal, dan detak jantungmu sudah teratur, maka mulailah menyampaikan apa yang diinginkan. Jangan lupa minta maaf karena sudah membuat orang tua susah-payah mengurus biaya pendidikanmu.
Jika orang tua memiliki penyakit jantung atau penyakit akut lainnya, ada baiknya bertanya dulu apakah minggu ini sudah kontrol ke dokter atau belum. Jika jawabannya belum, tolong segera batalkan niat secepatnya untuk melakukan tagihan!
Tips keempat: jika sudah tahu bahwa orang tua tidak dalam kondisi ekonomi yang baik. Bertanyalah di mana tempat pinjam uang dengan bunga yang rendah. Atau bertanyalah apakah masih ada barang atau warisan yang bisa digadaikan. Dengan begini kejelasan apakah SPP akan terbayarkan akan lebih akurat.
Atau jika orang tua sudah tak sanggup, bahkan untuk meminjam uang alias ngutang sekali pun di tentangga, atau di LPD desa adat, maka berjanjilah kau sendiri yang akan membayarnya nanti. Jangan lupa isi embel-embel: utang dibayar saat sudah mendapat pekerjaan. Nah, soal kapan kau akan bekerja, itu urusan nanti.
Jika tidak ada balasan atau respon, berusahalah untuk sabar dan coba lagi. Atau coba lebih serius dengan menjelaskan dengan agak hati-hati kenapa kau masih tetap bayar SPP padahal kuliah sudah seharusnya selesai. Cobalah member alasan dengan kata-kata menyentuh, bahwa ada “sesuatu yang sulit dijelaskan” kenapa kau telat tamat dan harus bayar lagi SPP.
Katakan juga bahwa bukan hanya kau sendirian yang belum tamat, masih banyak teman-temanmu yang juga harus bayar SPP lagi akibat skripsi tak kelar-kelar. Meski misalnya sudah 99 persen teman seangkatanmu telah lebih dulu meninggalkanmu kesepian di kampus. .
Tips kelima: jika semua upaya melalui SMS atau WA gagal, maka pulanglah. Di rumah kau pasang wajah sedih seakan-akan ditinggalkan pacar. Duduk terus di teras sambil bengong dan pasang tatapan mata kosong. Bila perlu tak makan-makan untuk menunjukkan bahwa kau tak enak makan akibat ada masalah besar.
Jika ditanyai orang tua, berupayalah membuat matamu berkaca-kaca. Lalu minta maaf pada orang tua. Minta maaf saja dulu, bila perlu berkali-kali minta maaf, tanpa menyampaikan apa masalahmu. Dan katakan pada orang tua bahwa dirinya benar-benar tak berguna dan hanya menyusahkan orang tua.
Lalu, pada saat orang tuamu mendesak, maka sampaikan pelan-pelan bahwa kau masih perlu membayar uang SPP agar kuliahmu tak putus. Nah, orang tua mana yang tega melihat anaknya sesdih itu, seputus-asa itu, sefrustrasi itu.
Begitulah tips bagi mahasisa alias mahasiswa yang telat tamat. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, berdoalah terus. Bila perlu puasa tujuh hari tujuh malam, terutama jika bekal memang benar-benar habis.
Jika semua itu gagal, segeralah kemasi barang-barangmu. Jangan lupa pamitan kepada teman-teman, kepada pacar (jika punya) dan kepada pemilik kost utamanya, bilang saja semua sudah berakhir. Dan katakan bahwa kau pulang kampung untuk membangun desa.
Catatan Penting: Tips ini memang ngawur. Tapi penting untuk diikuti jika kau ingin tetap wisuda. Boleh saja tips ini diabaikan, syaratnya: segeralah wisuda. Wisuda adalah satu-satunya alasan untuk tidak lagi mengikuti tips ngawur semacam ini! (T)